Berita mengejutkan datang dari kubu Korn, salah satu pelopor paham nu metal legendaris asal California, AS. Untuk tur mereka di Amerika Selatan, tepatnya di Kolumbia, Brazil, Argentina, Chili dan Peru, April ini, mereka terpaksa merekrut pembetot bass tamu untuk menggantikan posisi Fieldy yang secara mendadak tidak bisa menjalani tur tersebut. Penggantinya tak lain adalah Tye Trujillo, putra Rob Trujillo (Metallica) yang baru berusia 12 tahun!
“Kami benar-benar kelabakan Fieldy tidak bisa ikut bersama kami di tur ini, tapi juga bersemangat melakukan beberapa gigs bersama musisi yang masih sangat muda seperti Tye. Kami menantikan saudara kami Fieldy untuk bergabung kembali di AS pada Mei mendatang,” tulis pihak band di laman Facebook resminya.
Saat ini Korn tengah menjalani tur untuk promo album studio ke-12 yang bertajuk “The Serenity Of Suffering” (Roadrunner Records), yang telah dirilis di seluruh dunia sejak Oktober 2016 lalu. Sebagai karya rekaman terbaru mereka yang lumayan dinanti para penggemarnya, gebrakan awalnya cukup menyakinkan. Deretan single yang sudah ditebar ke berbagai kran media sosial, seperti “Rotting In Vain”, “Insane”, “Take Me” serta “A Different World” yang menghadirkan vokal Corey Taylor (Slipknot, Stone Sour) mendapat sambutan riuh. Secara kolektif, video mereka mengumpulkan lebih dari 15 juta penonton di kanal YouTube dan telah didengarkan (streaming) sebanyak lebih dari 10 juta kali.
Jonathan Davis (vokal), James “Munky” Shaffer (gitar), Brian “Head” Welch (gitar), Reginald “Fieldy” Arvizu (bass) dan Ray Luzier (dram) menggarap produksi rekaman “The Serenity Of Suffering” bersama produser Nick Raskulinecz (Foo Fighters, Deftones, Mastodon). Album ini kembali mengedepankan performa ikonik Korn, format dual-gitar yang dinamis, yang dipadu dengan luapan kemarahan, kekuasaan, kegelapan yang melumuri umbaran lirik-lirik lagu mereka. Di mata Brian Welch, “The Serenity Of Suffering” mungkin merupakan album paling heavy dari yang pernah mereka buat sejauh ini. “Memuat garapan musik yang paling intens, termasuk dalam hal vokal,” tegasnya.
Like father like son. Pepatah itu benar-benar berlaku buat Rob Trujillo. Karena kini Tye Trujillo telah mengikuti jejaknya sebagai pembetot bass. Tye sendiri kini tergabung di sebuah band bernama The Helmets yang dibentuk sejak 2013 di California, dimana seluruh personelnya berusia di bawah 12-13 tahun. Mereka, yakni Tye Trujillo, Bastian Evans (gitar), Kai Neukermans (dram) dan Bryan Ferretti (gitar/vokal) mengaku banyak terpengaruh album “Bleach” (Nirvana), “Black Gives Way to Blue” (Alice in Chains), “10,000 Days” (TOOL), “Funky People, Part 2” (James Brown), “13” (Black Sabbath) dan “Master of Puppets” (Metallica).
Kepada media The Huffington Post, Rob menyebut Tye sebagai pemain bass yang luar biasa dan juga seorang penulis lagu. “Dia banyak terpengaruh Jaco Pastorius, juga Miles Davis, atau Black Sabbath dan Led Zeppelin. Kami juga sering mendengarkan Queens of the Stone Age” dan TOOL. “Dia seperti karet. Dia suka funk. Dia benar-benar menyerap berbagai aliran musik.”
Ketika diwawancara Billboard tahun lalu, Tye menegaskan ia dan The Helmets tidak menyukai pop. “Kami benci pop, kami tidak memandangnya sama sekali. Semuanya terdengar sama.”
Kredit foto: Jimmy Fontaine
https://www.instagram.com/p/BJZetP0DHDz/