“Punk yang nggak rock-rock banget!” Begitu Benharlem memagari konsep musiknya. Dan formula itu pula yang ditunjukkan band asal Yogyakarta ini lewat single “Kita”, yang baru saja diluncurkan video klipnya secara resmi. 

“Seringkali kami pusing bagaimana menyebut genre kami, karena masing-masing personel memiliki latar belakang musik yang berbeda, mulai dari classic rock, jazz, punk, hip-hop, sampai heavy metal, dimana musik yang dihasilkan pada akhirnya tidak dapat kami didefinisakan secara tajam,” papar Benharlem kepada MUSIKERAS, mencoba menjelaskan.

Single “Kita” sendiri dicomot dari materi album debut Benharlem, “Medan Perang” yang sebenarnya sudah diedarkan sejak 2016 silam. Secara sederhana, di lirik lagu tersebut, Dimas Yudha (gitar/vokal), Ridho S. Harahap (gitar), Ryan “Komeng” Fajarsyah (dram) dan Aan Pideksa (bass) bercerita tentang keikhlasan, berlapang dada, berbesar hati, dan tentang mengambil makna positif dari peristiwa yang telah berlalu. 

“Lagu ‘Kita’ dipilih karena lagu itu adalah kejujuran pertama yang ditulis, berdasarkan kisah nyata. Kami berharap bisa membagikan pengalaman yang mungkin juga banyak dirasakan oleh orang lain. Harapannya adalah kami bisa memberi suatu sudut pandang tentang bagaimana menyikapi perpisahan, perpecahan, pertengkaran dan semua hal-hal yang mungkin terjadi tidak sesuai harapan kita.”

Masa penggarapan video klip “Kita” yang disutradarai sendiri oleh Dimas Yudha berlangsung relatif singkat. Kurang lebih dua bulan untuk pematangan konsep, talent, lokasi pengambilan gambar hingga pengeditan. Hampir keseluruhan proses dikerjakan Benharlem sendiri, serta dibantu oleh beberapa rekan sineas lokal. Video klip “Kita”, adalah salah satu persembahan dari Benharlem untuk mengawali 2019, sekaligus mengawali rangkaian trilogi dari dua video klip selanjutnya yang akan tayang di 2019.

Secara keseluruhan, materi album “Medan Perang” sendiri direkam Benharlem di Judas Studio, Yogyakarta. Mereka menghabiskan waktu selama kurang lebih enam bulan untuk merampungkannya. Vokalis dan gitaris Dimas mengeksekusi sendiri tahapan mixing dan mastering. Sebelum rekaman, proses kreatif dimulai dengan mengaransemen lagu tanpa lirik, kemudian menulis kegelisahan-kegelisahan dalam keseharian untuk diracik ke dalam aransemen. 

“Judul album ‘Medan Perang’ memiliki makna kehidupan kita, adalah medan perang kita, di situlah segalanya terjadi. Jatuh bangun dan bahagia berjalan silih berganti. Bagaimana cara memaknai dan menyikapinya itulah yang dimaksud perang. Kalah atau menang, kita sendirilah yang bisa  menentukan. Apakah kita menang dalam perang? Ataukah kita kalah? Tergantung cara kita menghadapi dan memaknai perang tersebut. Siapa lawan kita? Mampukah kita? Sudah sampai mana kita? Kehidupan kita adalah medan perang kita,” urai Benharlem lagi, berfilosofi.

Benharlem terbentuk pada November 2012, yang berawal dari pertemuan Dimas dan Arman Harjo (rap), lalu menghasilkan album mini (EP) “Tak Terbatas” berisi lima lagu pada 2013. Seiring berjalannya waktu formasi semakin lengkap dengan masuknya Ridho (gitar), Moron (bass) dan Odit (dram). Dalam perkembangannya, posisi Moron digantikan oleh Aldino. Lalu pada 2014, Arman Harjo hijrah ke Jakarta dan sempat digantikan oleh Vikal. Odit juga mengundurkan diri untuk bekerja dan digantikan oleh Ryan yang mengisi posisi dram hingga saat ini. Terakhir, Aan bergabung menggantikan Aldino. Sebelum album “Medan Perang”, Benharlem telah merilis dua buah video klip dan album EP (2014). (aug/MK02)

.