Black metal tidak mutlak harus terlihat kelam dan gelap, termasuk ke pola keseharian serta karakter pelaku musiknya. Contohnya band asal Semarang, Jawa Tengah ini. Svakapvsara adalah kontradiksi berjalan. Mereka memproklamasikan ‘Depressive Suicidal Black Metal’ (DSBM) sebagai jalur musik yang ditempuh. Tetapi di kehidupan sehari-hari, para personel Svakapvsara berperilaku serupa anak didik Komeng, mengacu ke nama seniman komedi terkenal di Indonesia.

“Karena personel kami usil banget satu sama lain. Sempat saat melakukan take (rekaman) gitar, secara tidak sengaja pickup switch (di gitar) dibuat mainan sehingga suaranya terdengar belang dan perlu take ulang,” seru pihak band kepada MUSIKERAS, mengungkap salah satu pengalaman lucu mereka saat rekaman.

Pada 26 Januari 2024 lalu, Svakapvsara baru saja melepas karya rekaman terbaru, berupa lagu rilisan tunggal bertajuk “Cacat Jiwa”. Karya ini menyusul maxi-single “Parasit/Senjakala Derita” yang diluncurkan pada 27 Oktober 2022 lalu. Tapi sebenarnya, “Cacat Jiwa” merupakan satu rangkaian dengan “Parasit/Senjakala Derita”, namun teknisi rekaman (engineer) yang menggarap selama proses rekaman serta proses mixing-mastering menghilang.

“Kami tidak punya data multi-track sehingga trek ini kami rilis sendiri. Malah, ‘Cacat Jiwa’ merupakan trek yang kami tulis jauh sebelum ‘Parasit/Senjakala Derita’,” ujar Svakapvsara mengungkapkan latar belakang prosesnya.

Hilangnya sang teknisi menjadi kendala terbesar di penggodokan “Cacat Jiwa”. Tapi di sisi lain, Tendi Munthe (bass/vokal), Zulfi Khoirul (gitar) dan Faisal Haqiqi (dram) justru jadi menyadari, bahwa bagian lagu setelah refrain ada ketidakcocokan kord pada gitar dan bass. “Tetapi kalau dipikir-pikir masih satu nada. Sebelum itu, saat masih proses rekaman, komputer milik engineer tiba-tiba overheat sehingga perlu recover, waktu agak lama sekitar sebulan. Akhirnya kami menunda proses rekaman.”

Svakapvsara sendiri terbentuk pada 2020, yang awalnya diniatkan untuk menjadi band serupa grup metal jagoan asal Perancis, Gojira. Tapi niat muluk itu terbentur kemampuan bermain alat musik. Tendi, Zulfi dan Faisal akhirnya bergeser ke black metal yang membawa tema ke-Jawa-an. Hasilnya adalah lagu lepas “Bathara Anthaga (Togog)” yang dirilis pada Juli 2020.

Namun kemudian, menulis tema budaya tradisional menuntut pertanggungjawaban yang tidak sepele. Mereka pun menyerah. Dari situlah muncul ide untuk mengibarkan sub-genre DSBM yang menjadi penyelamat. Pertemuan musikal semacam Sadness (Amerika Serikat), Vallendusk (Jakarta), Soulless (Padang) serta band-band rumpun DSBM, atmospheric serta post-black metal adalah momen eureka bagi Svakapvsara. Mereka pun sepakat pindah ke lirik yang menceritakan hal-hal pribadi serta titik terendah hidup. Seperti yang telah dilampiaskan di “Parasit/Senjakala Derita”. “Cacat Jiwa” juga menceritakan titik terendah, saat kesendirian dan isolasi mengarah pada keputusasaan.

“Jadi aku tulis tuh soal perasaan putus asa, pengen mati, tapi ada kelihatan harapan di depan. Cuman itu harapan belum pasti, akan menolong atau tidak, akan menyelamatkan kita atau bikin kita makin terpuruk. Makanya aku buat menggantung,” ucap Faisal, penulis lirik “Cacat Jiwa”. Faisal menyebut mendiang Ivan ‘Scumbag’ Firmansyah (mantan vokalis Burgerkill) sebagai inspirasi penulisan lirik lagu tersebut.

Jika berpacu dengan para begawan DSBM macam Sadness atau Silencer (Swedia), racikan musik Svakapvsara jauh dari kata sekolam. Tidak ada penyalahgunaan repetisi pada aransemen mereka, dan durasi lagunya pun hanya sekitaran lima menit. Yang sama hanya satu; kualitas rekaman yang prematur.

“Kami sadar nggak se-DSBM itu. Bahkan kalau mau dicari di (situs) The Metal Archives, kami masuk ke kategori melodic black metal. Lirik kami DSBM, tapi musiknya nggak terlalu DSBM,” ujar Zulfi mengklarifikasi. 

Lalu, mengapa mereka masih tekun melabeli diri sebagai band DSBM dan merilis karya? Jawabannya sederhana. Black metal bagi Svakapvsara adalah taman bermain.

“Kami memposisikan Svakapvsara sebagai taman bermain sehingga kami merasa tidak punya batasan untuk bereksperimen. Apalagi black metal itu sendiri sangat cair menurut kami. (Jadi) Kenapa kami tidak bermain-main saja?”

Setelah “Cacat Jiwa”, kini Svakapvsara bakal mulai menggarap sebuah album mini (EP). Tapi ibarat pasukan paskibra (pasukan pengibar bendera), band ini masih di fase berbaris dengan posisi siap gerak. “Belum maju, jalan di tempat, atau pun serong kanan. Paling dekat kami akan menerbitkan Zine terbitan ketiga, dibarengi bentuk merch yang kerap dibikin oleh band-band pada umumnya. Ya, kaos!” (mdy/MK01)

.