BRING OF THE HELL Bicara tentang Kematian di Single “Alive”

Gerombolan metalcore asal Jepara, Jawa Tengah ini masih terus menggodok proses penggarapan karya rekaman album debutnya, yang sudah ditetapkan bakal bertajuk “Martyr/Riot”. Target perilisan yang dibidik adalah pertengahan tahun depan, dan penggarapannya sendiri sudah berjalan selama kurang lebih empat tahun. 

“Lamanya waktu pembuatan karena terkendala usia kami yang sudah tidak bersahabat, bisa dibilang kurangnya waktu untuk bersama,” cetus vokalis M. Ghozy El Yussa dari Bring of the Hell (BOTH) kepada MUSIKERAS, berterus-terang.

BOTH yang terbentuk sejak akhir 2013 ini juga diperkuat para personel yang masing-masing punya band sendiri. Ghozy sendiri tergabung di band beraliran neocrust-punk, bernama Tiderays. Lalu dramer mereka, Bayu Permana juga merupakan personel unit hardcore punk Kemarau. Sementara gitaris Dio R. Pambudi ‘ngamen’ di TwentyFirst, band ber-genre melodic hardcore. Oh ya, selain nama-nama tadi, BOTH juga dihuni oleh dramer Gresia ‘Bendol’ M.N dan gitaris Hanif Afnan R..

Namun BOTH sendiri selalu menjadi rumah utama bagi mereka, sehingga proses kreatif tetap terus berjalan. Bahkan setelah melepas single “Hatred” (Mei 2017) dan “Justice” (Juni 2018), kini mereka sudah hadir lagi dengan amunisi terbaru yang berjudul “Alive”. Lagu yang kurang lebih memuat kritikan terhadap kebanyakan orang yang hanya memahami kehidupan sesaat setelah meninggal, namun tidak memahami apakah kehidupan itu hanya sekadar menunggu kematian saja?

.

.

“Alive” dan materi album “Martyr/Riot” sendiri digarap BOTH secara mandiri di Riverse Recording, studio rumahan milik salah satu personel mereka. Mulai dari rekaman hingga tahapan mixing dan mastering. Keseluruhan, konsep musik yang mereka terapkan berkisar pada sub-genre melodic metalcore dengan menerapkan riff gitar yang bisa dikatakan modern,  dibalut dengan unsur yang melodik setiap lagunya. “Secara garis besar bermusik kami dipengaruhi oleh band seperti Unearth, Converge, August Burns Red, As I Lay Dying, Bleed From Within, Everytime I Die dan Architects,” ujar BOTH mempertegas konsepnya.

Lebih jauh, urai BOTH lagi, mereka memadukan pandangan tiap individu dalam soal referensi dan menjadikannya satu kesatuan dalam menghasilkan karya. “Terlebih pada segi lirik dan bermusik, seperti pengambilan sound gitar, dram dan vokal memiliki karakter yang mungkin bisa dikatakan menjadi pembeda dengan band-band metalcore lain.”

Tentang penggarapan album “Martyr/Riot” sendiri, sejauh ini keseluruhan proses produksi bisa dikatakan sudah mencapai 80%. Mereka kini berkonsentrasi pada pemolesan mixing dan mastering untuk mendapatkan hasil yang maksimal. 

“Secepatnya target album ‘Martyr/Riot’ keluar pada pertengahan tahun depan, dan semoga bisa melakasanakan promo album dengan cara tur,  meskipun hanya tur akhir pekan karena kami paham tiap personel tidak bisa meninggalkan kesibukannya masing-masing. Itu sih harapan dan keinginan kami, semoga sesuai rencana!” (aug/MK02)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts