Empat poros blastbeat di ranah grindcore bersinergi dalam sebuah album kompilasi berformat ‘4-way split’ bertajuk “Axis of Blastbeats”. Mereka adalah Extreme Decay (Malang), Dead Vertical (Jakarta), Busuk (Depok) dan Bersimbah Darah (Gianyar, Bali). Total disesaki 12 lagu, hasil gabungan amunisi tiga lagu baru dari masing-masing band.

Pemilihan judul album itu sendiri berangkat dari dasar pemikiran berikut. ‘Axis’ berarti ‘poros’, sementara ‘blast beat’ merupakan terminologi untuk teknik ketukan dram super cepat dalam musik metal ekstrim. Pertama kali dipopularkan Mick Harris, dramer band pionir grindcore Napalm Death pada pertengahan dekade 1980-an. Lalu dipertegas dan disempurnakan oleh Pete Sandoval, dramer Terrorizer dan Morbid Angel beberapa tahun kemudian.

Tercetusnya ide untuk menciptakan “Axis of Blastbeats” dimotivasi oleh semangat pertemanan antar anggota Extreme Decay, Dead Vertical, Busuk dan Bersimbah Darah yang sudah terjalin selama bertahun-tahun. Lantas diperkuat pula oleh keyakinan dan fanatisme yang militan terhadap grindcore sebagai manifestasi musik super ngebut, lantang, frontal, tanpa basa-basi dan non-kompromis. 

Adalah Blackandje Records sebagai label rekaman independen yang memuluskan misi persekongkolan tersebut. Dan kali ini, Blackandje mempersembahkan proyek baru yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. merilis album split dengan mengandalkan pejuang grindcore terbaik Tanah Air. Grindcore sendiri merupakan salah satu subgenre dari heavy metal yang paling ekstrim, hasil persilangan antara hardcore punk, thrash metal dan death metal. 

Extreme Decay

Komplotan cadas senior kelahiran kota Malang, Jawa Timur pada 1998 silam ini memang konsisten berada di jalurnya. Mereka terbilang produktif dalam mengisi diskografinya yang meliputi beberapa album studio penuh, album mini serta split bersama band dalam dan luar negeri. Tahun lalu, Extreme Decay merilis album penuh bertajuk “Downfall of a God Complex” melalui Selfmadegod Records, label rekaman berbasis Polandia. 

Sang dramer, Eko Setiyo Priyono mengungkapkan ihwal awal penggarapan materi untuk “Axis of Blastbeats” bahwa, “Awalnya materi kami memang untuk split single 7″ (vinyl) dengan Busuk, tapi karena ada sesuatu hal label yang mau meriliskannya batal. Kemudian materi tersebut dibuat 4-way split dengan Busuk, Dead Vertical, dan Bersimbah Darah,” ujar Eko mengungkap latar belakang proyek kompilasi tersebut.

Extreme Decay yang masih diperkuat oleh formasi Eko, Ahmad Fahrulli (gitar/vokal), Mochamad Ravi (gitar/vokal) dan Anizar Yasmin (bass/vokal) menyumbangkan tiga lagu baru untuk “Axis of Blastbeats”, yakni “Autokafir”, “Serangan Panik” dan “Kolaps – Harsh Remix”. Ketiganya direkam di Natural Studio, Surabaya, sementara untuk pemolesan mixing dan mastering dieksekusi di Grim Studio, Jakarta.

“Semua materi belum pernah dirilis oleh label mana pun. Dan ini merupakan materi fresh dari Extreme Decay. Untuk lagu ‘Kolaps’ ini versi berbeda dari materi yang ada pada EP ‘Antiviral’,” cetus Eko lagi.

Dead Vertical

Terbentuk pada 2001 di wilayah Jakarta Timur, nama Dead Vertical mulai melesat sejak merilis album penuh keduanya, “Infecting the World” pada 2008 silam, melalui Rottrevore Records. Band ini dikenal dengan lirik-lirik yang setajam silet dan menginkorporasi elemen thrash metal dan death metal ke dalam komposisi grindcore besutannya. Tidak peduli sering disebut sebagai band yang tidak murni grindcore, mereka lebih fokus menjadi produktif dalam merilis karya, serta aktif menginvasi berbagai panggung di seantero Indonesia selama dua dekade terakhir. Pada 2019 lalu, album kelima, “XXVI” dirilis melalui Blackandje Records untuk memeringati 17 tahun perjalanan band ini. Tahun lalu, mereka merilis rilisan lepas berjudul “Devide Et Impera”.

Sejak 2004, Dead Vertical konsisten berformat trio, yang digerakkan oleh Arya “Aryablood” Gilang Laksana (dram), Adi “Boybleh” Wibowo (gitar/vokal) dan Bonny “Deadbonz” Suhendra (bass).

