(Artis) Grausig – (EP) Re-Abandoned, Forgotten & Rotting Alone – (Prod.) 2019 Disembowel Records

Salah satu album cadas paling mengerikan yang pernah dirilis pada penghujung era ‘90an, “Abandon, Forgotten And Rotting Alone” kini telah dibangkitkan oleh sang empunya, Grausig. Didasari banyaknya permintaan untuk menghadirkannya kembali, sekaligus sebagai perayaan dua dekade perilisannya, unit brutal death metal asal Jakarta itu pun kembali menguliknya, meniupkan ruh baru, dan menghadirkannya dalam format album mini (EP) yang lebih fresh.

Eits, tapi jangan salah sangka. Perilisan ulangnya yang diberi judul “Re-Abandoned, Forgotten & Rotting Alone” bisa dibilang sama sekali tidak mengotak-atik aransemennya. Personel Grausig saat ini – Isma “Bolonk” Sulaiman (vokal), Slamet “Mame” Kuskaijan (gitar/vokal latar), Rodewin “Ewin” Naiborhu (bass) dan Denny Zahuri (dram) – hanya merekam ulang, sekaligus membenahi kualitas tata suaranya dengan pendekatan yang lebih modern. Hasilnya, geberan distorsinya menghujam lebih kejam dengan artikulasi yang terdengar lebih jelas. Disamping itu, oleh Rudi “Gorging Suicide Art” Yanto, sampul depan digambar ulang dengan detail yang lebih keji.

Walau pun direkam ulang, tapi karya rekaman terbaru Grausig ini bukan tergolong re-issue. Mereka hanya memilih dan mengeksekusi ulang lima lagu dari delapan trek yang ada di album aslinya, yaitu “The Omens of Titanic Martyrdom”, “Horrendous Dead in Xenodochium”, “Father of the Flesh”, “Embalmed Crucifixion” dan “….. Dismemberment”. Selain itu, juga ada tambahan satu lagu yang belum pernah direkam sebelumnya, yakni “Thy of the Damned”.

Kenapa harus merekam ulang? Menurut Denny, faktor kepemilikan master album aslinya menjadi kendala utama jika harus merilisnya kembali. Karena saat album tersebut dirilis oleh Independen Records (sub-divisi dari Aquarius Musikindo) pada 1999 silam, kontrak antara GrausiG dengan pihak label adalah jual putus master rekaman. Jadi, keseluruhan master dalam format pita reel 2 inchi serta master DAT hasil mixing wajib diserahkan seluruhnya kepada pihak Independen Records/Aquarius Musikindo. Hak edar serta hak kepemilikan atas album tersebut merupakan hak mutlak pihak label, dan bukan lagi berada di pihak GrausiG.

“Atas dasar tersebut, dan memperhatikan banyaknya permintaan perihal rilis ulang album tersebut, GrausiG akhirnya sepakat untuk merekam ulang beberapa lagu yang termuat di album tersebut ke dalam format yang baru, dengan formasi personel yang berbeda dengan rekaman terdahulu,” ungkap Denny kepada MUSIKERAS.

Oh ya, sesi rekaman “Re-Abandoned, Forgotten & Rotting Alone” juga melibatkan beberapa gitaris tamu. Ada Andre Tiranda (Siksa Kubur) yang mengeksekusi isian solo di komposisi “….. Dismemberment”, lalu Pipinx (Straighout) di lagu “The Omens of Titanic Martyrdom”, Atenx (Panic Disorder) di lagu “Embalmed Crucifixion” dan Robby Agam di “Thy of the Damned”.

Jika harus jujur, secara keseluruhan, “Re-Abandoned, Forgotten & Rotting Alone” yang direkam menggunakan teknik rekaman digital di K Studio dan Apache Studio ini memang b berhasil menyuntikkan ‘darah’ baru di sekujur album. Tapi seperti umumnya lagu atau album yang direkam ulang, kita akan sedikit kehilangan greget dari emosi para musisinya, seperti yang terasa di rekaman aslinya. Tak terkecuali album “Re-Abandoned…” ini. Tapi ya, memang itu susah dihindari karena pengalaman dan situasi yang jauh berbeda. Pula, album ini dieksekusi oleh 75% personel yang berbeda. Versi aslinya waktu itu direkam oleh formasi mendiang James Andri Budiyanto (vokal), Ricky Wisisena (gitar), Stephanus Ino Prayudhi (bass) dan Denny Zahuri (dram).

Sisi positifnya, sebagian besar lagu dari “Abandon, Forgotten And Rotting Alone” kini kembali bisa dinikmati dalam format digital dan fisik dengan kualitas tata suara yang representatif, sekaligus melengkapi arsip sejarah perjalanan musik metal di Tanah Air.  (mudya/MK01)

Baca juga: https://musikeras.com/2019/11/12/usai-menjarah-malaysia-grausig-panaskan-ep-re-abandoned/

.