Monumen Susu Murni yang terletak di simpang Pasar Kota Boyolali, Jawa Tengah bergetar saat God Bless, grup rock tertua Indonesia yang masih aktif manggung dan rekaman, merobek udara malam dengan lagu pembuka “Suara Kita” dari album “Semut Hitam” (1988). Itulah puncak acara Boyolali Rock Festival 2019, gelaran musik rock yang diselengarakan oleh Pemda setempat, dan tahun ini sudah memasuki penyelenggaraan ke-empat. Berlangsung selama dua hari, 26 dan 27 Juli 2019 lalu.

Selama lebih dari 1,5 jam, Achmad Albar atau yang akrab disapa Iyek (vokal), Ian Antono (gitar), Donny Fattah (bass), Abadi Soesman (kibord) dan Fajar Satritama (dram) menyajikan repertoar yang didominasi lagu-lagu berirama cepat. Termasuk “Maret 89”, “Sodom Gomorah” mau pun  “Musisi” yang dirangkai jadi satu (medley) dengan mars “Bangun Pemudi-Pemuda” . Dengan rata-rata usia berkepala enam – Iyek yang bahkan baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-73 – God Bless seakan tengah memberi pelajaran kepada musisi generasi muda bahwa usia mestinya bukan kendala dalam berkarya. Lihat saja, kecuali Abadi Soesman dan Fajar yang terkurung instrumen masing-masing, Iyek, Ian dan Donny terus bergerak saling bertukar tempat. Nampak sekali mereka berusaha memberikan tontonan maksimal.

Kemunculan Bupati Boyolali, Seno Samudro, ke atas panggung untuk berduet dengan Iyek dalam lagu “Misteri” dan “Trauma” menambah kemeriahan suasana. Penonton pun dengan suka cita turut ber-sing a long.  “Insya Allah God Bless akan tampil tahun depan,” teriaknya yang disambut gemuruh. 

Meski terkesan spontan, toh Seno Samudro mempersiapkan kejutannya dengan sungguh-sungguh. Sehari menjelang pertunjukan, misalnya, ia mendatangi hotel tempat rombongan God Bless menginap untuk berlatih beberapa kali putaran. Ya, hasilnya tidak sia-sia. “Saya lihat Pak Bupati sangat menghayati sekali penampilannya malam ini,” puji Iyek.

Boyolali Rock Festival 2019 diikuti oleh 126 peserta dari berbagai kota di Indonesia. Salah satu yang berhasil ke final, Sentuhan Band, bahkan berasal dari Malaysia. Animo musisi muda terhadap ajang adu kemampuan nampaknya masih terbilang tinggi. Haniy Band asal Sulawesi memerlukan waktu perjalanan selama dua hari dua malam dengan kapal laut untuk dapat ikut bertanding dan melaju ke final.

God Bless bukanlah grup band yang lahir dari ajang kompetisi seperti ini, melainkan terbentuk dari sekelompok anak band yang mempunyai hobi sama dalam bermusik. Namun mereka menyatakan kekagumannya menyaksikan kesebelas peserta pada malam final yang semuanya membawakan lagu wajib dan pilihan dalam aransemen rock progresif.

“Semoga tahun depan Boyolali Rock Festival tetap berlangsung,” teriak Iyek sebelum mengakhiri penampilannya dengan hits klasik mereka, “Semut Hitam”.

God Bless yang resmi terbentuk pada Mei 1973 silam, sejauh ini telah merilis album “God Bless/Huma Di Atas Bukit” (1975), “Cermin” (1980), “Semut Hitam” (1988), “Raksasa” (1989), “Apa Kabar” (1997) dan “36th” (2009). Sebagian besar lagu dari album-album tersebut telah terpatri kuat di ingatan para penggemarnya, dan sekaligus menjadi album-album rock yang abadi dalam sejarah perjalanan industri musik di Indonesia. (Denny MR)

Kredit foto : Vinca Satritama

.