Unit extreme death metal asal Sukabumi, Jawa Barat ini butuh waktu selama hampir dua dekade untuk bergerilya, sebelum memutuskan merilis album perdana. Fatality dibentuk pada 17 Juli 1997 silam, tapi baru merilis album debut bertajuk “Reborn” pada 6 Juni 2017 lalu via label independen bernama Metal Militia 99 Production.

Selain karena saat awal terbentuk memang tak ada niatan untuk menghasilkan karya album, Halim (vokal), Hamid (gitar), Bastian (gitar), Johan Dee (bass) dan Egi (dram) memang punya kegiatan atau pekerjaan di luar band yang tak bisa ditinggalkan. Belum lagi ditambah dengan proses gonta-ganti personel yang cukup sering terjadi. Formasi berbahaya yang bertahan hingga sekarang adalah hasil bentukan 2013 lalu.

“(Hal-hal) itu mempengaruhi pergerakan yang berdampak pada kematangan kami untuk menggarap karya nyata melalui recording,” cetus Halim, mewakili pihak Fatality kepada MUSIKERAS. “Ya, Awalnya kami akui tidak begitu tertarik untuk merilis album, karena itu bukan kebutuhan kami sebelumnya. Namun waktu saat ini berbicara lain. Kami harus mencoba memperkenalkan dan menandai  waktu untuk eksistensi kami di sini  melalui karya yang terekam, yang semoga saja dapat diterima dan menjadi sumbangan kecil untuk meramaikan pergerakan bawah tanah di Nusantara. Di sini pun dorongan lain datang dari perkembangan skena di Sukabumi yang semakin menggila seakan memberi pesan kepada kami untuk segera memperkenalkan musik sederhana ala kami melalui ‘Reborn’. Dalam waktu yang bersamaan, di proses akhir mixing, secara kebetulan label yang menaungi Fatality saat ini (Metal Militia 99 Prod) memberi pengaruh yang sangat kuat, yang memicu semangat gerilya Fatality hinggga akhinya (album) terealisai.”

“Reborn” sendiri mulai digarap Fatality sejak awal 2015 hingga Maret 2017 lalu di TR Record Studio, Sukabumi, dengan metode teknis yang cukup unik. Seluruh personel band tidak melakukan rekaman dalam waktu yang bersamaan, melainkan terpisah satu sama lain di jadwal yang berbeda.

“Kami punya jadwal masing-masing yang ditentukan dan disepakati pihak studio, mulai dari guide hingga proses take seluruh instrumen. Semua personel tidak pernah berbarengan atau bertemu hingga selesai 12 track,” ungkap Halim lagi.

Karena kesibukan kerja kantoran masing-masing personel – apalagi ada yang di luar kota – akhirnya mereka mengakalinya dengan cara seperti tadi. Ditambah lagi, pada hari libur, kebanyakan waktu mereka juga dihabiskan bersama keluarga masing-masing. “Hal rumit untuk membagi waktu namun kami memang telah sepakat untuk menyelsaikan proyek ini meski secara teknis… ya begitulah.”

Karena seringnya terjadi pergantian personel hingga 2013, referensi musikal di tubuh Fatality pun mengalami pregeseran. Band ini sempat memulainya dengan paham death metal murni, yang kebanyakan diserap dari band-band dunia macam Cannibal Corpse dan Suffocation. Kini perlahan bergeser ke death metal yang lebih ekstrim ala Necrophagist dan Dying Fetus, seperti yang tertuang di album “Reborn”. “Selebihnya soul dari masing-masing personel yang menjadikan death metal ala Fatality!”

Selain dalam format cakram padat (CD) yang hanya dicetak sebanyak 1000 keping, album “Reborn” yang berdurasi total 35:43 juga akan diedarkan dalam format kaset sejumlah 100 keping, yang lebih ditujukan kepada para kolektor. Yang istimewa, desain sampul (artwork) album ini digarap oleh Bvll Metal Art asal Washington, AS yang sebelumnya dikenal pernah menggarap cover album milik Suffocation, Black Dahlia Murder, Crytopsy, Vader dan lain-lain. (MK01)

.