Walau sebenarnya telah digaungkan sejak tahun lalu, unit cadas asal Jakarta, Dead Vertical akhirnya baru benar-benar secara resmi merilis single terbaru mereka yang bertajuk “Elektro Visual Adiktif” via Threesixty Musik. Pengolahan, penataan dan pelarasan nada menjadi kendala utama pengemasannya, yang membutuhkan waktu hampir setahun untuk mendapatkan hasil terbaik.

“Iya, kendalanya selama hampir setahun baru dirilis adalah proses mixing-mastering-nya, karena kami ingin benar-benar berbeda hasilnya dibanding rekaman-rekaman single atau album sebelumnya. Setelah terjadi perdebatan dan revisi beberapa kali barulah kami sepakat dengan hasil lagu ‘Elektro Visual Adiktif’ yang saat ini kami rilis,” ungkap Boybleh, vokalis sekaligus gitaris Dead Vertical, kepada MUSIKERAS.

“Elektro Visual Adiktif” sendiri direkam Boybleh, Bonny “DeadbonZ” (bass) dan Aryablood (dram) di Studio SAE Indonesia, yang berlokasi di Jakarta Selatan. Persiapannya sendiri cukup panjang, karena melibatkan mahasiswa di kampus tersebut untuk berkolaborasi kerja dengan tim audio dari Dead Vertical.

Loading equipment dan setting hingga pemilihan karakter sound memakan waktu sehari dan untuk proses rekamannya sendiri dua hari. Di pembuatan lagu ini kami melakukan beberapa eksperimen seperti penggabungan amplififier tabung dengan ampli combo non tabung untuk divisi gitar. Sementara untuk bass dan dram masih standar prosedurnya, hanya ada tambahan mikrofon untuk sound yang lebih natural.”

Lewat single ini pula, secara musikal, Dead Vertical sekaligus melakukan manuver konsep. Kali ini mencoba kembali ke akar grindcore, namun dengan rasa hardcore punk. “Tapi unsur dark dan metalnya tetap ada, hanya lebih kasar dan style jalanan, karena album-album sebelumnya citarasa death metal-nya masih intens. Jadi mungkin sekarang dan selanjutnya kami lebih memainkan roots grindcore yang tentunya tetap dengan khas musik Dead Vertical,” urai Boybleh yang menulis lirik “Elektro Visual Adiktif” lebih lanjut.

Disamping mempromosikan “Elektro Visual Adiktif”, Dead Vertical saat ini juga tengah berkutat merampungkan kurang lebih 17 lagu untuk materi album terbaru yang rencananya bakal dirilis pada 2019 mendatang. “Angka 17 sesuai dengan usia band kami yang menginjak tahun ke-17 tahun ini. Kami juga sedang melakukan dealing dengan salah satu label musik ekstrim di Indonesia.”

Dead Vertical terbentuk di Jakarta Timur pada 22 November 2001 silam, dengan mengusung geberan musik cadas yang agresif, brutal, padat, serta kental akan nuansa European grindcore. Formasi awal dihuni Iwan (vokal), BoyBleh (gitar/vokal), Bony (bass) dan Andriano (drums). Pada awalnya, olahan musik Dead Vertical banyak terinspirasi Napalm Death, Terrorizer, Sepultura, Brutal Truth, Repulsion, dan sebagainya.

Pada pertengahan 2003, Andriano mengundurkan diri dan posisinya digantikan oleh Bimo, eks Free To Decide. Formasi inilah yang lantas merilis album debut bertajuk “Fenomena Akhir Zaman” (2004 – The Eye Music). Tak lama setelahnya, giliran Bimo yang hengkang dan digantikan oleh Arya Blood, seorang dramer veteran yang pernah menghuni Highlander, For My Blood, Panic Disorder dan Looserz. Di akhir 2005, Iwan juga mengundurkan diri sehingga formasi Dead Vertical pun menjadi tiga orang. Awal 2006, trio ini pun merilis album mini bertitel “Global Madness” secara independen. Setahun kemudian, Dead Vertical mendapatkan pengalaman berharga, tampil sebagai opening act konser Napalm Death di Jakarta. Setelah terlibat di album split bertajuk “When Love Finds A Fool, Grind Still Rules!” (2007) – bersama band Proletar dan Gory Inhumane Genocide – Dead Vertical pun berturut-turut merilis album “Infecting The World” (2008), “Perang Neraka Bumi” (2011) dan “Angkasa Misteri” (2016).

.