Usai menjalani masa vakum, nafas Karga akhirnya berhembus lagi. Gagak hitam penyembur hardcore/crust-punk asal Sidoarjo, Jawa Timur ini mengawali kehidupan barunya dengan meluncurkan sebuah album demo berisi tiga lagu bertajuk “Construction” dalam format kaset pita. Peluncurannya digelar bekerja sama dengan label rekaman indepnden bernama Empati Records.
Lewat “Construction” yang memuat tiga lagu, yakni “Construction”, “Mind” dan “Biggot”, Karga yang dihuni formasi Deffan (vokal), Hasan (gitar), Dimas (dram) dan Andika (bass) mencoba merespon sekaligus menyatakan dengan lantang mengenai berbagai isu yang sedang terjadi belakangan. Mulai dari menyinggung dampak pembangunan yang kian masif di lagu “Construction” yang berpotensi merampas ruang hidup masyarakat, merugikan lingkungan dan menguntungkan segelintir pihak saja. Juga menumpahkan rasa muak kepada kaum fanatik intoleran yang berusaha menggerogoti persatuan melalui “Biggot”, serta pernyataan sikap dalam menjunjung tinggi kebebasan bersuara dan berekspresi lewat komposisi “Mind”.
Eksekusi rekaman “Construction” sendiri berlangsung secara live di Lingkaran Music Studio yang awalnya hanya merupakan studio reguler untuk latihan saja. Namun dalam proses rekaman yang menghabiskan waktu selama 12 jam tersebut, Karga merombak studio tersebut menjadi studio rekaman dadakan.
“Alat rekamannya kami pinjam dari Studio Talenta yang seharusnya dibantu oleh Mas Fu selaku pemilik studio. (Namun) sehubungan dengan ketidakhadiran Mas Fu pada hari H proses rekaman, mengakibatkan kami harus melakukan proses rekaman sendiri tanpa bantuan tenaga enginering, mulai dari pasang alat yang ribet sama kabel, penataan mikrofon untuk dram kami lakukan sendiri dengan pengetahuan yang kami miliki. Kebetulan gitaris kami sering belajar masalah sound dan recording secara otodidak lewat YouTube atau pun sharing dengan teman-teman soundman,” urai pihak Karga kepada MUSIKERAS, mengungkapkan.
Selama 12 jam menjalani proses rekaman, Karga menemui beberapa kendala. Mereka sempat mengalami perubahan mood setelah salah satu personel mereka secara mendadak mengalami penurunan kondisi badan. “Selain itu, ada part lagu yang secara mendadak harus diubah sampai akhirnya selesai juga merekam tiga lagu untuk dijadikan demo 2019. Dan lagi, proses mixing-nya juga kami lakukan sendiri, (sementara) mastering dibantu teman kami, Ical yang memiliki home recording sendiri.”
Komposisi “Mind” sendiri menjadi trek yang secara musikalitas lumayan memuaskan bagi para personel Karga. Alasan band yang secara musikal banyak terpengaruh musik dari All Pig Must Die, Black Breath dan Trap Them ini, “Mind” terlihat tidak variatif dengan tempo yang tidak lazim mereka mainkan. “Part lagu seperti dari awal selalu diulang, terlihat membosankan jika didengar sepintas. Namun sebenarnya sesuatu yang diulang secara terus menerus itu akan dengan cepat mempengaruhi seseorang meskipun dengan durasi yang tidak terlalu panjang dan dengan tempo yang kami turunkan sedikit biar terlihat berbeda dibanding lagu lainnya, sesuai dengan pesan yang terlihat provokatif untuk menolak apa pun yang menjadi penghambat kebebasan berekspresi.”
Setelah perilisan “Construction”, Karga telah mencanangkan rencana untuk melakukan promo ke kota-kota lain. Namun tentu saja, penjadwalannya harus menyesuaikan dengan kesibukan masing-masing personel. Selain itu, mereka juga akan masuk studio lagi untuk merekam materi baru untuk kebutuhan album penuh. Saat ini, Karga masih di tahapan mengumpulkan materi baru serta pengulikan sound baru.
Karga dibentuk pertama kali pada 2013 silam, dengan racikan musik berkecepatan crust-punk yang dipadukan keberanian hardcore. Nama Karga sendiri diambil dari bahasa Turki yang berarti gagak, burung berwarna hitam yang selalu disangkutpautkan dengan hal mistis. Pada 2015, Karga pernah merilis demo kasar dalam format CD yang dibantu oleh label rekaman Revenge Record dari Yogyakarta. Akhir 2018 lalu menjadi awal baru bagi Karga, setelah sempat terhenti dan hanya menyisakan Andika dan Dimas dari formasi awal Karga. (aug/MK01)
.