Lewat lagu rilisan tunggal berjudul “Saltum Naturia” yang diluncurkan pada November 2022 lalu, atau beberapa bulan setelah terbentuk, AFRA mulai menancapkan eksistensi resminya di ranah gelap black metal Tanah Air. Gebrakan awal itu cukup masif ledakannya, hingga mampu menarik perhatian label asal Tiongkok, Pest Production yang sering memproklamirkan band-band besar. Termasuk dari Indonesia seperti Vallendusk dan Pure Wrath.
Kini, band asal Kediri, Jawa Timur ini meneruskan momentum tadi dengan meletupkan “Aruna Cakrawala”, sebuah album yang memuat enam trek, termasuk “Saltum Naturia”. Menurut band yang digerakkan formasi vokalis M. Dika Febrian (D), gitaris Dony Andi Saputra (Death) dan Myco Sujatmiko (Mychosterra) serta dramer Oik Omar tersebut, “Aruna Cakrawala” merupakan purwarupa wujud dari egoisme para personel AFRA.
Judulnya bermakna berkah di ujung cakrawala dunia, tempat dimana ujung imaji pelukis konsep lirikal AFRA, vokalis D yang percaya bahwa semua konsep utopia dan distopia bersemayam di sana. Sapuan warna sampul album “Aruna Cakrawala” dimetaforakan sebagai senja pembawa tirai waktu untuk menuju malam pertanda datangnya suasana baru, yang lantas disambung suar mengibaratkan datangnya utopia maupun distopia kembali.
Kenapa abstrak? Karena dalam merakit konsep, AFRA ingin membuat gebrakan baru bahwasanya atmospheric black metal tidak harus melulu tentang pegunungan, hutan, luar angkasa, hewan dan lain sejenisnya. Dari segi lirikal, AFRA fokus pada penggambaran imajinasi dari dua sudut pandang tentang utopia dan distopia yang mana dalam setiap baitnya menjadikannya seperti prosa yang mengandung unsur sureal, cosmos, dengan sentuhan bumbu depresi dari sudut pandang D.
Juga, lewat “Aruna Cakrawala” ini, AFRA menyajikan sebuah kesegaran sub-genre black metal dengan bumbu melankoli dan surealisme, yang berbalut riff padat penuh emosional. Karena dari segi musikal, AFRA antara lain terpengaruh band metal ekstrim asal Jerman, Der Weg einer Freiheit dan Pure Wrath (Indonesia) serta beberapa band klasik idola gitaris AFRA.
Mereka menerapkan perpaduan distorsi, modulasi yang diiringi tremolo picking sehingga membuat aransemen dan lirik bersatu menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ketika distorsi mampu memberikan kesan kejam dan bengis lalu modulasi-lah yang akan memberikan suasana dan memainkan emosional pendengar melalui aransement tersebut.
“Karena keselarasan ideologi kami berempat dalam memaknai black metal sendiri, dalam sudut pandang tentang kebebasan berperspektif soal rasa dan suasana, yang mana dalam penggambaran konsep kami mengutamakan keselarasan proporsional komposisi musik kami pada unsur-unsur alam dan seisinya,” urai AFRA kepada MUSIKERAS, mengungkap alasan mengapa memilih untuk mengeksplorasi black metal.
“Tapi kami juga, turut menyajikan konsep tema black metal baru dengan tema gambaran lirik tentang kontradiksi antara dunia utopis dan depresif pada kenyataan distopia dengan gambaran diksi metafora tentang situasi yang bersifat multitafsir. Setiap judul berkesinambungan dalam setiap lagu, layaknya sebuah buku dongeng yang berkelanjutan setiap bab dan halamannya,” lanjut mereka lagi.
Jadi, setiap lagu dalam “Aruna Cakrawala” merupakan sebuah instrumen dan prosa penghantar ke sebuah cerita dongeng teatrikal yang bisa dinikmati, karena keterkaitan antara judul dan kesinambungan alurnya. Dari AFRA dan pemberkahan dari Pest Production, “Aruna Cakrawala” menjadi wadah untuk merefleksikan black metal dengan surealisme untuk menenggelamkan para penikmat musik underground dalam lautan utopia dan melankolia.
Proses penggodokan album “Aruna Cakrawala” sendiri dimulai setelah debut “Saltum Naturia”, yakni pada pada Desember 2022. Lalu selama kurang lebih 5-6 bulan AFRA menjalani proses produksi dan rekamannya, termasuk tahapan mempersiapkan berbagai ide, suasana, hingga lirik. AFRA melakukan rekaman di studio keramat, Hellroom Studio, Kediri milik dari Bayu Sofian. Bayu juga sekaligus dipercaya untuk mengeksekusi mixing dan mastering.
Dalam menjalani prosesnya, Death – mewakili rekan-rekannya di band – menyebut komposisi yang berjudul “The White Wanderer” sebagai trek yang paling menantang secara teknis, lantaran dieksekusi dengan terapan tempo dram dan tremolo yang lebih unik dan deras dibanding trek lainnya. Variasi vokal juga lebih banyak menggunakan effort.
“Pula harus menyelaraskan kesinambungan dengan trek ‘Saltum Naturia’. Karena memang setiap trek dalam ‘Aruna Cakrawala’ selalu berkesinambungan. Tapi menurut saya, ‘The White Wanderer’ adalah yang paling menarik karena dalamnya pemaknaan diksi serta cerita di balik judul trek tersebut,” seru D beralasan.
Album “Aruna Cakrawala” sudah diedarkan via kanal resmi Pest Production di Bandcamp sejak 15 Desember 2023 lalu. Selain “Saltum Naturia” dan “The White Wanderer”, juga memuat lagu “Stardust In Elysian”, “Asteramerta”, “Rabbah” dan “Lintang”. (aug/MK02)
.