Maraknya kasus bunuh diri belakangan menjadi fokus perhatian Legacy Of Divine, sebuah band penganut genre metalcore asal Pasaman Barat, Sumatera Barat, lewat single perdananya, “If I Die”. Kepada MUSIKERAS, para personelnya; Bayu (dram), Ecik (vokal), Aldo (gitar) dan Dani (bass) ingin menyampaikan pesan bahwa mati pun sebenarnya tak semudah yang dikira orang.

“Mati bukanlah jawaban yang baik. Kami melihat maraknya kasus bunuh diri yang dilakukan, khususnya oleh para remaja. Makanya kami mengajak para remaja untuk selalu berfikir positif dalam menjalani kehidupan. Terutama saat menghadapi masalah di dalam keluarga maupun lingkungan pergaulan,” imbau mereka.

Setelah perilisan “If I Die”, Legacy Of Divine kini juga tengah berkutat merampungkan materi album mini (EP) perdananya, yang rencananya bakal dirilis tahun ini juga. Mereka telah menggarapnya selama enam bulan di LOD Record – studio rumahan milik Bayu, dramer Legacy Of Divine – dengan memanfaatkan jeda di tengah kesibukan para personelnya yang rata-rata punya pekerjaan di luar kegiatan band.

Dari sudut pengeksekusian musik, para personel Legacy Of Divine banyak menyerap pengaruh dari band-band metalcore dunia seperti Miss May I, As I Lay Dying, Lamb of God, Heaven Shall Burn, Bullet for My Valentine hingga jagoan lokal, Burgerkill.

Mengapa memilih metalcore? “Karena kami memainkannya lebih dapet ‘feel’-nya pas lagi perform!”

Legacy Of Divine yang bermakna ‘warisan sang pencipta’ dibentuk pada 2017. Diawali oleh pertemuan Bayu yang baru pindah dari kota Bukittinggi dengan Ecik, yang juga baru pindah dari Kota Medan, di sebuah event. Keduanya lantas sepakat membentuk band dan mengajak Aldo (gitar) yang tak lain merupakan adik Bayu. Setelah itu, menyusul Dani melengkapi formasi. (MK02)

.