Kekelaman hidup manusia saat pandemi menyergap sebagian besar belahan dunia – termasuk di Indonesia – tidak mudah begitu saja hilang dari ingatan. Setelah lebih dari tiga tahun berjalan, dan kini status virus Corona sudah ditetapkan menjadi endemi, saatnya untuk berintrospeksi bahwa selain pandemi, banyak juga masalah lain di dunia ini yang terus mengganggu tatanan hidup manusia.
Kenyataan itulah yang coba diangkat oleh band beringas bentukan Juni 1997 silam asal Jakarta Selatan ini. Lewat lagu rilisan tunggal terbarunya, berjudul “Pandemik Semesta”, yang diluncurkan bekerja sama dengan Disaster Records, Cryptical Death merefleksikan berbagai macam kisah dan perasaan manusia dalam menghadapi situasi dan kondisi lingkungan dengan kekuatan non-manusia seperti virus Corona.
Berbagai testimoni dari sahabat-sahabat terkait pengalaman hidup mereka selama pandemi memberikan gambaran begitu besarnya perubahan yang dialami oleh manusia dalam kehidupan sehari-sehari. Mulai dari kehilangan orang-orang yang dicintai, terpuruknya kondisi ekonomi setelah kehilangan pekerjaan, atau retaknya hubungan keluarga akibat perceraian. Apa yang terjadi akibat pandemi tidak hanya menghantam satu orang atau sekelompok manusia, melainkan nyaris seluruh manusia yang hidup di atas bumi!
“Pandemik Semesta” sendiri sudah mulai digodok sejak 2020 lalu. Materinya rampung tahun berikutnya, namun pelepasannya ditunda untuk mendapatkan momentum yang tepat. Proses kreatif peracikannya dilakukan setelah mendengar dan merasakan apa yang disampaikan vokalis Fathun Karib ke gitaris Farid Irawan. Lalu Farid membuat aransemen musiknya dan membawanya ke studio untuk latihan. Tapi menurut penuturan pihak Cryptical Death kepada MUSIKERAS, aransemennya lantas dipoles ulang setelah tiga personel baru, yakni Indrawan Epik (dram), Komarudin ‘Komar’ (bass) dan Toan Sirait (gitar) resmi bergabung.
“Setelah Epik dan Toan masuk dalam formasi baru, ada perubahan riff dan ketukan dram. Lagunya menjadi lebih cepat dan pilu nada-nadanya. Timing yang pas setelah kami dengerin pidato bahwa pandemi berhenti dan kita memasuki endemi. Desember 2023 jadi waktu yang tepat karena tahun ini resmi berhenti dan bulannya sama seperti awal Corona (muncul pertama kali) di Wuhan.”
Concern Citizen
Lebih jauh, Cryptical Death menegaskan bahwa mereka bukan anak band yang membuat musik berdasarkan apa yang sedang diminati di skena. Melainkan, proses kreatif mereka selalu berkaitan dengan apa yang terjadi di masyarakat secara sosial, politik, ekonomi dan budaya. Ada isu-isu yang perlu direspon melalui musik.
“Kami buat musik bukan karena kami anak band, tapi sebagai concern citizen. Kenapa ya meski corona tengah berlangsung masih ada peperangan, kriminalitas, orang mengambil keuntungan dari penderitaan orang lain, pembuatan undang-undang yang merugikan orang banyak dan peristiwa-peristiwa lainnya yang masih berlangsung. Corona tidak memberhentikan orang berperilaku buruk. Kayaknya persoalannya bukan ada wabah atau tidak, tapi persoalan manusianya. Kami akhirnya buat lagu yang ada nuansa kelam dan pilunya buat bikin pernyataan, (bahwa) manusialah pandemik sebenarnya, yang lebih mengerikan dibanding Corona!”
Dengan perjalanan karir yang terbilang cukup panjang, bagaimana pendekatan para personel Cryptical Death dalam menggarap musiknya saat ini?
