Sebenarnya, lagu “Syair Manunggal” termuat di “Menggugat”, album kedua band rock asal Bandung, Cupumanik yang dirilis Juni 2014 lalu. Sudah cukup lama. Namun baru sekarang tercapai visualisasinya karena terkendala masalah teknis. Che, vokalis sekaligus penulis lirik utamanya, beralasan bahwa pengeksekusi pertama video untuk lagu tersebut memberi hasil yang jauh dari kualitas yang diharapkan.

“Kami sempet gagal pilih clipper yang ternyata nggak profesional, kabur dan nggak ada kabar, padahal udah syuting. Sempat 3-4 bulan nggak ada kabar. (Setelah) Gue ancam akan share ke publik ulahnya, baru mereka muncul dan ngabarin ngajak ketemu. Saat ketemu ngeliatin hasil klipnya, (ternyata) jauh dari nilai artistik,” ungkap Che, kecewa.

Tapi terdorong tekad kuat untuk tetep menggarap klip “Syair Manunggal”, akhirnya tahun ini Che berhasil bertemu, Adi Tamtomo dan Chicco Desmaykho, penggarap video klip yang bermutu. “Karena gue merasa lagu ini harus bikin citra imaji visualnya. “Nemu clipper yang canggih, dengan hasil memuaskan. Dan lalu jadi berfikir, kejadian pahit kemarin itu berbuah baik akhirnya, boleh jadi kejadiannya harus begitu. Mungkin Tuhan nggak rela kalau klip yang dulu dirilis, ‘Dia’ ingin klip yang bagus karena lagu itu tentang diri-Nya.”

Che sendiri menulis “Syair Manunggal” setelah sedikit banyak terinspirasi dari dua buku yang trelah dibacanya, yakni ‘Teologi Negatif Ibn Arabi, Kritik Metafisika Ketuhanan’ (2012) dan ‘Ibrahim Pernah Atheis’ (2012) karya Agus Mustofa. Dua buku tersebut telah memicu keresahan sekaligus memberikan jawaban, atas pertanyaan filosofis: ‘Realitas ketuhanan, akankah sepenuhnya bisa dipahami?’. Dan lagu “Syair Manunggal”, buat Che secara personal adalah caranya dalam upaya mendaki spiritualitas dan  memeluk ‘Dia’ yang tak bisa dijelaskan oleh apa pun.

Sebenarnya aransemen musik di lagu “Syair Manunggal” nyaris tak masuk kriteria album “Menggugat” yang cenderung punk, pamer power chord dan pumping. Namun keputusan memasukkan lagu tersebut dipicu alasan untuk memuaskan para penyuka musik Cupumanik yang kontemplatif, seperti di album perdana. Selain “Syair Manunggal”, single lain di album “Menggugat” yang dirilis klip video-nya adalah “Grunge Harga Mati”, “Luka Bernegara” dan “Omong Kosong Darah Biru”.

Konsep dan visualisasi klip video “Syair Manunggal” yang pengambilan gambarnya dieksekusi di Situ Patenggang, Bandung tersebut sangat berbeda dibanding video yang pernah digarap dan dirilis Cupumanik. Adi Tamtomo dengan detail menjelaskan: “Alur cerita video dibuka dengan detail kehidupan flora fauna ciptaan Tuhan. Lanjut dengan citra personel Cupumanik dengan low exposure hingga mendekati silhouette. Karena menurut gue, band Cupumanik sudah bukan di tahap pengenalan atau branding, jadi tidak perlu visual wajah terlalu diekspos. Langkah kaki personel yang ditampilkan, itu menggambarkan masing-masing individu punya cara atau jalan sendiri dalam mencari Tuhan dan kedamaian pribadinya. Hingga akhirnya para personel bertemu dan berjalan di jalan yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.”

Geliat Cupumanik dimulai pada Oktober 1996 oleh Candra Hendrawan Johan a.k.a Che (vokal, gitar) dan Muhammad Riyad a.k.a Iyak (bass) di Bandung. Awalnya sempat menjadi band yang fokus membawakan lagu-lagu cover milik band-band grunge era ‘90an seperti Pearl Jam, Stone Temple Pilots, Soundgarden, Bush, Live, Silverchair, Foo Fighters hingga Alice in Chains. Pada 2001, Cupumanik menelurkan single bertajuk “Maha Rencana” yang dirilis dalam bentuk kaset, sebagai bonus di majalah sub culture Ripple, terbitan Bandung. Empat tahun kemudian, tepatnya

April 2005, Cupumanik yang juga dihuni Dony Setiawan (dram) dan Eski Mulya Gunawan (gitar) merilis album penuh self-titteld pertama via label Pop Music/Aquarius yang diedarkan secara nasional. Akhir tahun 2005, lagu Cupumanik yang bertajuk “Perkenankan Aku Mencintainya” termuat di album soundtrack film “Dealova”. Lalu single kedua, “Bukan Saat Ini” juga dilibatkan di album soundtrack film layar lebar, “Ada Aku Kamu Ada” pada Mei 2008.

 

Lirik Lagu “Syair Manunggal”:

Coba mengerti, dan menghayati, pencarian terjus kujalani. 

Tak hanya logika, tajamkan rasa, gunakan akal dan kesadaran.

Terus bertanya, dan membuktikan, agar ku yakin tak tergoyahkan.

Mejaga sucinya jiwa, murnikan hati. Agar aku pantas Kau jumpai.

 

Merasakan kehadiran Mu, yang ku mau.

Bukan doktrin, yang aku ingin. Agar ku yakin.

 

Ku tahu Kau nyata.

Maka datanglah ke hatiku, bersenyawa.

Ku tahu Kau nyata,

Maka datanglah, ke bathinku, bersenyawa.

 

Ku ingin hadapkan, wajahku pada Mu.

Seperti ikrar Ibrahim pada Mu.

 

Merasakan kehadiran Mu, yang ku mau.

Bukan doktrin, yang aku ingin. Agar ku yakin.

 

Aku ingin dekat tak berjarak dan menyatu dengan Mu.

Kau yang menciptakan aku, langit dan bumi.

Semoga Kau hadir dan bersemayam dalam seluruh kesadaranku.