Dari Jepara, BRING OF THE HELL Kecam Gerakan Kebencian

Sekitar empat tahun sejak merilis album mini (EP) “Fight For God”, unit metalcore asal Jepara, Jawa Tengah, Bring of the Hell kini melempar sebuah single baru bertajuk “Hatred”. Lagu ini menjadi jalan pembuka, pemanasan sebelum merilis album penuh berjudul “Martyrs/Riots” yang rencananya akan rilis tahun ini.

Teriakan lirik di “Hatred” sendiri menyoroti peristiwa kelam pada 21 Mei 1998 silam, sebuah tragedi yang penuh kebencian dan menimbulkan kekacauan yang besar saat itu. “Lewat lagu ini, kami mau menyampaikan sudut pandang kami sebagai generasi muda untuk mengeritisi aktifitas sosial di sekitar kami. Sering kali kami temui tumpulnya hukum kepada penguasa namun tajam kepada rakyat biasa, dan beberapa (golongan) masyarakat masih menghargai orang yang berkasta. Kenapa harus ada sistem seperti itu? Kenapa ada hukum ini atau hukum itu? Yang kadang kalau kami pikir sepertinya lucu saja,” urai pihak band kepada MUSIKERAS.

Proses penggarapan lagu “Hatred” sendiri berlangsung selama sekitar tiga bulan, mulai dari proses kreatif hingga penulisan. Kemudian mengeksekusi rekaman, editing, mixing hingga mastering secara indepnden di rumah gitaris Bring of the Hell. Tapi khusus untuk produksi dram, mereka menggarapnya di sebuah studio profesional, yakni Strato Studio di Semarang.

Saat ini, proses penggarapan album “Martyrs/Riots” masih berjalan dan sudah dimulai sejak hampir dua tahun lalu. “Terbengkalai dengan sibuknya member (band) karena kuliah. Persentase penggarapan album bisa dikatakan baru 65%, baru tiga lagu yang sudah selesai termasuk ‘Hatred’ ini.”

Bring of The Hell yang banyak terinspirasi musik dari band-band seperti August Burns Red, As I Lay Dying dan Miss May I terbentuk sekitar akhir 2010, oleh pertemanan Ghozy (vokal), Dio (gitar) dan Gresia atau Bendol (dram). Ketiganya lantas mengajak Bayu (gitar) dan Yudha (bass) bergabung dan melakukan jamming. Belakangan, terjadi lagi perubahan formasi di band ini. Yudha memutuskan untuk mengundurkan diri dan lantas digantikan Bayu yang beralih menjadi pembetot bass. Sementara untuk tambahan di gitar, mereka merekrut Hanif.

Bring of the Hell sempat ikut beberapa festival musik lokal di Jepara dengan menggunakan nama ‘Toilet for Sale’ pada 2011. Namun karena merasa nama tersebut tidak keren, akhirnya mereka menggantinya menjadi Bring of The Hell. “Tak ada arti khusus sih untuk nama yang kami gunakan. Kami mengejar akronimnya saja, yakni BOTH yang berarti ‘keduanya’. Sebenarnya bahasa Inggris kami tidak bagus saat itu, bahkan mungkin sampai sekarang, jadi nama band kami itu sama sekali tidak masuk akal, hahaha.” (MK01)

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts