Konflik bisa menimbulkan perpecahan. Tapi di Bandung, sebuah band hardcore justru mengklaim terbentuk karena adanya konflik. Dan bahkan konflik itu pula yang melatari pembentukan namanya, yakni Kon:flik:tion, yang merupakan singkatan dari ‘Conflict in Nation‘.

Ya, band yang mulai mengukuhkan keberadaannya pada akhir 2017 lalu itu mengakui, mereka sepakat bersatu karena dilatari keresahan akan konflik yang begitu banyak terjadi di sekeliling mereka. Konflik antar masyarakat, isu SARA hingga bentuk baru penguasaan massa dengan pencucian otak, menjadi alasan utama terbentuknya Kon:flik:tion.

“Konflik di negeri ini memicu kami untuk memulai sebuah band, sebagai sarana pemuas dahaga, meluapkan protes pada sistem yang tetap tak akan berpihak, dengan musik cadas yang kami mainkan,” cetus Kon:flik:tion via siaran persnya.

Dan sebagai pelontar lirik-lirik kerasnya yang termuat di album mini (EP) “Untruthfully Sold” yang sudah dirilis via Never Stop Records sejak April 2018 lalu, para personel Kon:flik:tion – Febby (gitar), Rifki (dram), Mbie (bass), Badick (gitar) dan Baruz (vokal) – menggeber ‘tipikal’ short core heavy hardcore yang menurut mereka kini sudah jarang dimainkan oleh band-band keras. “Kami menawarkan materi yang tanpa basa basi. Straight to the point,” seru pihak band kepada MUSIKERAS, memberi penegasan.

Dalam urusan pengonsepan musik, Kon:flik:tion mengakui banyak sekali asupan gizi yang datang dari referensi berbeda-beda setiap personel. Namun terkhusus untuk “Untruthfully Sold” ini, band-band seperti The Exploited, Black Flag, Minor Threat dan juga Pantera adalah sebagian kecil yang menjadi influence mereka dalam berkarya.

Proses penggarapan rekaman lima lagu di “Untruthfully Sold” sendiri dieksekusi pada 22-23 Maret 2018 di Red Studio, Bandung. Proses kreatif penggarapan demonya dimulai dari Febby dan Baruz yang membuat mentahan materi awal, yang lantas dikirimkan ke Rifki untuk ‘digambar’ ke dalam format digital. Setelah itu dibagikan ke seluruh personel. “Akhirnya, tanpa latihan band ini langsung masuk studio untuk merekam semua materi-materinya!”

Adalah Baruz, setelah membubarkan band Balcony bersama Badick, yang memulai bergulirnya karir Kon:flik:tion. Keduanya lantas mengajak dua personel terakhir di formasi Balcony, yaitu Febby dan Mbie untuk bergabung. Lalu untuk melengkapi lini rhythm section, mereka juga menggaet Rifki, mantan dramer Forgotten. Tidak muluk-muluk, target utama mereka dengan band ini adalah melontarkan banyak karya yang punya ciri khas.

“Karena intinya kami ingin menelurkan banyak karya musik dalam bentuk-bentuk yang – walaupun tidak baru dan tidak orisinil – tapi bisa membuat karakter baru, dan bisa mencuri perhatian!” (Mdy/MK01)

.