Sang frontman, Boy Bleh mengungkapkan alasan dia dan bandnya memilih merilis karya terbarunya melalui proyek “Axis of Blastbeats”.

“Jarang-jarang nih Dead Vertical berkolaborasi 4-way split, sesuatu yang spesial. Apalagi band-band grindcore ini berbahaya semua. Suatu kebanggaan pastinya bisa kolaborasi dengan mereka (Extreme Decay, Busuk, Bersimbah Darah).”

“Tajam Ke Bawah Tumpul Ke Atas!”, “Remaja Dalam Serangan” dan “Budak Duniawi” adalah tiga lagu yang diandalkan Dead Vertical di album split ini. Ketiganya merupakan hasil rekaman (termasuk mixing dan mastering) di K Studio, Bekasi.

“Materi baru ini lebih fresh pastinya, karena berbeda nuansa dengan materi-materi sebelumnya. Gaya grindcore-nya lebih banyak unsur punk rock dan heavy metal,” ujar Boy meyakinkan. 

Bersimbah Darah

Kuartet grindcore yang menggeliat dari Gianyar, Bali sejak 2007 silam ini telah mengantongi satu album mini bertitel “Demography Berdarah” (2007) rilisan Anti Revang Records, lalu album penuh “Land of Terror” (2011) via No Label Records serta album mini (EP) produksi mandiri berjudul “Meracuni Tirani” (2015), yang menggeber empat lagu rekaman studio plus satu lagu live. Selain itu juga ada DVD berisi video live di Hellshow 2014 serta rekaman visual dari sesi rekaman.

Rico, sang gitaris mengungkapkan motivasi di balik partisipasi bandnya dalam proyek “Axis of Blastbeats” ini. Menurutnya, kalau bikin single atau EP sudah pernah mereka lakukan sebelumnya.

“Proyek split ini yang belum pernah kami buat, apalagi dari empat band ini, kami sudah berteman sejak lama. Dan yang menariknya lagi, kami berempat berasal dari daerah yang berbeda-beda, (tapi) disatukan oleh genre yang sama yaitu grindcore.”

Untuk “Axis of Blasbeats”, formasi Made Aswin Juni (vokal), Riko Andri Taupan (gitar/vokal), Bowie Eldra (bass) dan Swarna Dwija Indratanaya aka Indra (dram) menyalakkan lagu baru berjudul “Dominasi Ancaman”, “Euforia Derita” dan “Elegi Kehancuran”. Proses rekaman keseluruhan dieksekusi di Fantasy Reborn Studio, Gianyar, Bali. Sementara khusus penataan suaranya (mixing) dirampungkan di Texas Sicklab, Sidoarjo, Jawa Timur.

“Materi Bersimbah Darah untuk split ini lebih berbeda dibanding materi-materi pada album penuh kami di tahun 2011 atau EP di tahun 2015. Terutama dari segi sound dan aransemen. Dijamin berat, cepat, tapi kadang melambat… hehehe,” ujar Rico meyakinkan.

Busuk

Lahir dari rahim skena DCHP (Depok City Hardcore Punk) pada 2005, Busuk merupakan penggiat grindcore yang memiliki ruh punk. Selama kurun 2008 – 2014, Busuk tercatat telah merilis empat album split dan sebuah EP. Bendera Busuk semakin berkibar sejak merilis album penuhnya, “Worshipper” melalui Lawless Jakarta Records pada 2020 lalu. Musik di album tersebut banyak terpengaruh oleh band-band Swedia.

Vokalis Busuk, Abdillah ‘Adul’ Nurul Ramdan mengungkapkan salah satu motivasi bandnya menjalankan 4-way split ini. “Supaya tetap menjalankan tradisi lama dari band-band grindcore sebelumnya, rilis split album. Plus dibarengi keempat band ini semuanya sudah mengeluarkan single-single sendiri, termasuk kami (Busuk)”.

Adalah komposisi beringas berjudul “Incisions”, “Deathgaze” dan “The Multi Suicide” yang ikut menggetarkan “Axis of Blastbeats”. Adul, Kristian ‘Tyan’ Parhusip (gitar), Eka Muhammad Faisal (bass) dan Erlangga ‘Eki’ Mukti Wardana (dram) merekam semua instrumentasi di Apache Studio, Bekasi. Tapi khusus vokal direkam di Jaret Studio, juga di Bekasi. Sementara pemolesan mixing dan mastering dikerjakan oleh Yarin Hugo Hagai di Tel Aviv, Israel.

Mulai 1 Juni 2023, album “Axis of Blastbeats” siap menggerinda timpanik membran para metalhead, dan bakal tersedia dalam format fisik CD. Selain bisa diterima dengan baik oleh pendengar dan meraih eksposur yang lebih luas, harapan empat jawara grindcore tersebut setelah album “Axis of Blastbeats” rilis adalah bisa tur menggerinda bareng ke seantero Nusantara. (MK03)

.

.