FARASU: Siapkan EP, Tajamkan Formula Nusantara Metal

Sambil tetap promosikan album “Majestica”, Farasu kini mulai menggodok produksi album mini (EP) yang diharapkan bisa rilis sebelum Agustus 2026.
farasu
FARASU

Nama Farasu mungkin sedikit tidak asing di ingatan para metalhead di Indonesia. Pasalnya, unit melodic death metal asal negara tetangga Malaysia ini sudah beberapa kali menjejakkan kaki di beberapa panggungan musik keras Tanah Air. Khususnya sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia.

Mereka, antara lain pernah tampil di hajatan Batam Undersickness, Batam (14 Februari 2015 dan 10 April 2016), Timur Bersatu, Rawamangun, Jakarta Timur (16 Agustus 2015), Daimonous Open Air, Sanur, Bali (18 Oktober 2015), Jogja Brebeg Fest, Yogyakarta (27 Desember 2015), Karawang Clothfest, Karawang, Bekasi (5 Maret 2016) dan Independent Hell Noize, Medan (28 Agustus 2016).

Juga di Summer Fest, Tangerang (1 Oktober 2016), Indonesia Majestic Tour Siksakubur Mazmur 187 Tour, Bandung (12 Oktober 2017) serta di Indonesia Death Fest, Jakarta (16 September 2018 dan 25 Agustus 2019).

Sejak 2015, Farasu sendiri telah menggelar 25 pertunjukan di berbagai negara di luar Malaysia. Selain Indonesia, mereka juga telah menyambangi Singapura, Taiwan, China dan Jepang.

Kini, mesin perang Farasu yang digerakkan formasi vokalis Shah bin Mohammad Zaini (Shah Z), gitaris Nahar bin Saud (Nahax), bassis Khairul bin Harun (Apai), dramer Mustafa Kamal bin Abdul Rahman (Fidaiyyin) dan kibordis Abdul Rahman bin Abd Samat (Aman Keys) ini kembali dipanaskan.

Sejak 30 Agustus 2025 lalu, band bentukan 12 Desember 2002 silam di Sri Serdang, Selangor ini meluncurkan video musik resmi “Seven Curse Ov Ledang”, salah satu amunisi unggulan Farasu dari album penuh “Majestica”.

Di album rilisan 8 Agustus 2023 lalu tersebut, ‘kuda semberani’ ini menggelindingkan 10 komposisi panas yang didominasi terapan paham musik yang mereka sebut dengan istilah ‘Nusantara Metal’.

Kepada MUSIKERAS, Farasu menegaskan bahwa konsep tersebut berpijak pada keberingasan death metal – yang sedikit banyak terpengaruh gaya In Flames, Dark Tranquility, Iron Maiden, Behemoth, At The Gates dan Amon Amarth – namun digabungkan dengan elemen musikal Nusantara.

Sementara lirik atau senikata lagu-lagunya bertumpu pada kisah sejarah, hikayat tua lokal dan kisah-kisah rakyat di Malaysia.

“Secara jujurnya, Farasu telah mengetengahkan atau menampilkan karya-karya awal ke arah Nusantara Metal ini sejak album kedua, ‘Against Tyranny’ tahun 2015. Sifat genre Nusantara itu makin menonjol dalam album ketiga, ‘Sulalatus Salatin’ yang diterbitkan pada 2018,” urai mereka.

Lalu, lanjut mereka, saat Farasu menjalani pengembaraan bermusik ke berbagai negara di luar Malaysia, khususnya pada periode antara 2015 hingga 2019, banyak pengalaman yang memberi inspirasi dan ilham untuk menghasilkan karya-karya bernuansa Nusantara Metal.

“Elemen-elemen Nusantara seperti gamelan, joget, Inang, ghazal, cak lempong, makyong dan dikir barat ‘disulam’ dan ‘digarap’ bersama musikal melodic death metal sehingga melahirkan suatu bentuk musikal baru.”

Alasan pemilihan lagu “Seven Curse Ov Ledang” untuk divisualisasikan ke dalam format video musik sendiri didasari pertimbangan bahwa lagu itu sangat mewakili konsep Nusantara Metal yang digaungkan Farasu.

“Bukannya baru dipromosikan. Telah lama, cuma mungkin lambat viral karena juga memerlukan bantuan dari wartawan seperti saudara untuk promosi,” ucap Farasu kepada MUSIKERAS, terus-terang.

Nusachestra

Kini, para personel Farasu tengah menyiapkan karya baru berupa sebuah EP bertajuk “Nusachestra” yang dicanangkan bisa diperdengarkan secara resmi paling lambat Agustus tahun depan. Di sini, mereka mencoba mengombinasikan Nusantara Metal yang bermuara pada death metal ala Farasu dengan orkestra.

Rencananya EP tersebut bakal disesaki lima buah lagu plus dua video musik. Saat ini proses kreatifnya tengah berlangsung dan direncanakan mulai masuk dapur rekaman pada November ini.

Selain EP, Farasu juga sedang menggodok tur showcase bertajuk “7 Sumpahan, 7 Benua, 7 Lautan” yang akan mulai digulirkan pada 27 Desember 2025 mendatang di Kuala Lumpur. Lalu akan berlanjut ke kota-kota lain di Malaysia, dan diharapkan juga bisa digelar di Indonesia, Asia dan bahkan Eropa.

Sejak terbentuk, sejauh ini Farasu telah merilis empat karya rekaman album penuh, yakni “Menongkah Arus” (1 Januari 2010), “Against the Tyranny” (15 Januari 2015), “Sulalatus Salatin” (26 April 2018) dan “Majestica”. Keseluruhan bisa didengarkan di tautan kanal Bandcamp ini.

Tonton juga video musik “Seven Curse Ov Ledang” via tautan kanal YouTube ini. (mudya/MK01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts