Hurt’em memboyong sesuatu yang berbeda dalam kancah musik hardcore-punk Tanah Air. Disamping menggeber leburan riff-riff kental khas hardcore punk dengan blastbeats ala grindcore yang agresif, tanpa sungkan mereka juga menyusupkan unsur melankolis yang unik dan cenderung gelap.

Konsep unik itulah yang mereka gempur semaksimal mungkin di album debutnya, “Condolence” yang telah dirilis 27 Januari lalu via Lawless Jakarta Records. Tapi sebelumnya, trio asal Depok yang terbentuk pada Juni 2015 tersebut sudah membocorkan kebrutalan mereka lewat dua single pemanas, yakni “Deceit” dan “Patronage”, yang bisa didengarkan di laman Soundcloud Hurt’em.

Di situs resmi Lawless Records, “Deceit” dan “Patronage” tersebut digambarkan sebagai lagu dengan durasi yang singkat padat, tanpa basa basi, juga nyaris tanpa jeda. “Deceit” menggerus cepat tanpa ampun dan langsung dilanjutkan oleh “Patronage” yang merupakan sebuah anthem untuk headbanging dan fist-throwing.

“Kami (memang) ingin menulis musik yang agresif dan straight in your face, tapi kami juga ingin membuatnya terdengar melodius tanpa harus kehilangan sisi brutalnya,” seru Epan, pembetot bass Hurt’em, mewakili dua rekan sekongkolnya, gitaris Chuky dan dramer Oces.

Ide musik Hurt’em sebenarnya sudah dimulai oleh Epan (Deth Krokodil) dan Chuky (Slutguts dan Beauty Killed The Beast) pada Maret 2015, dimana mereka sudah kasak-kusuk menulis lagu, walau belum bernama. Sebelum Oces (Carnivored) bergabung, Hurt’em sempat dihuni Syarif, dramer Deth Krokodil. Lalu untuk lini vokal, diisi oleh Adul, eks unit grindcore, Ancaman. Formasi inilah yang menyelesaikan proses rekaman “Condolence”, yang berlangsung pada periode Agustus hingga Oktober 2015. Lalu dilanjutkan eksekusi mixing yang lumayan lama demi mencapai sound yang maksimal dan memuaskan. Sayangnya, karena kegiatan dan domisili Adul yang padat dan jauh, Adul kini digantikan oleh Reza, eks vokalis band punk, Last Action Hero, sebagai personel additional. (Mdy)