Kembali ke permukaan, usai melewati sekian lama hiatus akan hiruk pikuk kehidupan panggung. Unit hardcore asal Surabaya, Jawa Timur, Strike Out kini menggeliat lagi, dan melepas sebuah karya rekaman terbaru bertajuk “Jati Diri”, dengan formasi dan gaya bermusik yang baru. Lagu itu, sekaligus membuka jalan menuju perilisan album mini (EP) debut.
Band yang terlahir pada 2012 silam ini sempat menarik diri dari skena hardcore, setelah sebelumnya membawakan musik dengan gaya oldschool hardcore. Paham yang telah mereka muntahkan di lagu-lagu rilisan tunggal seperti “We Are The One”, “Kau Teman Sikapmu Musuh”, “Sebuah Kebanggaan”, “We Are Family” dan “November Pain”.
“Jati Diri” sendiri merupakan lagu yang tema liriknya menceritakan tentang sekelompok muda-mudi yang mencoba untuk membenahi diri berdasarkan persepsi mereka sendiri, tanpa mendengarkan ucapan atau masukan dari orang-orang di sekitar mereka. Walau mendapat cacian dan hinaan.
Lirik dan musikalitas, menurut tuturan Strike Out kepada MUSIKERAS, menjadi aspek yang sangat penting di penggarapan “Jati Diri”, serta EP secara keseluruhan. Dari segi lirik, ditulis berdasarkan pengalaman-pengalaman sosial dari para personelnya. Suka dan duka yang pernah mereka rasakan, dan masih dalam satu benang merah yang sama, ditulis dan dirangkai sedemikian rupa sehingga terbentuk menjadi sebuah karya.
Sementara dari segi musikalitas, mengacu pada berbagai referensi yang kerap didengarkan oleh vokalis Haydar Afif Assegaff, gitaris Satria Nur Faiz dan Praga Sukma Rafsanjani, bassis Krisna Bagus Prayoga serta dramer Dika Habib. Instrumentasi serta nada-nada yang tertuang dalam EP dimaksudkan untuk memperkuat dan mempertajam makna yang ada dalam lirik lagu-lagu mereka.
“Pemilihan sound yang sangat membutuhkan banyak pertimbangan, dan waktu kurang lebih sekitar delapan bulan, dengan maksud agar (musiknya) mudah diterima di kalangan penikmat musik. Terutama di underground atau di hardcore sebagai genre yang kami pilih,” urai mereka.
Bagi Strike Out, musik hardcore yang mengandung amarah, semangat, ambisi serta bahkan air mata, adalah paham musik yang sangat pas buat mengekspresikan perasaan mereka. Distorsi serta nada-nada minor dari permainan gitarnya mampu mempengaruhi emosi pendengar. Juga gebukan dram yang cenderung tegas, rapat, dan powerful mampu menguatkan ritme dari genre hardcore tersebut, plus betotan bass yang menggelegar serta gaya bernyanyi scream dan growl yang penuh amarah menjadi kesatuan dari musik hardcore.
“Itulah mungkin yang membuat kami memilih genre hardcore sebagai pondasi untuk menyampaikan segala makna dan maksud dari karya-karya kami.”
Konsep baru yang terlampiaskan di “Jati Diri” maupun di keseluruhan materi EP nantinya lebih cenderung ke formula new-school hardcore yang banyak mengambil unsur-unsur breakdown, distorsi gitar dan bass yang lebih dalam, serta karakter vokal yang lebih garang. “(Konsepnya) Jauh berbeda dibanding karya-karya Strike Out sebelumnya yang bergenre old-school hardcore/punk hardcore, yang lebih cenderung bertempo cepat dan vokal yang sedikit mid-high. Sesuai dengan mindset awal (penggarapan) materi EP, yaitu menciptakan hardcore yang lebih fresh dan tidak terpaku pada tren-tren sub-genre hardcore yang sedang relate di pasaran.”
Persiapan peluncuran EP Strike Out, sejauh ini sudah melalui tahapan rekaman, mixing, mastering serta pengecekan ulang, yang dieksekusi di Inferno Studio. Kini hanya menyisakan penggarapan desain sampul album serta agenda untuk merilis video musik dari lagu “Jati Diri”. Dalam waktu dekat, jadwal perilisan resmi EP tersebut bakal segera diumumkan. (aug/MK02)
.
Leave a Reply