“Another Next Time”, Komposisi Pembelajaran BALUM

Terinspirasi dari pergaulan dengan sesama musisi di lingkar pertemanannya membuat Balum, seorang gitaris berkarakter rock asal Jakarta – walau lebih banyak bersinggungan dengan musisi-musisi di Bandung – mendapatkan formula baru dalam meramu single rock instrumental terbarunya yang bertajuk “Another Next Time”. Komposisi tersebut kini sudah bisa didengarkan lewat berbagai gerai digital resmi seperti Spotify, iTunes, Deezer, Amazon hingga Google Play.

Dari segi proses penulisan lagu, secara spesifik Balum mengaku banyak mendapat banyak masukan dari teman-teman musisi seperti Agung ‘Hellfrog’ dan Eben (Burgerkill), Trian “Ubey” (Alone At Last) serta Gan-gan (Forgotten), terutama untuk referensi-referensi musik di luar yang biasa ia dengarkan sebelumnya.

“Mungkin lebih tepat disebut ‘pembelajaran yang saya simpulin sendiri’,” tutur Balum kepada MUSIKERAS, memperjelas.

Masukan-masukan itu ia dapatkan selama bekerja sama dengan nama-nama yang ia sebutkan tadi. Misalnya dengan Agung dan Eben dari Burgerkill. Kebetulan ia ikut terlibat dalam proses pra-produksi album Burgerkill terbaru, “Adamantine”.

“Di situ saya jadi belajar gimana Eben dan Agung meng-compose lagu Burgerkill dari awal, dari mulai referensi yang mereka dengerin, cara mereka mengonsep lagu, sampai konsep album yang mau mereka buat. Di sela-sela proses itulah saya bisa sharing tentang berbagai hal, mulai musik-musik yang lagi mereka dengerin sampai ke sharing cara promo sebuah produk musik.”

Lalu dengan Trian dari Alone At Last, band yang juga dihuni Balum, membuatnya jadi mendengarkan musik-musik baru seperti Leprous, Katatonia, The Black Queen, Normandie dan sebagainya. Sementara dari Gan gan, masukan yang didapat Balum lebih ke urusan teknis rekaman. “Beliau yang menyarankan saya untuk take gitar ‘satu kali tarik’, ketimbang dengan cara sambung-sambung. Setelah di-take satu kali tarik, barulah melakukan overdub pada bagian-bagian yang memang fatal kesalahannya. Jadi kalau kita dengerin lagu saya ini, pasti bakal nemu beberapa part yang mungkin sedikit missed tempo atau dinamika yang ‘kurang’. Tapi untuk saya pribadi, hasilnya memang lebih natural saat saya rekaman menggunakan cara ini,” urai Balum panjang lebar.

Proses penggarapan rekaman “Another Next Time” bisa dibilang berlangsung cukup cepat, karena semuanya dieksekusi Balum sendiri di studio rumahan. Mulai dari proses penulisan, rekaman, bahkan sampai mixing dan mastering. Kendati bisa dibilang tidak dikerjakan di studio berlevel profesional, tapi Balum melakukan penanganan khusus di studionya itu agar hasilnya layak dengar. “Saya bekerja sama dengan pembuat VST plugin asal Bandung yang bernama Kuassa, seluruh sound gitar yang ada di single ini diproses menggunakan software dari Kuassa,” cetusnya.

Lewat “Another Next Time” sendiri, Balum yang sebelumnya sempat merilis album debut instrumental pada 2015 lalu, mencoba ‘menceritakan’ tentang saat dimana seseorang memberikan semua yang dimilikinya untuk seseorang atau suatu hal, namun pada akhirnya tersadar jika seseorang atau hal tersebut bukanlah tempat yang tepat untuk memberikan segalanya. “Itulah kenapa jika diperhatikan, alur lagu ini akan terlihat seperti bell curve, dimana makin mendekati akhir lagu, mood-nya akan semakin gloomy.” (mdy/MK02)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts