Jika membahas tentang musik rock era ‘80an dan ‘90an, apa saja yang terlintas di pikiran kalian? Suara melengking? Permainan solo gitar yang kerap berkepanjangan? Lirik tentang jiwa muda yang sarat energi, pesta, fun dan kehidupan glamor?

Ya, imej itu semua sepertinya bisa didapatkan di SK Triolekso (SKTL), sebuah band rock asal Jakarta yang baru meluncurkan single debut bertajuk “Time to Glam” di perayaan Record Store Day, April 2018 lalu. Lagu tersebut menceritakan tentang ajakan ber-glamor ria dari sudut pandang prespektif yang berbeda, yaitu tentang sisi glamor gaya hidup rock n roll remaja. Gemerlap Ibukota jakarta menyajikan banyak pilihan dan tingkatan ke glamour-an, mulai dari kelas atas, menengah hingga kelas ke bawah.

Sementara dari sisi konsep musik, “Time to Glam” diramu dengan berbagai inspirasi elemen hard rock, funk rock, rock n’ roll, blues, heavy metal hingga alternative. “SKTL atau SK Triolekso adalah gabungan empat musisi dengan idealis musik rock yang berbeda-beda. Walaupun sepakat memainkan musik rock, namun kami memiliki referensi dan sudut pandang masing-masing mengenai apa itu musik rock,” urai pihak band kepada MUSIKERAS.

Misalnya Nanggala, sang gitaris. Permainannya banyak terpengaruh riff-riff agresif serta melodi-melodi panjang yang represif. Sedangkan bassis Eldi memilih memihak pada musik-musik New Wave of British Heavy Metal dan thrash metal yang memiliki dentuman bass konstan tanpa embel-embel permainan cantik dalam merepresentasikan permainannya. Dramer Dimas adalah penggemar permainan John Bonham (Led Zeppelin) dan Dave Grohl (Nirvana/Foo Fighters) yang memiliki gebukan bertenaga dan tanpa kompromi. Sementara Bima, vokalnya sarat inspirasi dari para vokalis bersuara lantang seperti Robert Plant (Led zeppelin), Axl Rose (GN’R), Rob Hallford (Judas Priest) dan juga Miljenko Matijevic (Steelheart). 

Keseluruhan pengaruh tersebut lantas menyatu dalam nuansa musik rock jiwa muda yang enerjik  serta menghibur. Ditambah instrumen lagu dan  juga lirik yang mudah dipahami, sehingga bisa menghasilkan live performance yang interaktif dan sarat energi.

Proses kreatif dalam penciptaan lagu “Time to Glam” sendiri berawal dari kepenatan para personel akan tugas kuliah yang menupuk. Selepas jam kuliah, mereka pun sepakat untuk melupakan segala hal yang berbau tugas kuliah, berkumpul, minum dan bermain gitar bersama sebagai sarana pelampiasan.

“Ketika mulai banyak celotehan atau potongan lirik spontan akibat menurunnya kesadaran, kerangka-kerangka lirik tadi lantas mulai disatukan secara lebih serius dan detail di setiap part-nya dan tercetuslah sebuah lagu yang berkaca pada sisi keglamouran dari berbagai macam kalangan di ibukota Jakarta,” ulas para personel SKTL blak-blakan.

Tahap berikutnya adalah perekaman single yang dikerjakan secara kolektif oleh para personel SKTL. Berbekal soundcard sang dramer, para personel sepakat merekam sendiri single tersebut. Dan saat menjalani prosesnya, mereka masih merasakan peleburan karakter vokal, bass dan gitar belum menyatu dengan musiknya seperti yang mereka bayangkan. “Maklum saja rekaman pertama masih membutuhkan pencarian karakteristik!”

SKTL sendiri terbentuk pada akhir 2013 di kampus Kesenian Jakarta. Mereka merangkai nama bandnya dari dua kata, yaitu ‘SK’ yang diambil dari panggilan kecil Bima, dimana teman-teman lamanya selalu memanggilnya dengan sebutan ‘Setan Kecil’. Sementara kata ‘Triolekso’ sendiri merupakan ide dari Eldi, yang merupakan akronim dari ‘Lupain ajE Kata Semua Orang’.

Single ‘Time to Glam’ telah termuat di album kompilasi “Record Store Day Pasar Santa 2018”. Dan saat ini, SKTL juga sudah menjalani proses rekaman album perdana mereka. Dari 10 lagu yang mereka rencanakan, enam diantaranya sudah melalui proses balancing dan mixing. Tiga di antara 10 lagu yang terdapat di album mereka nantinya bakal dirilis secara bertahap dalam beberapa bulan ke depan. (Mdy/MK01)

.