“Jelas ada perubahan dari referensi musik,” cetus mereka menegaskan.
Farid, saat ini tengah getol mendengarkan musik yang tidak berasal dari ranah metal, mulai dari Chet Baker, Cigarettes After Sex, Rhye, Billy Holiday hingga Sigur Rós. Tapi referensi lamanya, juga masih tetap didengarkan, seperti Tragedy, His Hero is Gone, Code13, Napalm Death hingga Destroy!.
Selain itu, formasi baru Cryptical Death telah memberi kontribusi yang juga signifikan. Kehadiran Toan misalnya, telah memberikan peran besar dalam segi karakter dan kualitas musik, dimana ia juga dipercaya sebagai produser, baik untuk “Pandemik Semesta”, maupun untuk materi-materi berikutnya. Pun dari sisi isian dram, dimana permainan Epik lebih cepat dan bertenaga sehingga membuat musik Cryptical Death lebih maksimal.
Cryptical Death sendiri, di sisi lain, sebenarnya justru jarang membuat musik dengan mencari referensi terlebih dahulu. “Pertanyaan yang lebih pas buat kami adalah ‘Apa yang dirasakan sehingga musiknya bisa seperti itu?’ Referensi membuat musik Cryptical bermula dari apa yang dirasakan dalam melihat peristiwa sosial, politik, kebudayaan dan ekonomi. Perasaan sedih, amarah, kecewa itulah yang menentukan mood dan nuansa musik yang diciptain. Baru setelah mood dan perasaannya sudah didapatkan kami cari, ada nggak ya band-band yang mewakili mood dan nuansa ini?”
Grinding Hardcore Punk
“Pandemik Semesta” teridentifikasi berada di jalur grinding hardcore punk. Sedikit banyak tersuntik dari latar belakang musik para pendiri awalnya, dimana Karib dan Farid sejak awal telah menggeber lagu-lagu dari band hardcore punk seperti GBH, Code 13, Destroy!, Doom dan band beraliran hardcore punk, crusty dan grind lainnya, saat mulai membentuk band.
Di era 1990-an, musik grindcore tumbuh di skena musik metal, sedangkan di negara asalnya Inggris dengan band seperti Napalm Death, dan Amerika Serikat seperti Repulsion yang akar musikalitasnya adalah punk. Munculnya Cryptical Death mengembalikan akar dan sentuhan punk dalam musik grindcore di Indonesia. Karya Cryptical pertama pada 1997 adalah rilisan tunggal bertitel “Cause of War” yang dirilis dalam kompilasi kelompok “Hardcore United Locos Crew” serta lagu “Nazi Fuck off” dalam kompilasi “Still One Still Proud!”, rilisan Movements Records.
Selama 26 tahun berkarya, Cryptical Death telah merilis dua album penuh, yakni“Fight, Survive, Existence” (2000) dan “In Between Third Space” (2008). Juga ada satu album split bersama Burning Inside berjudul “Two Forces of Element Arise” (2001) dan lagu tunggal dalam album kompilasi “Perang yang tak Pernah Kita Menangkan” (2022) yang diproduksi Harder Records, label asal Bandung. Pada masa pandemi, tepatnya pada 2021, Cryptical Death juga sempat melepas dua lagu; “Bongkar!” dan “Akumulasi” yang disebar di platform digital.
Selain sebagai rilisan lepas, “Pandemik Semesta” yang dirilis pada 18 Desember 2023 juga merupakan bagian dari trilogi lagu dalam album Cryptical Death yang diproyeksikan rilis tahun depan. Lagu kedua, rencananya akan menyusul pada 1 Januari 2024. Untuk proses album keseluruhan, eksekusi rekamannya sudah dilakukan sepanjang Oktober hingga November 2023 lalu, dilanjutkan tahapan mixing dan mastering hingga Desember 2023. Albumnya sendiri nantinya bakal memiliki satu benang merah, yaitu mengenai kehancuran bumi akibat ulah manusia. (mdy/MK01)
.