Pada 16 April 2016 lalu, unit hardcore punk asal Jakarta, Petaka merilis album debut bertajuk “Sebuah Dedikasi”. Tapi hari spesial itu harus mereka lewatkan tanpa kehadiran dramer Rully Annash, yang wafat pada 27 November 2015. Lalu, selepas kepergian mendiang Rully Annash, posisi dram pun diambil alih oleh Firman Zaenudin dari Teenage Death Star. Formasi ini lantas mendapat kesempatan tampil di panggung Extreme Moshpit Stage, di ajang perhelatan festival musik metal terbesar se-Asia Tenggara, Hammersonic, pada 2016 lalu.
Meski bukan di panggung utama Hammersonic, tapi ada yang istimewa dari gig tersebut. Penampilan Petaka hari itu jadi jauh lebih berbeda, karena di-support oleh Extreme Moshpit TV yang sengaja mengemas konsep panggung mereka dan merekam secara profesional baik dari segi audio maupun video. Hasilnya bisa disaksikan di channel YouTube Extreme Moshpit TV. Extreme Moshpit sendiri merupakan garapan dua musisi penggerak musik keras, True Megabenz (Burgerkill) dan Gebeg (Taring).
Nah, setelah setahun berlalu, Petaka yang kini diperkuat formasi Danang Prihantoro (vokal), Wahyu “Wawan” Kurniawan (bass), Yoga Pratama (gitar) dan Firman Zaenudin akhirnya memutuskan untuk merilis rekaman audio live mereka ketika tampil di panggung Extreme Moshpit Stage tersebut tepat pada perayaan Record Store Day pada 22 April 2017 lalu. Total ada 11 lagu yang dikemas dalam bentuk kaset yang dirilis via Quickening Records.
Alasan utama perilisan ini, menurut pihak band, materi audio yang direkam apik oleh tim dari Extreme Moshpit TV tersebut sangat sayang jika dilewatkan begitu saja. Kepada MUSIKERAS, Danang dan Wawan mengungkapkan alasan di balik perilisan album live tersebut. “Sepanjang sejarah gue ngeband, belum pernah sekali pun gue bikin album live. Nah, pas di Extreme Moshpit itulah momen yang pas buat gue dan kawan-kawan untuk menjadikannya rilisan album live,” cetus Danang. “Sehabis main di sana, pas liat rekaman audio video-nya ternyata bagus, terus gue pikir kenapa enggak dijadiin album live aja sekalian? Dan bentuknya memang mau kaset,” timpal Wawan.
Petaka sendiri terbentuk pada awal 2015, di saat The Brandals (BRNDLS) – band mendiang Rully saat itu – sedang vakum. Rully lantas mengajak Danang (dikenal dengan nama Unbound di Speedkill) untuk membentuk band yang berkonsep hardcore punk. Lalu keduanya mengajak Wawan dan Yoga (Zootemple, sebelumnya bernama The Aftermiles) untuk bergabung. Namun saat proses pengumpulan materi album pertama, Rully meninggal dunia tepat setelah merampungkan rekaman untuk dram. Beberapa bulan kemudian, Petaka pun merilis album “Sebuah Dedikasi” yang memang didedikasikan untuk Rully Annash.
“Buat kami, album ‘Sebuah Dedikasi’ adalah sejarah. Tidak ada yang perlu diubah atau direvisi (dari album tersebut). Karena ini adalah sebuah karya dan salah satu warisan dari Almarhum Rully Annash,” tutur Firman mengenang.
“Kami puas sama hasilnya. Bisa rilis aja sebenarnya gue udah bangga, karena ‘Sebuah Dedikasi” merupakan album yang lumayan emosional buat gue pribadi dan anak-anak di Petaka, secara album tersebut merupakan peninggalan Almarhum. Dan ‘Live at Extreme Moshpit’ juga merupakan rilisan kaset pertama gue dan sekaligus album live pertama gue selama main musik,” imbuh Yoga. “Kedua album tersebut punya ceritanya masing-masing, jadi keduanya punya kebanggaan tersendiri,” pungkas Wawan.
Setelah “Live at Extreme Moshpit”, para personel Petaka telah mulai menyiapkan materi lagu-lagu baru untuk album selanjutnya. “Modal sudah ada, materi sudah ada, tinggal penambahan beberapa lagi,” cetus Danang menjanjikan. (Mdy)