Ibarat dunia persilatan, Sons of Apollo yang terbentuk pada awal 2017 adalah sebuah komplotan baru yang didominasi para pendekar senior berilmu tinggi yang paling disegani. Berkelas virtuoso. Supergrup asal Los Angeles, AS ini dihuni dramer Mike Portnoy (The Winery Dogs/eks Dream Theater), bassis Billy Sheehan (Mr. Big/The Winery Dogs), kibordis Derek Sherinian (eks Dream Theater), vokalis Jeff Scott Soto (eks Yngwie Malmsteen) dan gitaris Ron “Bumblefoot” Thal (Art of Anarchy/eks Guns N’ Roses).

Unit cadas yang sarat jurus beraliran metal progresif ini baru saja melepas album debutnya, “Psychotic Symphony”, tepatnya pada 20 Oktober 2017 lalu via label InsideOutMusic/Sony Music. Selain digital, album beramunisi sembilan lagu tersebut juga diedarkan dalam format cakram padat (CD) serta piringan hitam (vinyl). 

Singkat cerita, cikal bakal terbentuknya band ini diawali reuni Mike Portnoy dengan Derek Sherinian pada 2010, tak lama setelah Mike pensiun dari Dream Theater. Bersama Billy Sheehan dan gitaris Tony MacAlpine mereka membentuk proyek kolaborasi sementara bernama PSMS yang sempat manggung di Jakarta pada 11 November 2012 silam. Chemistry kembali terjalin dari tur tersebut dan berujung pada kesepakatan untuk membentuk sebuah band sungguhan.

“Sejak tur tersebut, Derek terus membujuk saya untuk membentuk band sungguhan yang permanen. Hanya waktunya tak pernah tepat karena saya sibuk dengan berbagai proyek. Singkatnya, kini waktunya sudah tepat untuk mewujudkannya,” ulas Mike Portnoy via press release.

Ron Thal yang baru-baru ini berkunjung ke Jakarta, tepatnya di acara “Hi-End Guitar Experience” di Plaza Semanggi, pada akhir November 2017 lalu, sedikit meluangkan waktu menjawab beberapa pertanyaan MUSIKERAS seputar keterlibatannya di Sons of Apollo.

 

​Sons of Apollo, bagaimana kisah awal Anda terlibat?

Awal tahun ini, Mike menghubungi saya, mengutarakan visinya bersama Derek untuk membentuk sebuah band baru.  Mike dan saya sudah sangat sering membicarakan tentang kemungkinan membentuk band bersama. Selanjutnya kami berkumpul di sebuah studio di Los Angeles selama 10 hari, di awal Maret, menulis lagu dan merekamnya menjadi album….

Tentang album “Psychotic Symphony”, bagaimana Anda membandingkannya dengan Art of Anarchy (band Ron Thal lainnya)? Apakah proses penulisan lagu-lagunya mirip?

Sejak awal, kedua band tersebut adalah sebuah kerja sama musikal. Dengan Art Of Anarchy, kami berlima menghabiskan waktu selama seminggu lebih di dalam sebuah ruangan, jamming dari malam hingga pagi, membangun ide-ide menjadi sebuah lagu yang terstruktur. Kami menulis setengah dari album “The Madness” (album kedua Art Of Anarchy yang dirilis pada Maret 2017) pada masa itu. Cukup mirip dengan Sons Of Apollo. Saya dan Derek saling mengirim ide-ide musikal dan riff untuk dibangun menjadi lagu pada saat kami semua bertemu. Mike, Derek dan saya lantas masuk studio, menggarap lagu dan merekamnya secara live.  Billy (Sheehan) menyelesaikan turnya dan kemudian bergabung bersama kami di pertengahan proses, dan dalam 10 hari seluruh lagu rampung digarap dan direkam materi dasarnya. Saat saya tiba di rumah saya menambahkan permainan gitar solo dan beberapa trek gitar tambahan di studio saya sendiri. Lalu Jeff merekam vokalnya saat kembali dari turnya. Sebuah cara lama yang bagus dimana kami menulis lagu dan merekamnya bersama-sama. Pada saat inilah musik jujur yang sesungguhnya terjadi!

Bagaimana rasanya bekerja sama dengan Mike Portnoy dan Billy Sheehan?

Saya sudah sering jamming dengan Mike dan Billy selama bertahun-tahun, kami juga pernah rekaman bersama. Saya terlibat di album pertama (proyek) Metal Allegiance bersama Mike, dan menjalani tur bersamanya. Saya menyumbangkan permainan gitar solo di album yang diproduksi oleh Billy. Jadi kami punya banyak kisah bersama. Tapi inilah pertama kalinya kami berkreasi (musik) bersama, dan bagian ini berlangsung sangat lancar. Salah satu dari kami secara spontan melontarkan ide dan kami langsung menguliknya, membangunnya bersama, dan hasil akhirnya sebuah lagu berhasil terekam.

Untuk sound dan style permainan gitar, apa perbedaannya jika dibandingkan dengan Art of Anarchy?

Untuk kedua band tersebut saya melengkapi setiap personel, dan menjalaninya mengikuti apa yang saya rasa sesuai dengan kebutuhan bersama. Bersama Art Of Anarchy berisi musisi yang lebih cenderung ke arah rock yang seperti Anda dengar di radio-radio komersil, sementara dengan Sons Of Apollo dihuni kerja sama musikal yang ekstrim dan lebih eksperimental, lebih metal, musik yang progresif, dengan sedikit sekali batasan. Soundnya didominasi gabungan dari para musisinya sendiri, terekspresi secara jujur, dan sungguh sebuah kolaborasi. Dari segi permainan gitar banyak sekali ruang untuk menghadirkan manuver yang dinamis.

Apa saja yang membanggakan buat Anda di album “Psychotic Symphony”?

Saya suka momen progresifnya, seperti di lagu “Labyrinth”, “God of The Sun”, “Opus Maximus”… “Signs of The Time” mungkin salah satu favorit saya….

Apa rencana Sons of Apollo di 2018?

Kami telah mengumumkan jadwal konser yang telah dikonfirmasi untuk 2018, dimulai dengan “Cruise To The Edge” bersama Yes, yang lantas diikuti show di Amerika Serikat, beberapa festival musim panas di Eropa, dan masih banyak lagi menyusul…!  Tak sabar ingin melihat kalian semua saat kami mulai melakukan perjalanan!

Naskah & wawancara: Mudya Mustamin

Kredit foto: Hristo Shindov

.