Visualisasi pertama dari rangkaian teror berwujud video trilogi telah diluncurkan oleh monster hardcore metal asal Surabaya ini. Sebagai pembuka, formasi Ardiansyah ‘Kecenk’ (gitar), Bayuaji Hastutama (vokal), Rama Nanda (dram) dan Agushari ‘Soul Lamb’ (bass) memilih “The Prophecy” dan telah tayang di kanal YouTube sejak empat minggu lalu.

Di penggarapan video “The Prophecy”, Fraud menggandeng Alexa Visual, dimana kedua pihak sepakat menghadirkan konsep video klip bernuansa sinematik yang bernafas thriller. Ide utama dari klip tersebut adalah kisah tentang seorang anak yang menolak, yang bermimpi untuk memutus mata rantai ritus lunatik, yang diwariskan secara turun temurun oleh keluarga besarnya. Kelak, sang anak akan dihadapkan oleh dua pilihan. Ia turut larut dalam dinasti kegelapan keluarganya, atau menitih jalan sunyi demi lolos dari jerat kutukan yang dibangun oleh keluarganya sendiri.

Kesumat itu, dimampatkan dalam sebuah video klip dengan visual yang gory. Meracik trilogi videoklip merupakan pengalaman sekaligus tantangan baru bagi Fraud. Mereka, berupaya untuk meretas batas dengan melakukan berbagai eksperimentasi ekstrim.

“The Prophecy” sendiri menandai sepak terjang Fraud yang terbaru setelah sebelumnya merilis dua album ganas berjudul “No Fans Just Friend” (2014) dan “Movement Before Mouthment” (2015). Lagu tersebut menjadi langkah pemanasan menuju perilisan album penuh ketiga, “Sanctuary” yang rencananya bakal mereka luncurkan via label Blackandje Records, pada akhir Agustus 2020 mendatang.

Proses kreatif penggarapan “Sanctuary”, diungkapkan pihak band kepada MUSIKERAS, terbilang cukup lama. Alasannya, karena pre-produksi yang mereka jalani dibiarkan mengalir santai. “Jadi setengah lagu kami selesaikan sambil liburan. Ada yang di Batu Malang, Bandung, Bali dan Surabaya. Untuk proses rekam dram dan vokal, kami (merekamnya) di Inferno Studio Surabaya, (sementara) rekam gitar dan bass di Fun House Studio, Bandung.”

Dari segi konsep musikal, Fraud mendeskripsikan musik di album “Sanctuary” nanti melibatkan elemen dari hardcore, punk, thrash metal, death metal dan bahkan black metal. Menurut band yang berawal dari side project 10 tahun lalu ini, terserah nantinya orang-orang mau menyebut genre mereka apa, para personel Fraud sama sekali tidak keberatan. Dan jika membandingkan konsep musiknya dengan “No Fans Just Friend” dan “Movement Before Mouthment”, Fraud juga menegaskan mereka masih mencoba mempertahankan benang merah dari kedua album tersebut.

“Mungkin ‘bumbu’ metal di album ketiga (nanti) makin terasa dibanding album sebelumnya, tapi masih hardcore juga sih,” cetus pihak band menegaskan.

Dalam waktu dekat, sekuel video trilogi Fraud bakal dirilis. Dan setelah badai pandemi Covid-19 berhenti mendera, Fraud menjanjikan untuk kembali menggila. (mdy/MK01)

.