Vospison kembali menggaungkan eksistensinya, dengan menghadirkan karya rekaman anyar berbalut brutal death yang khas, lewat lagu rilisan tunggal berjudul “The Destruction Of The Dark Seas”. Sebuah komposisi yang diproyeksikan sebagai nomor pembuka menuju gerbang album penuh kedua mereka.
Band asal kota Malang, Jawa Timur yang terbentuk pada Agustus 2016 ini sendiri sebelumnya sudah pernah merilis album bertajuk “Diethlamide” pada 26 Juni 2021. Waktu itu diedarkan melalui label independen spesialis brutal death asal Banjarnegara, Dismembered Records. Dari sisi musikal, peracikannya banyak terpengaruh band-band besar dunia macam Disgore (AS), Abominable Putridity (Rusia), yang sekaligus dipadukan dengan unsur sensasi sonik yang cukup raw ala Putridity (Italia).
Namun di “The Destruction Of The Dark Seas”, kali ini konsep itu sedikit mengalami pergeseran. Kepada MUSIKERAS, Vospison yang diperkuat formasi Hidayatus Sofyan (vokal), Faisal Sukma (gitar), Oni Arim (dram) dan Guntur S. Atmanegara (bass) menyebut ada pendewasaan dalam pengolahan musiknya.
“Karena setelah perilisan album pertama yang cenderung keugal-ugalan dan berfokus pada speed dan musik serta sound yang raw, jadi kami memutuskan untuk ingin bermain lebih rapi di materi-materi yang akan datang. Jika ditanya perbedaan musiknya dibanding album pertama, kami lebih penekanan di segi tempo yang lebih rendah, dan sound yang lebih sedikit moderen. Dan di vokal, kami mencoba untuk lebih menekankan pada artikulasi lirik agar lebih enak didengar,” beber mereka merinci.
Bagi Vospison, selain rekonstruksi konsep, “The Destruction Of The Dark Seas” juga sekaligus menjadi penanda adanya pergantian personel setelah bassis Fikri Firman hengkang. Formasi yang sekarang menggarap lagu tersebut sejak akhir 2023 lalu di Monev Studio dan Kamar Tidur Soundlab, dengan mengacu ke musik-musik geberan band seperti Suffocation, Disavowed dan Deeds Of Flesh sebagai acuan utama.
Dari sisi lirik, “The Destruction Of The Dark Seas” menjadi sebuah bilah penegasan yang nyata dan sekaligus mencoba kembali menyelami lebih dalam tanpa terapung dari sebuah rasa perwujudan atas manifestasi gambaran Tuhan yang maha kuasa berwujud laut, samudra hingga ekosistem yang tumbuh di dalamnya.
“Seperti yang kita ketahui menjadi makhluk sosial tak lepas dari hubungan sinkronisasi antara daratan dan perairan. Seringkali kita hanya dipertontonkan keadaan peradaban dan arus modernisasi pada sisi global industrial daratan. Lantas apakah kita pernah menyadari mengenai apa yang terjadi pada pertumbuhan ekosistem laut lepas hingga segelintir orang yang menggantungkan mata pencaharian di ambang ombak hingga kita tak pernah tahu hal-hal yang terjadi di dalamnya,” urai Vospison, yang mengaku banyak mengadopsi referensi dari buku berjudul “The Outlaw Ocean” karya jurnalis Ian Urbina.
Tak hanya dirilis secara digital pada 1 Maret 2024 lalu, “The Destruction Of The Dark Seas” juga dimanifestasikan ke dalam format kaset serta CD oleh Grave Dead, dalam jumlah yang terbatas.
Secara paralel, saat ini Vospison juga tengah menggodok album terbaru yang sejauh ini sudah mencapai 75% dari keseluruhan produksi. Tinggal menyisakan tiga lagu yang belum rampung, serta perbaikan sana-sini di materi-materi lainnya. Vospison berharap, tahun ini mereka bisa menyelesaikan semua materinya dan secepatnya masuk studio rekaman. (aug/MK02)
.
Leave a Reply