Usai penantian selama setahun, sejak peluncuran album “Cermin 7” pada 27 Januari 2017 lalu, akhirnya versi piringan hitam (vinyl) album terbaru milik unit rock legendaris paling disegani di Tanah Air, God Bless tersebut resmi tersedia di pasaran. Adalah pihak label Aquarius Musikindo yang merilisnya, dimana keseluruhan proses penyelarasan suara (mastering) album tersebut dieksekusi secara khusus oleh Steve Smart di 301 Studio, Sidney, Australia.

Ada dua keping plat piringan hitam yang memuat selusin lagu di album “Cermin 7”. Keping pertama berisi lagu “Musisi”, “Cermin”, “Balada Sejuta Wajah” (Side A) dan “Anak Adam”, “Sodom Gomorah” dan “Tuan Tanah” (Side B). Sementara keping berikutnya menampung lagu “Ingat”, “Selamat Pagi Indonesia”, “Insan Sesat” (Side C) serta “Damai”, “Kukuh” dan “Bukan Mimpi Bukan Ilusi” (Side D).

Bagi yang berminat, piringan hitam “Cermin 7” yang dibanderol seharga Rp. 770.000 tersebut sudah bisa diperoleh melalui pasar online Tokopedia dan Bukalapak atau langsung menghubungi Aquarius Musikindo (www.aquariusmusiconline.com) di nomor 08124350009 (sms/whatsapp).

Album “Cermin 7” sendiri sebenarnya merupakan kumpulan komposisi daur ulang dari album God Bless bertajuk “Cermin”, yang dirilis label JC Records/Billboard Indonesia pada 1980 silam. Lalu ditambahkan tiga lagu baru, yakni “Damai”, “Kukuh” dan “Bukan Mimpi Bukan Ilusi”.

“Cermin” sendiri disebut-sebut sebagai salah satu karya rekaman terbaik God Bless yang memperlihatkan kualitas musikal fenomenal dari para personelnya saat itu, menyajikan lagu-lagu berhawa progresif yang rumit, sarat luapan idealisme bermusik yang menggebu. “Soalnya saat itu kami banyak mendapat kritikan, album pertama God Bless katanya mirip Genesis, atau ini-itu. Jadi sekalianlah kami bikin yang kayak gitu, buat gagah-gagahan, sekaligus pembuktian,” ungkap gitaris Ian Antono kepada MUSIKERAS, beberapa waktu lalu.

Saat “Cermin” digarap, God Bless diperkuat formasi Ian Antono, Achmad Albar (vokal), Donny Fatah (bass), Teddy Sujaya (dram) dan Abadi Soesman (kibord).  Dari album tersebut antara lain mengemuka beberapa komposisi favorit publik rock Indonesia, seperti “Musisi”, “Selamat Pagi Indonesia”, “Sodom Gomorah” serta “Anak Adam” yang berdurasi 11 menit 59 detik.

Kini, lewat “Cermin 7” yang pengolahan mixing-nya dipercayakan pada Stephan Santoso, lagu-lagu tersebut kembali direkam ulang dengan pendekatan aransemen yang lebih segar tanpa meninggalkan tema utama lagunya. “Saya tidak menyebut album ini sebagai perbaikan, tapi penyempurnaan, karena era itu kami banyak keterbatasan (teknologi),” cetus Ian beralasan.

Formasi God Bless sendiri, saat ini, kebetulan hampir sama dengan formasi 1980. Perubahan hanya terletak pada posisi dram, dimana Fajar Satritama yang selama ini dikenal sebagai dramer Edane bergabung menyuntikkan energi baru yang secara tidak langsung mengubah musik God Bless menjadi lebih bergairah.

God Bless memang baru merilis tujuh album sejak resmi terbentuk pada Mei 1973 silam, yakni “God Bless/Huma Di Atas Bukit” (1975), “Cermin” (1980), “Semut Hitam” (1988), “Raksasa” (1989), “Apa Kabar” (1997) dan “36th” (2009). Tapi hingga kini, sebagian besar lagu dari album-album tersebut terpatri kuat di ingatan para penggemarnya, dan sekaligus menjadi album-album rock yang abadi dalam sejarah perjalanan industri musik di Indonesia.

Sedikit menengok ke belakang, sebenarnya God Bless bukan sekali ini melakukan daur ulang terhadap lagu-lagu lamanya. Sebelumnya, saat diperkuat formasi Achmad Albar, Donny Fattah, Eet Sjahranie, Jockie Surjoprajogo dan Teddy Sujaya, God Bless pernah merilis album kompilasi “The Story of God Bless” (1990) dimana mereka mendaur ulang lagu “Huma Di Atas Bukit”, “Musisi”, “She Passed Away” dan “Sesat”.

Lebih jauh tentang ulasan album “Cermin 7”, silakan unduh majalah digital MUSIKERAS edisi #4 – Februari 2017 (https://musikeras.com/2017/02/10/musikeras-4-februari-2017/). GRATIS!

Kredit foto: Budi Susanto

.