Usai mengeset ulang formasinya, unit post-hardcore asal Cikarang, Bekasi, Blood The Face akhirnya bisa memulai kembali agresinya di skena musik keras. Band bentukan 2011 ini telah mengawalinya lewat pelampiasan sebuah lagu rilisan tunggal bertajuk “Hopeless”. Sebelumnya, mereka sudah pernah merilis album mini (EP) berjudul “Rebirth” pada 5 November 2022.
Beberapa waktu lalu, produktivitas Blood the Face sempat tertunda lantaran adanya pergantian personel, dimana Pijar, vokalis yang lama mengundurkan diri lantaran ia ingin fokus ke usaha yang sedang dikerjakannya sehingga tak punya cukup waktu untuk bermusik. Posisinya lalu digantikan oleh Aji Pratama. Pergantian lainnya juga terjadi di lini dram, ditandai dengan bergabungnya Dulana ‘Dzul’ Agustian. Kedua personel baru tersebut memperkuat gitaris Asep Kuswendi dan bassis Gemilang Arie.
Menurut tuturan pihak band kepada MUSIKERAS, dengan bergabungnya Aji Pratama, karakter vokalnya yang tinggi kini lebih sesuai dengan konsep musik Blood the Face yang sekarang. Lalu kehadiran dramer baru telah mempercepat proses peracikan pola permainan dram, karena sebelumnya hanya mengandalkan beberapa dramer sementara.
Saat perekaman “Hopeless”, para personel Blood the Face melakukan workshop untuk menentukan komposisi lagu, mulai dari alur nada sampai pemilihan karakter efek suara. Selanjutnya, vokalis memasukkan lirik dan pola vokal. “Prosesnya memakan waktu sebulan setengah. Untuk gitar dan bass kami rekam di studio lokal Cikarang, Magemasher_Lab Records, dan untuk vokal di Rostel Records, sekaligus mixing dan mastering oleh Ricky Aprianto,” tutur Asep, mewakili rekan-rekannya di band.
Lagu “Hopeless” sendiri menceritakan tentang seseorang yang sedang putus asa, penuh tekanan dari berbagai faktor, dan hilang arah dalam hidup. Sehingga dia memilih untuk tidak mempercayai Sang Pencipta dan menyekutukannya. Tapi pada akhirnya dia sadar bahwa bagaimanapun kesulitan dan tekanan hidup yang dialaminya, ia tetap harus bersujud dan menyembah kepadaNya dan menemukan jalanNya kembali.
Di penggarapan musiknya sendiri, Blood the Face melebarkan paham post-hardcore yang mereka anut, dengan tetap memasukkan beberapa elemen yang membuat mereka berbeda. Misalnya ada patahan breakdown di tengah lagu yang membuat lagu ‘Hopeless’ tetap di jalur post-hardcore, serta menyisipkan riff-riff djent di bagian bridge.
“Yang membedakan dengan karya kami sabelumnya, untuk di vokal lebih tajam scream-nya, dengan clean vocal yang jangkauannya lebih tinggi, menjadi daya tarik di single kami. Referensi musik kami saat mengerjakan ‘Hopeless’ adalah Sleeping with Sirens. (Tapi) untuk aransemen kami berkiblat ke band post-hardcore Jepang seperti Story of Hope, Abstract dan juga My First Story.”
Selepas “Hopeless”, Blood the Face berencana menggelar tur seputaran Jabodetabek untuk mempromosikan lagu tersebut agar lebih banyak didengar oleh penikmat musik di skena. “Kami juga sedang proses pengerjaan single kedua yang akan mulai direkam setelah selesai tur di bulan Juni nanti, (sekaligus) untuk persiapan album perdana kami.”
“Hopeless” kini sudah bisa didengarkan di platform digital sejak 28 Maret 2024 lalu. (aug/MK02)
.
Leave a Reply