Oneiroi resmi merilis “Elegi”, lagu rilisan tunggal keduanya dengan mempertajam konsep musik keras yang kelam dengan tuturan lirik yang menyayat hati. Band asal Surabaya, Jawa Timur ini menyuarakan ulasan masa kelam dalam hidup.
Sebuah masa dimana seseorang yang pernah menjadi bagian penting telah pergi untuk selamanya, meninggalkan segalanya untuk menghadap Sang Pencipta.
Dengan nuansa musik yang kelam, lirih, namun penuh emosi, “Elegi” bukan sekadar lagu duka. Ia adalah perjalanan batin, mengenang sosok yang dulu hadir, namun kini hanya tersisa dalam memori. Menggambarkan perasaan hampa, kehilangan yang dalam, dan kerinduan yang tidak pernah bisa benar-benar terobati.
Makna “Elegi” menurut Oneiri adalah nyanyian hati yang lahir dari keheningan. Bukan sekadar bait tentang perpisahan, melainkan gema dari rindu yang tak kunjung reda.
Dalam setiap kata dan nada, lagu itu merupakan syair duka kemudian menjelma menjadi pelukan lembut bagi jiwa yang kehilangan. Berbicara dalam bisik, tentang cinta yang tak sempat diucap, tentang tawa yang kini hanya tinggal gema, dan juga jembatan tak kasat mata sebagai penghubung dunia yang masih ada dengan yang telah tiada.
Dengan memilih kata “Elegi” sebagai judul, band yang dihuni vokalis Fachruddin, gitaris Syahid Karomatullah, dramer Bangkit Al-Azhar dan bassis Bima Putra Samudra ini berharap, lagu mereka itu tak hanya menjadi persembahan bagi yang telah pergi.
“Tetapi juga menjadi ruang bagi mereka yang ditinggalkan untuk mengenang, untuk menangis, untuk merangkul luka, dan mungkin… perlahan, untuk sembuh. ‘Elegi’ adalah kisah yang tak selesai, karena cinta sejati memang tak pernah benar-benar usai,” kata mereka, meyakinkan.
Proses pembuatan rilisan tunggal kedua Oneiroi ini sendiri, menghabiskan waktu hingga dua bulan. Alasannya, karena terkendala kesibukan antar personel. Sehingga, mereka harus menunggu waktu yang pas untuk proses take rekaman, yang dieksekusi di Rambpage Studio, Surabaya.
“Di musik ‘Elegi’ ini sebenarnya tidak jauh dari rasa post-black metal pada umumnya,” urai pihak Oneiroi kepada MUSIKERAS.
Tapi, tema konsep yang diangkat adalah keresahan patah hati, kesedihan yang mendalam, yang ditambahkan instumen string dan synth. “Sehingga membuat kesan musik yang dibawakan lebih harmoni dan bisa sebagai penyeimbang dari konsep lirik yang disampaikan.”
Untuk mendapatkan ekspresi serta mood yang ingin dibangun di lagu “Elegi”, para personel band bentukan Januari 2024 ini sedikit banyak mengadopsi sekitar 60% dari beberapa band post-black, lalu 20% dari band folk dan shoegaze.
“Sisanya 20% lagi ter-referensi dari band pop Indonesia,” seru Oneiroi, terus-terang.
Selain itu, mereka juga menghadirkan vokalis tamu, yakni Galuh Wenda yang membuat nuansa di lagu “Elegi” terdengar lebih fresh.
Usai peluncuran “Elegi”, rencana terdekat Oneiroi adalah mulai menyiapkan materi untuk penggarapan album mini (EP). Mereka mencanangkan bisa dirampungkan akhir tahun ini.
Sejak 6 Juni 2025, lagu baru Oneiroi sudah tersiar di berbagai gerai digital, plus video lirik di kanal YouTube Oneiroi Official. (mdy/MK01)