Berusaha tetap produktif dalam masa pandemi Covid-19 ditempuh unit psychedelic grunge asal Bekasi ini dengan menggarap sebuah album mini (EP) bertajuk “Keluh Lelah” yang akhirnya berhasil dimuntahkan via sebuah label independen, Creatitude Records.
Tidak berjalan mulus. Proses produksi EP tersebut terkendala berbagai hal, mulai dari kesulitan membagi waktu antar personel, situasi pandemi hingga ketiadaan dana untuk produksi rekaman. Tapi akhirnya, band yang dihuni Muhammad Hafizh (vokal/gitar), Muhammad Faza Adila (gitar), Mochamad Kukuh Syahputra (bass), Muhammad Rifqi Aulia (dram) dan Immanuel Pardamean (kibord/synth/vokal latar) ini mampu melakukan workshop pembuatan lagu dan menjalankan proses rekaman secara berkala selama empat bulan.
Tapi ada satu hal menarik di balik proses produksinya, dimana isian dram dieksekusi oleh tiga dramer berbeda. Ada Dadan, dramer Watth, yang berkontribusi mengisi ketukan di lagu “Problematika Dogmatis”. Sementara di tiga trek lainnya, yakni “Nihil”, “Positif” dan “Ode Si Melankolis” diisi oleh Kevin, mantan dramer Gastrooz, lalu Rifqi, dramer saat ini.
.
.
Tema lirik keseluruhan lagu di “Keluh Lelah” yang direkam di Palapa Music Studio dengan pemolesan mixing dan mastering oleh Bayu Setiaji (sound engineer) itu sendiri mengadopsi keresahan serta rasa lelah akan masalah yang terjadi pada kehidupan sehari-hari, dalam kurun waktu 2019-2020. Seluruh tuturan lirik ditulis oleh Apis Jiung kemudian diaransmen bersama oleh Gastrooz.
Grunge mendominasi fondasi komposisi musik di “Keluh Lelah”, yang digarap dengan pendekatan semi-eksperimental. Hal tersebut, seperti yang dipaparkan Gastrooz kepada MUSIKERAS, mencakup riff gitar yang berdistorsi kasar, penulisan lirik berikut pemilihan topik kehidupan sehari-hari dibalut dengan sudut pandang yang terkesan gelap serta beberapa detil aspek kultural lain yang terdapat di dalamnya.
“Setelah meyakinkan diri dengan pilihan komposisi fundamental tersebut, kami menambahkan beberapa aspek lain saat proses aransemen. Misalnya penambahan ambient khusus dengan instrumen gitar maupun synthesizer yang disesuaikan dengan suasana dan kebutuhan tiap materinya. Untuk referensi yang diambil dalam proses produksi album mini ini, kira-kira ada sekitar tujuh band. Yang pasti Nirvana sebagai basic, selanjutnya ada Soundgarden, Sonic Youth, Radiohead, Tame Impala, Koil hingga Efek Rumah Kaca.”
Komposisi “Problematika Dogmatis” disebut pihak band sebagai karya mereka yang paling mewakili band sekaligus memuaskan dalam proses kreatif pengolahan musiknya. Alasan utamanya, karena keterlibatan tiap personel di lagu ini sangat mendalam.
“Durasi kami produksi materi ini juga lama banget, hampir setengah tahun. Jadi ya, tentu (telah) lewatin banyak dinamika sampai ketemu komposisi akhirnya. Nggak ada dominasi berlebihan dalam proses produksinya dan justru hal tersebut yang bikin hasil akhir materi ini jadi jauh lebih berwarna serta lebih memuaskan dibanding materi-materi lainnya,” urai Gastrooz lagi meyakinkan.
EP “Keluh Lelah” kini sudah didengarkan di berbagai platform digital dan juga direncanakan bakal diedarkan dalam format rilisan fisik berupa CD. (aug/MK02)