Jalan Gelap KELELAWAR MALAM tidak Melulu tentang Hantu

Di album keduanya, “Jalan Gelap” yang resmi dirilis Jakarta Lawless Records pada 20 Maret 2017 lalu, kelompok punk horor bernuansa metal asal Jakarta, Kelelawar Malam, semakin total mengeksplorasi genre menakutkan yang dianutnya. Mereka sedikit banyak masih menganyam pengaruh The Misfits yang melebar hingga ke pola New Wave of British Heavy Metal ala Iron Maiden atau Judas Priest sebagai pengantar lirik-lirik gelap yang mencekam.

Tapi sebenarnya, apa yang dilakukan Sayiba Von Mencekam (vokal, gitar), Deta Beringas (vokal, gitar), Fahri Al Maut (gitar), Uri Pembantai dari Mongol (bass) dan Hafidh Buto (dram) di album keduanya bisa dibilang merupakan penajaman konsep yang dirintis sejak  sejak album pertama, self-released (2010).

“Menurut saya,” ulas Sayiba kepada MUSIKERAS, “dari album pertama kami sudah melakukan itu, karena personel-personel kami memang berasal dari lintas genre. Yah, walaupun benang merah musik kami adalah Horror Punk, (tapi) kami selalu berusaha mengeluarkan pengaruh musikal kami di luar itu, di saat-saat tertentu. Saya kira itu yang membuat Kelelawar Malam seperti yang kalian dengar.”

Begitu pula dengan bahasan-bahasan di lirik. Kelelawar Malam yang mulai aktif di skena indie pada 2007 silam ini, juga masih bergelut dengan tema-tema horor yang tidak sekadar menonjolkan sosok hantu dan sejenisnya. Namun juga melebar ke tragedi-tragedi sosial yang tergolong horor.

“Sejak album kami yang pertama, di lagu ‘Suara Kegelapan’ kami sudah membicarakan soal penculikan anak-anak untuk dijadikan tentara, lalu di ‘Palu Keadilan’ soal padang mahsyar. Atau di album ‘Jalan Gelap’, ada lagu ‘Merapi’ yang membicaran soal kekuatan alam yang dapat menghancurkan dan manusia dengan siklus keangkuhan, ketakutan, dan ada ‘Babylon’ (yang membahas) soal negara-negara di dunia yang selalu membawa nama Tuhan untuk pembenaran. Ya, kami sepakat horor tidak hanya dimonopoli hantu semata, (tapi juga) hubungan manusia dengan dirinya, manusia dengan manusia atau manusia dengan alam, bahkan hubungan manusia dengan Tuhan akan selalu ada versi gelapnya. Itulah yang menginspirasi kami,” papar Sayiba yang kebetulan bertugas mengeksekusi seluruh lirik di album baru Kelelawar Malam.

Namun di luar itu, tentu saja, ulasan hal-hal yang berkonotasi supranatural atau magis juga tetap melumuri “Jalan Gelap”. Sayiba banyak terinspirasi buku-buku karya Tatang S. hingga Stephen King, serta hasil dari menonton film-film horor lokal dan luar seperti “Pengabdi Setan”, “Malam Satu Suro”, “Bayi Ajaib”, “Rosemary’s Baby” hingga “Psychomania”.

Proses rekaman “Jalan Gelap” sendiri dieksekusi di Syaelendra Studio, Fatmawati Jakarta, dimana urusan teknis, mixing hingga mastering ditangani oleh Ecky Lamoh dan didampingi para personel Kelelawar Malam. Sementara untuk penggarapan artwork dan pemolesan layout-nya masing-masing dipercayakan pada Dani Tremor dan Arian 13.

Walau terpaut enam tahun sejak merilis album pertama, namun Kelelawar Malam tidak menganggap jeda itu sebagai sebuah kekosongan. Karena pada kenyataannya, mereka sempat melempar beberapa rilisan dalam format vinyl 7” dan kaset. Ada album split dengan Ghaust (2013), “Nokturnal” (2013) serta “Horror Metal Punk/Suara Kegelapan” (2016). Namun juga tak dipungkiri, perampungan rekaman “Jalan Gelap” memang tertunda agak lama karena berbagai faktor.

“Dari kesibukan masing-masing personel, baik soal pekerjaan maupun masalah pribadi hingga pergantian personel. Dramer kami Apin Kiamat keluar, lalu sempat beberapa kali berubah formasi sampai akhirnya ada pertambahan personel, yaitu Uri (bass) dan Hafid (dram),” ungkap Sayiba.

Tapi terlepas dari kendala-kendala tadi, Sayiba dan rekan-rekannya di Kelelawar Malam cukup senang menjalani prosesi penggarapan “Jalan Gelap”, walau tentu saja akan selalu tersisa ketidakpuasan. “Saya yakin kami tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah kami kerjakan, akan selalu ada yang kurang di saat kami mendegarkannya kembali, hahaha, akan ada selalu ‘what if’…. tetapi proses pembuatannya selalu menyenangkan dan saya kira itu yang terpenting. Dan saya merasa setiap lagu yang ada di album ini sama nilainya dan semoga semua yang mendengarkan dapat menikmatinya!” (Mdy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts