Rock tidak mutlak harus divisualkan dengan warna serba hitam. Tidak harus mengenakan kaus berwarna hitam dengan gambar atau tulisan nama band cadas favorit. Itulah prinsip band rock baru ini, Bias Senja. Nama terkesan folk, tapi ternyata dipilih agar mudah diingat, bernuansa kekinian dan tidak terlalu menonjolkan kesan ‘rock’.

“Nama Bias Senja adalah hasil berembug kami bertiga,” cetus ketiga personelnya; Yudie Setiawan (vokal/gitar), Fitra Abimanyu (dram) dan Bagos Setiawan (bass) kepada MUSIKERAS menegaskan. 

“Awalnya kami bertiga adalah teman lama di Yogyakarta, ketika kami masih menimba ilmu di perguruan tinggi. Kami sering satu panggung walaupun dengan band masing-masing yang beraliran hardrock, garage rock hingga japanese rock. Ketika hijrah ke Jakarta, kami bertemu dan bersepakat untuk membuat band dengan musik sendiri tanpa mengkhususkan kami masuk dalam ranah genre rock seperti apa,” urai Yudie memperjelas.

Baru-baru ini, trio Bias Senja meluncurkan sebuah single menarik bertajuk “Diksi”, yang mereka sebut sebagai sebuah deduksi bernada tentang lagu cinta modern. Keresahan ketiga musisi ini sudah sangat memuncak, dan mereka ingin mengutarakan lagu cinta yang cerdas. Karena banyak sekali lagu cinta yang berputar kencang di udara dan telinga saat ini, dengan pilihan diksi yang ‘murahan’ dengan persepsi agar bisa laku tanpa mempertimbangkan dan memperjuangkan visi untuk mencerdaskan pendengar.

Maka mereka pun menciptakan “Diksi”, sebuah single yang bercerita tentang mengapa lagu cinta diciptakan dan menjadi komoditi seusainya. Pilihan kata yang dibubuhkan sangat ‘santun’ sehingga jika tidak waspada mempelajari liriknya, maka pendengarnya akan berpikir bahwa lagu tersebut adalah lagu cinta murni, bukan sebuah sarkasme.

“Diksi” sendiri digarap selama tiga bulan, yang direkam dan diupayakan di empat studio berbeda. Seluruh tracking dikerjakan secara parsial, bekerja sama dengan Richard Taihutu – salah satu sound enginer yang karyanya pernah digunakan di film “Fast & Furious 4” – untuk mixing dan mastering.

Formula musik di lagu “Diksi” cukup kompleks. Paling tidak itu yang dirasakan  Yudie, Fitra dan Bagos saat menjalani proses pengolahannya. Mereka cukup berhati-hati dalam bereksperimen dengan sound, pemilihan lirik serta memilih ramuan agar musik berat menjadi terasa ‘ringan’. 

“Kami cukup ter-influence dengan beberapa musik mancanegara seperti Morrissey, REM, Duran Duran hingga The White Stripes. Walaupun basic kami sendiri adalah pecinta rock murni. Dari sisi tone gitar, banyak menggunakan pedal fuzz tua hingga sebuah gitar single coil tahun ‘70an. Segi drum kami juga memilih perangkat dram yang cukup berumur agar memberikan tone yang matang. Begitu pula sektor bass yang menggunakan beberapa pedal overdrive lawas untuk memberikan low mid yang unik demi kebutuhan lagu. Pemilihan lirik sendiri sangat sarat dengan ‘sarkas’ terhadap lagu-lagu yang beredar sekarang yang terlalu mendayu-dayu. Yang bisa dianalogikan seperti seorang pria dewasa yang kehilangan hormon testosteron,” papar Yudie panjang lebar.

Setelah merilis single “Diksi”, Bias Senja rencananya akan membuat tur kecil di kawasan Jakarta dan sekitarnya, dengan beberapa band sahabat mereka. Dan sambil menjalaninya, mereka juga bakal terus mengerjakan materi untuk album penuh yang sampai saat ini telah memasuki tahap 60% dari proses keseluruhan. (mdy/MK01)

.