Dengan balutan distorsi crossover thrash, Mort kembali menerjang lewat sebuah single baru berbahaya bertajuk “Hura Hura Huru Hara”, yang memuat sindiran terhadap oknum individu maupun kelompok yang secara sadar, aktif, dan langsung ikut terjun dalam menyulut kekacauan-kekacauan yang terjadi di belahan Bumi Pertiwi, Indonesia. Mort menyayangkan keikutsertaan oknum tersebut dan menjadi biang kerok di balik seluruh peristiwa dimana mereka justru berhura-hura, berfoya-foya, dan bersuka cita di atas huru-hara yang membahayakan orang-orang tak bersalah.

Mort adalah unit cadas asal Denpasar, Bali yang diperkuat formasi Angga Baskara (vokal), Putu Wicaksana (gitar) dan Surya Wirawan (dram). Band ini terbentuk pada Maret 2014 lalu dan telah melahirkan sebuah album mini (EP) berjudul “Berontak!!!” pada Oktober 2016 lalu, yang masih bisa didengarkan via www.mortradical.bandcamp.com.

“Hura Hura Huru Hara” sendiri resmi digelindingkan pada 10 April 2018 lalu dan dapat langsung didengar lewat kanal Soundcloud mereka, www.soundcloud.com/mortradical. Mort merekamnya di Rockness Music Studio, sementara eksekusi mixing dan mastering mereka serahkan pada Utha di Warehouse Sound, Jakarta.

“Proses pengerjaannya juga cukup lama mengingat kesibukan personel yang cukup padat dan jadwal rekam serta mixing-mastering yang harus antri membuat lagu ini sedikit terlambat dari jadwal rilis awalnya,” ungkap pihak Mort kepada MUSIKERAS.

Namun, menjalani proses rekamannya justru sangat menyenangkan sekaligus penuh tantangan bagi para personel Mort. “Karena ini merupakan single yang kami gunakan sebagai pijakan menuju album debut kami. Tentunya kami berusaha agar mampu keluar dari imej (EP) ‘Berontak!!!’ yang telah rilis sebelumnya. Dari segi musikal, kami membuat banyak hal yang tidak ada di ‘Berontak!!!’ seperti riff-riff yang lebih cepat, choir yang lebih ‘berisi’, tempo lagu yang tentunya lebih mengentak, serta mencoba untuk memasyarakatkan musik ‘thrash’ di telinga teman-teman di Bali.”

Saat memulainya, Mort beranggotakan empat orang yaitu Angga Baskara (vokal), I Putu Wicaksana (gitar), Weda Adnyana (bass) dan Bagus Rangga (drum). Namun, seiring berjalannya waktu, disebabkan satu dan lain hal Weda dan Rangga meninggalkan band. Kini formasi terbaru Mort mempekerjakan seorang bassis additional.

Kata ‘mort’ diambil dari bahasa Prancis, yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘mati’. Filosofinya Mort ingin mematikan kejenuhan, kebosanan, dan rasa tidak nyaman para pendengar. Musik mereka berbasis pada thrash metal, punk, dan rock yang sedikit banyak terpengaruh band-band seperti Speedwolf, Viking Skull, Sarcasm, Municipal Waste, Metallica, Motorhead, D.R.I, Black Flag, Razor Edge, Roxx, Sukckerhead, ((AUMAN)), dan Natterjack yang kemudian diramu menjadi satu kesatuan. (Mdy/MK01)