Dengan Mantra Dayak, KAPITAL Siapkan Album Terbaik

Untuk merayakan 15 tahun sepak terjangnya meneror para perusak alam, Kapital bakal segera melepas proyek ambisiusnya, yakni sebuah album baru bertajuk “Mantra”. Rencananya, karya rekaman yang diperkuat formasi terbaru monster cadas asal Tenggarong, Kalimantan TImur tersebut bakal diletupkan pada Oktober 2019 mendatang. Kabarnya, album studio ketujuh mereka itu bakal dipadati dentuman beat cepat berdesing super keras.

Bahkan mereka menyebutnya, “Mantra” akan melampaui ekspektasi para Peluru Tajam Indonesia – sebutan fanbase militan Kapital. Apalagi, sejak akhir tahun lalu, telah terjadi perubahan formasi yang cukup dramatis, yang justru melahirkan potensi kekuatan terbaik dari sektor performa panggung dan aransemen musik. Selain vokalis Ahmad Akbar Haka serta gitaris Ari Wardhana, kini ada barisan Baken Nainggolan (eks gitaris Hellcrust/Siksakubur/Betrayer), Ewien Saputra (dramer terbaik Festival Rock Indonesia-Log Zhelebour 2004) serta basis Ariz Pratama (Biang Kerok).

Kehadiran mereka memberi ruang ekspresi sangat luas di tubuh Kapital, sekaligus menyuntikkan energi yang berlipat. Lalu ‘darah segar’ itu pun bersinergi dengan gagasan-gagasan berspektrum liar dan murka dari Akbar Haka dan Ari Wardhana, yang kini semakin provokatif terhadap para perusak alam dan lingkungan.

Bagi Akbar Haka, “Mantra” diproyeksikan sebagai karya masterpiece, semacam monumen kecil yang akan menandai kehadiran Kapital, jauh bertahun-tahun ke depan. Inilah album paling menguras tenaga dan isi kepala mereka. Pendengar tidak hanya akan disuguhi raungan distorsi yang memekakkan, tetapi juga akan dihipnotis dengan unsur choir orkestrasi megah nan kelam, alunan alat musik etnik Dayak serta yang paling meneror adalah kemunculan rapal mantra-mantra mistis Suku Dayak dan Kutai di hampir semua lagu.

“Kami dibantu seniman-seniman ethnik di sini, seperti teman-teman dari Olah Gubang; Ozie Nala Dwipa, Jesdi Maulana, Ilham Saputra, Wawan Hei sampai ke seniman ritual asli dari beberapa desa yang kami kunjungi untuk merekam langsung rapal mantra-mantra ritual. Sebab tujuan utama album ‘Mantra’ adalah sebagai tongkat estafet kepada generasi puluhan tahun ke depan, merekam beberapa alat musik etnik, mantra-mantra hingga bebunyian tradisional yang kami rasa akan punah bila tidak ada rekam jejaknya,” papar Akbar kepada MUSIKERAS, menerangkan.

Kapital sendiri memulai jadwal rekaman “Mantra” pada bulan Ramadhan lalu. Prosesnya mereka eksekusi di studio distorsi Tenggarong, yang dikawal sendiri oleh Akbar Haka sebagai produser serta Ari Wardhana untuk urusan teknis rekaman. Mereka merekam 10 lagu penuh, dengan jadwal yang harus diatur dengan rapi karena kesibukan para personel Kapital, serta jarak domisili yang cukup berjauhan antar personel.

“Kami harus benar-benar konsentrasi saat memulai workshop album ‘Mantra’ di Tenggarong, terutama gitaris Baken Nainggolan yang tinggal di Tarakan, Kalimantan Utara dan harus naik pesawat untuk bisa sampai di Tenggarong. Namun dengan adanya kesamaan visi dalam membuat album, maka ketika para personel berkumpul proses pengerjaan mengalir cepat. Mungkin sejauh ini, ‘Mantra’ adalah album paling full power yang pernah Kapital kerjakan,” cetus Akbar bersemangat.

Dengan adanya formasi baru, lantas bagaimana terapan konsep musik yang disuntikkan di “Mantra”? “Secara dasar Kapital memainkan hardcore/melodic metal atau metalcore sejak album pertama, namun kali ini lebih banyak sentuhan etnik di dalamnya, sehingga kami menyebutnya ‘Kalimantan Metal’. Influence terbesar saat pembuatan album ini adalah kami bersepakat untuk mendengarkan Thy Art is Murder, Eluveitei hingga Cavalera Conspiracy.”

Menanggapi pertanyaan MUSIKERAS mengenai adanya kecenderungan band-band metalcore luar yang melakukan pergeseran konsep musik, Akbar mengakui sedikit banyak juga terjadi di tubuh Kapital. Bahkan pergeseran itu sudah terjadi sejak EP “Anonymous” (2015), dimana mereka tidak lagi memainkaan riff-riff oldschool metalcore model As I Lay Dying atau pun Killswitch Engage. Apalagi saat ini, ada kontribusi baru dari bergabungnya Baken Nainggolan yang mengalirkan riff death metal di lagu-lagu terbaru Kapital.

“Namun kami tetap tidak ingin menghilangkan benang merah atau roots dari Kapital, refrain-refrain yang memancing sing a long dengan notasi mendekati musik pop. Masih kami lakukan hingga saat ini, sehingga jika dibayangkan, album ini seperti mendengarkan Thy Art Is Murder bergabung dengan Eross Djarot album ‘Badai Pasti Berlalu’.”

Lewat album “Mantra” yang saat ini sudah memasuki tahap akhir proses rekamannya, Kapital yang telah menggeliat sejak 2004 silam akan terus berkoar, menjadi corong, menggunakan kata-kata sebagai senjata, sehingga setidaknya kelak generasi puluhan tahun dari sekarang akan mengingatnya, dan melakukan hal yang sama, atau bahkan bisa lebih dari Kapital saat ini. Semangat inilah yang hingga sejauh ini, selalu menjadi pemicu semangat untuk terus bertahan.

“Selain itu, Kapital memiliki takdir, sebuah band dari kampung besar bernama Tenggarong, jauh dari mana-mana, namun memiliki kawan-kawan luar biasa (Peluru Tajam) yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Semakin tak sabar untuk menghajar kuping semesta. Mohon doa dari saudara kami di seluruh Nusantara. Mari berputar-putar dan menari. Nyalakan Api! Nyalakan api!” (mdy/MK01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts