Revind telah meluncurkan lagu rilisan tunggal bertajuk “Dead Engine” untuk menandai agresi terkininya.
Lagu ini, merupakan karya rilisan tunggal pembuka sebelum unit metalcore asal Mojokerto, Jawa Timur tersebut melontarkan rilisan tunggal selanjutnya, “All Hope That’s Left”.
Keduanya merupakan bagian dari materi album penuh bertitel “Chronosphere” yang ditargetkan diluncurkan pada akhir 2025 mendatang.
Penggarapan lagu “Dead Engine” sendiri, termasuk aransemennya, dikerjakan langsung secara mandiri oleh para personel Revind, yakni vokalis Riza Novandra, bassis Aris Wahyudianto, gitaris Awang Pratama dan Eka Ari Kurnia Putra serta dramer Edwin Satrio Prabowo.
Untuk lirik ditulis oleh Riza, sang vokalis. Sementara Edwin Satrio dan Awang Pratama masing-masing dipercayakan untuk memproduseri produksi rekaman serta mixing dan mastering lagu “Dead Engine”. Kedua tahapan dieksekusi di Rmera Studio dan Torch Production Studio.
Bagi penggemar derapan metal dari band-band cadas dunia macam As I Lay Dying, Lamb of God dan Killswitch Engage, berarti “Dead Engine” layak masuk ke dalam daftar putar harian kalian. Lirik yang bengis dibalut dengan riff-riff kejam dan sound yang modern akan membuat pendengar tenggelam dalam atmosfer brutal yang dihadirkan.
Mereka juga mengklaim, ada terapan kombinasi breakdown yang menghantam, vokal agresif, serta permainan dram yang intens, membuat lagu ini siap menjadi anthem baru bagi para penikmat metalcore di Indonesia.
Secara khusus, tiga band mancanegara yang mereka sebut tadi, menjadi acuan utama inspirasi musiknya lantaran ada sebuah kesamaan yang cukup menarik dari ketiga band tersebut.
“Ada sebuah ‘keindahan’ di setiap raungan distorsi lagu-lagu mereka. Atau secara simple bisa kita definisikan sebagai ‘The Beauty of Chaos’. Tak peduli secadas dan sekeras apapun musik mereka pasti ada sebuah part dimana sebuah lagu akan terasa cukup indah dan melekat di hati,” seru pihak band kepada MUSIKERAS, mengungkap alasan.
“Semangat itulah yang juga coba kami representasikan ke dalam setiap proses pembuatan lagu-lagu Revind. Inspirasi secara musikalitas maupun lirik yang menjadi ciri khas dari band-band tersebut bisa dikatakan menjadi unsur dasar yang membentuk karakter musik Revind saat ini,” lanjut mereka lagi.
Dari segi musikal, baik “Dead Engine” maupun materi album “Chronosphere” keseluruhan, secara utuh menggabungkan elemen-elemen metalcore, deathcore dengan sentuhan progressive metal.
Diterapkan lewat gebukan dram dan bass line yang solid mengentak, raungan keras riff-riff gitar melodik nan mencabik serta distorsi teriakan vokal yang powerful adalah ‘hidangan’ di setiap lagu Revind.
Hampir keseluruhan lagu memberi tantangan tersendiri. Salah satu contohnya di lagu “Chronosphere” yang menggunakan pergeseran tempo yang bervariatif. Ada juga lagu ‘tergelap’ yang mereka racik dengan mengunnakan beberapa sentuhan clean manis pada vokal.
Sementara di lagu “Dead Engine”, Revind meramunya dengan menggunakan tempo cepat dan rumit serta dinamika yang bervariasi. Terutama pada isian dram dan gitar.
“Album ‘Chronosphere’ sendiri merupakan rangkaian alunan nada dari sebuah ‘agresi’ dan single ‘Dead Engine’ merupakan ‘bom waktu’ yang akan menjadi pemicu amarah dimulainya era perlawanan kepada ‘sistem’ yang akan membawa kita dalam perjalanan penuh kekacauan, keputusasaan, dan harapan.”
Sejauh ini, tahapan menuju perilisan “Chronosphere” yang bakal memuat 10 lagu sudah hampir mencapai 100%. Tinggal menyisakan pemolesan mixing dan mastering yang juga sudah hampir rampung.
Sejak terbentuk pada 2007 silam, Revind tercatat sudah menghasilkan beberapa karya rekaman, seperti lagu rilisan tunggal berjudul “The Beginning” (2008), sebuah “Demo” (2008) dan album mini (EP) “Nol Derajat” (2011). (mdy/MK01)