Sepulang dari tur Jepang dalam paket “Everloud Japan Vol. 0 & 1” yang berlangsung di El Puente, Yokohama dan Antiknock, Shinjuku pada 8 dan 10 Juni 2018 lalu, salah satu monster technical death metal Tanah Air, Deadsquad langsung menasbihkan perilisan album split bertajuk “3593 Miles of Everloud Musick”, dimana mereka berbagi lahan audio dengan The Kandarivas, sebuah unit experimental grindcore asal Jepang.

Ya, kolaborasi ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama kedua band dalam menyukseskan penyelenggaraan event festival musik ekstrim bawah tanah, Everloud di kedua negara. “Everloud” sendiri sudah diselenggarakan sebanyak tiga kali di Jakarta, yang diprakarsai oleh gitaris dan pendiri Deadsquad, Stevi Item serta Rifky Bachtiar dari unit death metal Revenge. Sementara Everloud cabang Jepang diorganisir oleh The Kandarivas, atas koordinasi dan kurasi dari pihak Everloud pusat di Jakarta.

Bagi Stevi, kolaborasi tersebut cukup menarik karena bisa diwujudkan walau pun sedikit terkendala komunikasi. “Kami paling sering ngobrol dengan gitaris (The Kandarivas) Tomoki, karena hanya dia yang sedikit mengerti bahasa Inggris, walau pun sering nggak ngerti juga dia ngomong apa,” seru Stevi sambil tertawa, saat berbicara di depan media di acara peluncuran “3593 Miles of Everloud Musick”, di I-Six Kemang, Jakarta Selatan, kemarin.

Bagi Deadsquad yang kini dihuni formasi baru; Stevi, Daniel Mardhany (vokal), Karisma (gitar), Anak Agung Gde Agung (bass) dan Alvin Eka Putra (yang juga masih tercatat sebagai dramer Noxa), ini merupakan pengalaman pertama mereka merilis album split. Sebelumnya, band yang telah menggeliat sejak 2006 silam tersebut selalu merilis album penuh, yakni “Horror Vision” (2009), “Profanatik” (2013) dan “Tyranation” (2016).

Untuk kebutuhan “3593 Miles of Everloud Musick”, Deadsquad menyuntikkan sebuah lagu baru bertajuk “Blessphemy” yang digarap oleh formasi terbaru, serta “Altar Eksistensi Profan 2.0”, sebuah komposisi daur ulang dari lagu “Altar Eksistensi Profan” yang sebelumnya termuat di album “Profanatik”. Kali ini, ramuan sound di “Altar Eksistensi Profan 2.0” digeber dengan distorsi yang lebih low, dimana Stevi dan Karis menghajar gitar 7 senar, yang diimbangi betotan bass 5 senar dari Agung. Hasil daur ulang tersebut lumayan membuat lagunya terdengar berbeda dan lebih fresh. Kedua lagu tersebut sekaligus menjadi penjajalan perdana bagi Alvin dan Agung dalam karya rekaman Deadsquad.

Proses rekaman “Blessphemy” dan “Altar Eksistensi Profan 2.0” dieksekusi Deadsquad di Shoemaker Studio, Jakarta, dengan bantuan engineer Ricky yang disupervisi oleh Moko Aguswan. Sementara untuk proses penataan dan pelarasan suara (mixing/mastering) dilakukan di Noise Lab Studio oleh Miko Valent. The Kandarivas yang menyumbangkan komposisi “334”, “Nebuta”, “Reverb” dan “Oharai” merampungkan produksi rekamannya di Tokyo, Jepang.

Oh ya, untuk perilisan dan peredaran “3593 Miles of Everloud Musick” di Indonesia, ditangani oleh label independen Black and Je Records bekerja sama dengan Snakegoat Music selaku publishing karya-karya Deadsquad serta dengan Everloud Music Japan sebagai label yang menaungi The Kandarivas. Selain diedarkan di Indonesia, “3593 Miles of Everloud Musick” juga akan terdistribusikan di Jepang oleh Everloud Music Japan melalui gerai Disc Union serta jaringan bawah tanah di skena Jepang. Khusus pendistribusian di Tanah Air, Black and Je juga menggandeng Alaium Records, sebuah label independen milik Daniel Mardhany. Kerja sama ini mereka sebut dengan istilah ‘do it with others’ (DIWO), sebuah pengembangan dari gerakan ‘do it yourself’ (DIY). (mdy/MK02)

Kredit foto: Adi Wirantoko (@Warprocks)

.