Album mini (EP) debut bertajuk “Bad Mantra” yang dirilis pada 2017 lalu sedikit banyak telah membekali band rock persilangan asal Semarang ini untuk terus berkarya. Apalagi pun telah ditempa pengalaman fisik tatkala melakukan tur keliling Pulau Jawa pada 2018 lalu. Dan Olly Oxen meyakini, sudah saatnya untuk fokus merampungkan album penuh pertama.

Hasil workshop serta produksi yang dijalani Gawank Kusumo (dram), Yanuar Gemby (gitar), Novelino Adam (bass) dan Mere Nauval (vokal) sepanjang tahun 2019 akhirnya membuahkan hasil. Debut karya rekaman album penuh berjudul “Mahiwal O’ Ndes” akhirnya lahir. Satu point penting yang berhasil mereka capai di album ini adalah penggunaan Bahasa Indonesia di tuturan lirik lagu-lagunya. Berbeda dibanding “Bad Mantra” yang beramunisikan empat lagu berbahasa Inggris.

Bagi para personel Olly Oxen, tidak mudah mengeksekusi lirik dalam Bahasa Indonesia. Alasannya, bahasa mempengaruhi banyak hal, mulai dari karakter dialek hingga cara bertutur. “Dari prasangka kata, bahasa Indonesia terlalu banyak. Dan kalau penyampaian Bahasa Inggris itu di kata benda, Bahasa Indonesia justru di kata kerja. Jadi beda logika penyampaian,” beber pihak band kepada MUSIKERAS, menjelaskan.

“Mahiwal O’ Ndes” sendiri digarap selama satu tahun penuh, direkam di studio musik 4WD, di Semarang. Dalam menjalani prosesnya, band bentukan 2016 ini dibantu oleh rekan mereka, engineer Hamzah Kusbiyanto untuk urusan mixing dan mastering, sekaligus yang menyarankan Olly Oxen untuk merekam lagu-lagu di album tersebut satu per satu. “Karena sesuai dengan karakter juga. Jadi mungkin satu bulan sekali rekaman. Maklum band bapak-bapak ini berkumpul paling maksimal seminggu dua kali… hehehe.”

Lewat album ini pula, para personel Olly Oxen sangat memprioritaskannya demi memperpanjang umur kebersamaan mereka. Dari latar belakang tersebut, lagu yang dihasilkan gagasannya juga jadi lebih beragam. Misalnya lagu “Novelino Says NO” mungkin terdengar ‘brengsek’, lalu sekejap ke lagu “Nyawa” yang drastis menjadi introspektif. “Itu karena kami menyerap satu tahun kehidupan beserta segala variabel yang menyertainya.”

Lagu “Mahiwal O’ Ndes” sendiri dipilih menjadi judul album karena membuat banyak simpul di liriknya yang menyerap laku teks mantra. Lagu ini dianggap merekatkan album dengan karya Olly Oxen sebelumnya. Jika “Bad Mantra” adalah mobil, maka “Mahiwal O’ Ndes” adalah merk spesifiknya. Kata ‘Mahiwal O’ Ndes’ merupakan gabungan dari dua bahasa, yakni Jawa dan Sunda. Secara spirit menangkap iklim kolaboratif yang diyakini akhir-akhir ini. Dan seperti karakter mantra, kita menaruh harapan muluk bahwa album ini bisa menjadi tradisi lisan di kemudian hari,” ujar Mere, penulis lirik dan lagu.

Dari segi penjelajahan musik, “Mahiwal O’ Ndes” merupakan arena bermain tanpa aturan dengan selera yang terbentuk oleh karya mereka terdahulu. Olahan dram yang ikonik ala lagu-lagu rhythmic airplay, bersanding dengan dentuman bass yang melodius, yang lantas ditutup oleh permainan gitar dengan lick-lick blues tak beraturan yang dibalut sound fuzz modern racikan Gemby.

Saat ini, “Mahiwal O’ Ndes” sudah tersedia di berbagai platform digital seperti Spotify, iTunes, JOOX, dan lainnya, dan juga dirilis dalam format kaset. (mdy/MK01)

.