Walau telah diumumkan perilisannya sejak 28 April 2017 lalu, namun kesibukan para personel unit nu metal Point Blank menjadi kendala terbesar untuk menggelar hajatan syukuran peluncuran album perdana “Rise Up” secara resmi. Maklum, di luar kegiatan bermusik, para penghuni band keras asal Surabaya ini tercatat sebagai karyawan kantoran di kantor pemerintahan dan swasta.

Tapi pertengahan tahun ini, mereka – yakni Sir Suga (gitar/vokal), Gandex (vokal), Dee Low (bass) dan AL (dram) – bertekad mengeksekusi lagu-lagu di album “Rise Up” seperti “Movement”, “Brutal Disco”, “Familia”, “Stay True”, “Step Forward”, “Respect”, “Passion Core”, “L.I.F.E”, “Burning Out” dan “Biarkan Saja” di panggung sebagai perayaan resmi perilisannya.

Point Blank menggarap “Rise Up” selama hampir dua tahun, terhitung mulai pertengahan 2015 hingga pertengahan 2017. Namun di tengah jalan, proses produksi album ini sempat mandek disebabkan hengkangnya vokalis mereka, Joe, karena alasan pekerjaan di luar pulau. Mau tak mau, Point Blank harus mengaudisi vokalis baru, yang kini diemban oleh Gandex. Disamping itu, proses produksi fisik (CD) sebanyak 500 keping sempat pula terhenti selama enam bulan karena adanya masalah internal di manajemen Point Blank. Sehingga akhirnya, Sir Suga harus mengambil alih kendali produksi. Rencananya, album debut Point Blank tersebut juga akan dirilis dalam paket bundling yang berisi album berformat cakram padat, T-shirt serta sticker dalam jumlah terbatas (limited edition).

Sejak awal berdiri pada 14 Februari 1998 silam, Point Blank telah menetapkan jalurnya di genre nu-metal atau yang dulunya dikenal pula dengan istilah ‘hip metal’. Namun karena sempat menjalani vakum selama satu dekade, yakni pada periode 2005-2015, konsep musik mereka sedikit banyak mengalami penyesuaian dengan pengaruh-pengaruh masa kini.

“Setelah lama vakum, kami mendapatkan banyak referensi musik ‘jaman now’ yang dikombinasikan dengan referensi musik jaman old (era ’90an). Agar karya kami masih bisa diterima oleh penikmat musik ‘jaman now’. Terutama dari segi sound yang lebih fresh, modern dan aransemen lagu lebih solid, terutama di riff setiap lagu. Lirik lagu pun sangat kuat dan memotivasi dalam penyampaian pesan moral berdasarkan pengalaman masing-masing personel,” ulas pihak band kepada MUSIKERAS.

Bagi Point Blank, genre nu-metal punya daya tarik tersendiri, terutama dari sisi fashion yang bertema sporty maupun casual working class serta eksplorasi instrumen musik yang menggabungkan unsur metal, groove, jazz, hip hop, dan rap yang menghasilkan nada chromatic pada gitar dan bass yang rendah (low end). “Agar tercipta sound yang tebal tajam bernuansa dark. (Kami) Bereksperimen memakai gitar senar 6 dan 7 maupun bass bersenar 5.”

Sedikit menengok ke belakang, sekitar tiga tahun setelah terbentuk, Point Blank sempat masuk dalam jajaran finalis 10 besar – berada di urutan ke-5 – di ajang Festival Hip Metal Indonesia 2001 yang diadakan oleh Harpa Records & Jawa Pos (X-Files. Dalam mengolah ramuan musiknya, band yang namanya diambil dari permainan game Play Station 1 banyak menyerap inspirasi dari band-band dunia seperti Limp Bizkit, KoRn, Metallica, Sepultura, ill Nino, POD, Rage Against the Machine, Cypress Hills, Wu Tang Clan, Incubus, Hed (PE), Deftones, Coal Chamber, Dying Fetus, As I Lay Dying, Killswitch Engage, Disturbed, Slipknot, Bring Me The Horizon, Hatebreed hingga Soulfly. (Mdy/MK02)

.