Redsix membuka lembaran baru.
Memasuki 2024, adalah fase baru bagi Redsix, kuartet rock bentukan 2017 asal Jakarta ini. Lewat tiga karya rekaman baru sekaligus yang dipaketkan dalam format maxi-single berjudul “Part I: Diagnostics”, mereka melakukan manuver yang lumayan berani dan segar. Ada pelampiasan dahsyat yang menghasilkan karya musik distorsi yang berkelas di karya tersebut.
Kehadiran “Part I: Diagnostics” yang memuat komposisi “D&D, But Not The Fun Kind (Death & Divorces)”, “Nuclear Shadows” dan “et al.” juga sekaligus menandai titik baru perjalanan musik Redsix di industri musik Indonesia. Kini, secara resmi formasi vokalis Hardendias Wisesa Nugroho (Denny), gitaris Kevin Jansen dan Wicaksono Partosewojo serta dramer Kharisma Riyahasa Nanda Putra (Rizma) telah tergabung di Redrose Records, sebuah label rekaman independen yang juga menaungi diva rock progresif masa kini, Isyana Sarasvati. Status yang seakan menetapkan arah sound serta mood Redsix ke depannya.
Mengapa merilis format tiga lagu rilisan tunggal sekaligus? “Redsix memiliki karakter musik yang sangat kuat, bold dan unik,” ujar pihak Redrose memuji keunggulan artis barunya. “Kami ingin memperkenalkan mereka secara optimal dan tidak tanggung-tanggung, agar para pendengar bisa segera menangkap karya dan warna yang ingin ditonjolkan oleh Redsix, sebuah band yang personelnya hangat, juga penuh canda, namun tak main-main dalam hal kualitas dan skill!”
Dalam konteks formula musiknya, rilisan terbaru Redsix mempertunjukkan gebrakan kencang yang mencengangkan. Menurut tuturan pihak band kepada MUSIKERAS, setelah perilisan album pertama, “Uproar” (2018), Redsix sebenarnya sudah mulai mencari-cari eksplorasi baru yang dirasa pas, dengan melakukan eksperimen dari lagu ke lagu. Mereka belajar dari percobaan tersebut, lalu memproses dan mengolahnya.
“Di saat kami dapat kesempatan untuk rekaman dengan manajemen yang baru, Redsix sepakat bahwa inilah waktu yang tepat untuk menerapkan semua pelajaran dalam bentuk sound yang baru, yang merepresentasikan sound Redsix ke depannya,” seru mereka semangat.
Tidak tanggung-tanggung, Redsix kali ini menyasar terapan olahan suara yang lebih berat dan progresif, dengan sedikit banyak menyerap referensi dari band-band keras modern dunia seperti Periphery, Tesseract, Bad Omens hingga Architects.
“Dari tiga lagu yang disuguhkan, yang paling menantang itu ada di lagu ‘D&D, But Not The Fun Kind (Death & Divorces)’, karena di bagian vokal terdapat scream part dan di bagian dram itu terdapat isian blast beat, dimana pada materi-materi kami sebelumnya hampir tidak menggunakan itu. Dari segi gitar, kami juga menggunakan tuning yang baru dan jauh lebih rendah. Karena semua ini, setiap personel harus rekaman dengan teknik yang baru atau beda, sambil menjaga kualitas rekaman,” urai Redsix lagi merinci racikannya.
Sementara di lini lirik, walaupun lagu-lagunya memiliki cerita yang bervariasi, namun proyek ini mengambil satu benang merah yang sama, dimana inspirasinya berasal dari apa yang terjadi dalam hidup mereka pada saat berada dalam titik yang berat. “Setiap lagu punya kisah yang berbeda. Tapi tema dari keseluruhan single ini adalah tentang titik-titik berat yang kami alami dengan bertambahnya usia dan pengalaman,” ucap Denny, sang vokalis.
Misalnya seperti yang diluapkan di lagu pertama, “D&D, But Not The Fun Kind (Death & Divorces)”. Lagu ini lahir dari emosi kelam yang telah mereka rasakan, kehilangan orang-orang terdekat, entah itu karena kematian atau perpisahan dalam hubungan. Tema yang seakan menjadi ‘bensin’ paling kuat dalam lagu ini.
Perjalanan emosi yang digaungkan Redsix juga mencakup tentang kegigihan seseorang dalam menghadapi tantangan hidup. Cerita yang dikemas dalam metafora bayangan nuklir di lagu “Nuclear Shadows”. Sebuah refleksi tentang bagaimana jejak keberanian akan tetap abadi seperti bayangan, meski dihadapkan pada situasi yang suram. Seakan menjadi pengingat bahwa setiap individu akan meninggalkan jejak pada waktu tertentu dan meninggalkan cerita berharga bagi generasi mendatang.
Emosi perjalanan hidup Redsix lalu ditutup dengan sebuah penggambaran atas rasa frustrasi dalam berkehidupan di lagu “et al.”. Api amarah yang muncul dari segala kejadian buruk yang terjadi bahkan membuat mereka merasa ditinggalkan oleh Tuhannya. Hanya karena merasa hal buruk terjadi karena dirinya. Disajikan sebagai refleksi untuk dapat keluar dari jebakan pikiran yang menyesatkan.
“Part I: Diagnostics” yang direkam di Jian Studio dan Redcave Studio bisa dibilang sebagai titik awal perjalanan Redsix yang baru. Karena selanjutnya, bakal segera meluncur karya-karya segar lainnya, yang dicanangkan dikemas ke dalam sebuah album. Sejak 24 Januari 2024 lalu, “Part I: Diagnostics” sudah dapat digeber melalui berbagai saluran platform digital streaming. (aug/MK02)
.