Vein of Mogot menghadapi tahun paling berat di 2024 lalu, dimana beberapa bulan setelah merilis album “Romusha” pada 2 Desember 2023, terjadi banyak pergolakan di tubuh band technical/melodic deathcore asal Tangerang, Banten ini.
Satu per satu personelnya hengkang, dan hanya menyisakan gitaris dan pendirinya, Reza Rey. Akhirnya sambil terus berusaha bertahan, Reza mencoba mencari personel baru yang bisa mengisi kekosongan posisi.
“Sambil terus mencoba mempromosikan band ini dengan sumber daya yang ada. Satu persatu kami dipertemukan oleh orang-orang yang memiliki visi dan misi yang sama sehingga terbentuklah formasi yang sekarang,” ujar Reza kepada MUSIKERAS, mewakili bandnya.
Memasuki 2025, akhirnya formasi baru Vein of Mogot yang lebih solid berhasil terbentuk. Diperkuat oleh Reza Rey, vokalis Herlan Triantoro, gitaris dan vokalis latar Franciskus Siringo Ringo, bassis Iman Krisnayanda serta dramer Amril Maajid.
Kekuatan baru itu lalu menghasilkan karya rekaman debut, berupa lagu rilisan tunggal bertajuk “Aftermath”.
Sebuah lagu yang mengisahkan sebuah tragedi dan ironi seorang prajurit pasca perang, dimana pertempuran dan perjuangan yang dia jalani hanyalah menjadi alat mencapai kekuasaan dan kekayaan, yang justru mengakibatkan kehancuran pada Tanah Air-nya sendiri.
Sebuah kesedihan mendalam yang memicu perlawanan terhadap tirani demi mencari arti perdamaian yang sesungguhnya.
Bagi band bentukan 2022 lalu ini, “Aftermath” bukan sekadar lagu baru, namun sekaligus menegaskan era baru Vein of Mogot. Sebuah langkah awal baru dari rangkaian perjalanan mereka di skena musik keras Indonesia.

Karya Kolaborasi
Dalam penggarapan “Aftermath” yang dieksekusi selama sekitar tiga bulan dan direkam di DSP Studio, Bintaro, Vein of Mogot menerapkan metode yang berbeda.
Jika di album “Romusha” hampir semua materi dari instrumen sampai lirik disusun oleh Reza Rey, maka di lagu barunya itu semua personel terlibat berkontribusi.
“Ini adalah single yang menggabungkan ide dan kontribusi semua personel. ‘Aftermath’ adalah pembuka bagi era baru Vein of Mogot,” cetus Reza kembali meyakinkan.
Deathcore modern yang menggabungkan unsur melodic, lick-lick yang teknikal, breakdown, plus dengan iringan permainan dram yang padat dan groovy masih menjadi amunisi musik Vein of Mogot di karya terbaru.
Lalu, dibalut pula dengan berbagai teknik vokal scream seperti growl hingga pig squeal, menjadikan setiap lagu memiliki unsur dinamika yang sangat memanjakan telinga para metalhead.
“Secara musikalitas pondasi musik dari single ini masih membawa unsur melodic deathcore seperti di album ‘Romusha’, namun yang paling mencolok adalah ide dari sang dramer yang memberikan beat-beat yang sangat progresif pada lagunya, menjadikannya terasa lebih segar.”
Sementara dari segi referensi musikalitas, band ini terus-terang menyebut beberapa band deathcore modern mancanegara sebagai acuannya.
Di antaranya ada Shadow of Intent dan Whitechapel. Namun juga menyerap ide-ide dari band technical death metal seperti Archspire dan Inferi.
Saat ini, Vein of Mogot yang mengambil inspirasi namanya dari tokoh pejuang revolusi yang gugur di Tangerang bernama Elias Daniel Mogot ini telah menggarap beberapa materi baru untuk kebutuhan perilisan album mini (EP) tahun depan.
“Prosesnya sudah sekitar 40 persen, ada dua lagu yang sudah selesai disusun dan sisanya masih dalam tahap pengerjaan.”
Tonton video musik “Aftermath” di tautan kanal YouTube ini. (mdy/MK01)