Setahun lebih setelah merilis album “Sakunta Sarpa” (2016), unit post-hardcore asal Jakarta, Divide akhirnya kembali menggeliat. Sebuah single fresh bertajuk “Innocence” telah mereka luncurkan, sekaligus memperkenalkan vokalis barunya.
Ya, “Innocence” menjadi karya rekaman pertama Divide yang menghadirkan formasi terkini mereka, yakni Dhenaldi “Dendenk” Savirio Firmansyah (vokal), Wilfried “Will” Arief Nugroho (bass), Nicko Rahmat Prabowo (dram) dan vokalis/gitaris baru, Pradipta “Dipta” Beawiharta. Khusus di single ini, Divide juga menghadirkan kolaborasi vokal dengan Aiiness dari KAJA – yang merupakan proyek terbaru dari sang dramer, Nicko – serta sentuhan permainan kibord dan strings dari Fikrie Arief Handoko.

“Innocence” yang dilepas secara resmi pada 13 Mei 2018 lalu disuguhkan Divide dengan nuansa yang terbilang lebih ‘soft’ jika dibandingkan dengan lagu-lagu Divide sebelumnya. Namun warna dan karakter khas Divide tetap terjaga. Di lagu tersebut, Divide memaparkan lirik yang bercerita bahwa setiap orang tak luput dari kesalahan yang tidak disadari, dan terkadang kesalahan tersebut dapat menghancurkan hidup kita.
Dendenk, Will, Nicko dan Dipta mengeksekusi rekaman “Innocence” di Kuping Recording, sebuah studio rekaman rumahan milik Nicko. Sementara untuk proses mixing dan mastering mereka percayakan pada Rostels Record. “Alhamdulillah, selama pengerjaan cukup lancar, dan kalau boleh jujur, guide awal lagu ini dikerjain kurang dari lima jam, lagu tercepat yang pernah kami buat,” cetus pihak Divide kepada MUSIKERAS, bangga.
Bergabungnya Dipta sendiri yang terpilih dari proses audisi terbuka pada awal 2018 juga sudah diantisipasi para personel Divide. Lagu “Innocence” memang mereka siapkan untuk tambahan vokalis baru. Dan kehadiran Dipta sendiri, menurut mereka, sangat sesuai dengan yang Divide butuhkan. “Dia punya karakter vokal yang khas, disamping itu dia juga punya skill yang mantap di gitar. Jadi itulah alasan kenapa kami memilih dia.”
Divide sendiri terbentuk pada 23 Januari 2010 lalu, yang berangkat dari pertemanan di sekolah menengah atas yang sama, walau berbeda angkatan. Berawal dari niat Dendenk untuk membentuk sebuah band dengan genre post-hardcore, setelah terinspirasi band luar seperti The Devil Wears Prada dan Attack! Attack! pada era itu. Dendenk pun lantas membentuk Divide setelah mengajak adik kelas-nya, Bolo (gitar), Fikrie (gitar/synth) dan Will (bass) serta dua orang terakhir yang bergabung: Uda (vokal) dan Gege (dram).
Dalam waktu setahun, tepatnya pada 25 Desember 2010, mereka berhasil menelurkan album mini (EP) berjudul “Commas In Period”, yang antara lain diperkuat single “Come Here, We’re Going Down” dan “The 4th”. Bahkan pada Januari 2011, Divide melebarkan sayap hingga ke luar Indonesia, dimana mereka berhasil menggelar show di Perth, Australia serta menjadi band pembuka konser band hardcore asal AS, Emmure di Singapura pada Juni 2011. Tidak hanya sekali Divide terbang ke Benua Kanguru tersebut. Pada September 2011, Divide kembali ke Perth untuk menggelar beberapa konser bersama band tuan rumah, In League. Dan pada 2012, Divide kembali melakukan tur di sana dalam paket tur berjudul “Macbeth Indonesian Tour 2012”. Pada Juli 2012, Divide merilis album penuh “The Sun, The Moon, And The Truth”. (Mdy/MK01)
.