Oleh @mudya_mustamin
Tahun ini baru setengah jalan. Tapi karya-karya rekaman yang dirilis di berbagai platform digital maupun gerai fisik sudah membludak, dengan kualitas serta eksplorasi yang mencengangkan. Khususnya di ranah musik-musik keras. Jika tahun lalu kita dikejutkan karya-karya terbaik dari Lorna Shore, Dayseeker, Polyphia hingga Bad Omens, maka tahun ini sepertinya menjadi milik Sleep Token dan Avenged Sevenfold. Dua band yang sejauh ini menjadi buah bibir di skena. Sleep Token sekali lagi membuat terperangah akan eksplorasinya di album “Take Me Back to Eden” yang menjadi pelengkap trilogi “Sundowning” (2019) dan “This Place Will Become Your Tomb” (2021), sementara Avenged Sevenfold menunjukkan lompatan evolusi yang bernyali di album “Life Is but a Dream…”.
Enam lagu yang kami pilih di sini, kami anggap yang terbaik sejauh ini (walaupun sejujurnya sangat sulit menentukan jika hanya memilih satu lagu, khususnya dari album milik Sleep Token dan Avenged Sevenfold). Kriteria yang kami terapkan, adalah berdasarkan keunikan eksplorasi serta eksperimentasi komposisinya. Serta tentunya, tetap mengandung nada-nada yang catchy.
.
“The Summoning” (SLEEP TOKEN)
Adalah satu dari enam lagu yang diluncurkan sebagai rilisan tunggal dari album studio ketiga mereka, “Take Me Back to Eden”. Lagu yang mulai diperdengarkan pada 6 Januari 2023 berdurasi 6:35 menit tersebut menghadirkan komposisi unik khas Sleep Token, yang terbilang tak lazim diterapkan di pakem musik keras. Apalagi di ranah metal. Selain vokal khas Vessel yang sarat penjiwaan ala penyanyi soul, “The Summoning” juga menggiring kita ke manuver progressive metal yang depresif namun sarat kejutan. Patahan breakdown gagah yang dimulai pada menit 1:28 tentunya kini menjadi serpihan komposisi terfavorit banyak orang. Tapi tikungan tajam bercorak funk di menit 5:01 juga sukses ‘memaksa’ pendengar bergeser ke jagat lain, seperti magnet yang tak bisa dielakkan.
.
“Without A Whisper” (INVENT ANIMATE)
Salah satu karya metalcore yang berhasil terhindar dari pakem monoton genre ini, yang belakangan semakin mudah ditebak. Pemilihan nada di bagian chorus jelas merupakan kekuatan utamanya, yang bisa terus terngiang di benak kita selama berhari-hari. Sementara di lini instrumentasi, menghadirkan balutan racikan suara gitar bernuansa shoegaze yang atmosfirik dan menghipnotis, yang dipadukan ketukan ritmis yang groovy. “Without A Whisper” adalah salah satu komposisi unggulan dari “Heavener”, album studio keempat Invent Animate yang dirilis pada 17 Maret 2023 via label UNFD.
.
“Meeting the Master” (GRETA VAN FLEET)
Di awal gebrakan karirnya sempat dituding tak lebih dari sekadar penerus Led Zeppelin. Tapi band belia ini berhasil memenangkan penghargaan Grammy 2019 untuk kategori album rock terbaik untuk EP “From the Fires”, dan selanjutnya terus berevolusi memperlihatkan potensi aslinya. Layaknya sebuah berlian yang telah mengalami proses penempaan, dan perlahan menyiratkan kilaunya. “Meeting the Master” adalah jalan pembuka menuju perilisan album terbaru, “Starcatcher” yang rencananya diluncurkan pada 21 Juli 2023 mendatang. Kali ini, Greta Van Fleet mengedepankan komposisi rock bernuansa 1970-an yang lebih abstrak, psikedelik, misterius sekaligus indah dan menawan.
.
“We Love You” (AVENGED SEVENFOLD)
Gelagat aneh yang mulai disinyalkan band ini sejak melepas album “The Stage” (2016) kini dieksplorasi lebih tajam. Jeda hampir tujuh tahun sepertinya telah menghasilkan berbagai ide dan gagasan liar yang lantas mengeras seperti kristal, lalu ditempa, digosok dan dilicinkan menjadi 10 lagu plus satu komposisi instrumental yang membuat banyak penggemar Avenged Sevenfold mengernyitkan dahi. Namun anehnya, semakin didengarkan, materi album “Life Is but a Dream…” yang antara lain memuat lagu “We Love You” ini seperti candu, atau obat terlarang yang membuat ketagihan. Atau layaknya minuman kopi yang terasa pahit di awal, namun lantas memicu adrenalin yang membuat kita bersemangat dan bergairah. Efek itu tak hanya terasa di “We Love You”, namun antara lain juga mengusik di komposisi “Nobody” dan “Cosmic”.
.
“Wildfire” (PERIPHERY)
Album “Periphery V: Djent Is Not a Genre” yang dilincurkan pada 10 Maret 2023 via label 3DOT Recordings mempertajam posisi Periphery sebagai salah satu band pelopor demam djent yang tak terkalahkan hingga hari ini. Dan “Wildfire” adalah salah satu lagu unggulan mereka yang memamerkan eksplorasi luar biasa dari band prog-metal asal Washington, AS tersebut. Brutal, teknikal, namun groovy dan diperkuat alunan chorus berkontur ‘pop’ yang renyah. Lalu terjadi manuver pengereman mendadak di menit 4:28, dimana alunan piano serta saksofon berpola jazz yang kalem menyusup paksa, menghadirkan ruang lega untuk menghirup oksigen yang menenangkan, sebelum telinga kembali dihujani deru distorsi yang intens.
.
“Rise” (EXTREME)
Dalam sepekan sejak pertama kali tayang di YouTube, video klip lagu ini langsung melesat, ditonton lebih dari satu juta kali (kini sudah ditonton lebih dari tiga juta kali). Bukan hanya karena band rock yang pernah berkibar di era 1990-an ini sudah lama tak merilis album, namun karena “Rise” memuat salah satu permainan gitar solo rock terbaik dari Nuno Bettencourt. Secuil komposisi solo berdurasi hampir satu menit tersebut telah ‘membangunkan’ banyak gitaris, dan menjadi perbincangan hangat di mana-mana. Bahkan disebut-sebut sebagai sebuah permainan solo yang seolah menghidupkan kembali ruh mendiang Eddie Van Halen. “Rise” sendiri merupakan lagu unggulan pembuka dari album “Six” yang telah resmi dirilis pada 9 Juni 2023 lalu, atau berjarak 15 tahun dari album sebelumnya, “Saudades de Rock” (2008). O ya, buat yang belum familiar, Extreme yang terbentuk sejak 1985 ini telah merilis enam album studio, yang telah terjual sebanyak lebih dari 10 juta keping di seluruh dunia. Nama mereka mulai dikenal luas berkat album “Pornograffitti” (1990) yang antara lain memuat lagu rock balada akustik fenomenal, “More Than Words”.
.
Leave a Reply