EKO NURWAHYANTO Gelar Kolaborasi ‘Core/Djent’ di “Esoteric of Dystopian”

Melanjutkan proyek solonya yang telah dipanaskan lewat single “The Reign of Chaos” pada 2018 lalu, kini dramer asal Siak, Riau dan juga pendiri unit post-metalcore bernama Monoserus ini semakin serius membentangkan eksplorasi musikalitas yang sesuai idealismenya. Belum lama ini, Eko Nurwahyanto pun melepas sebuah album mini (EP) berjudul “Esoteric of Dystopian”, yang memuat lima amunisi menggelegak, dimana Eko memadukan modern metalcore, djent, post-hardcore serta post-deathcore di ramuan komposisinya.

Band-band dunia seperti After the Burial, Obscura, Periphery, Tesseract, The Haarp Machine hingga Meshuggah menjadi vitamin utama sebagai referensi saat Eko menggarap “Esoteric of Dystopian”, yang antara lain memuat komposisi berjudul “Revenger”, “Lera” serta “The Reign of Chaos”.

Penggarapan EP itu sendiri lumayan lama. Sebagian materi sesungguhnya dimulai sejak 2016 jika dihitung mulai dari ide-ide kasarnya, dan terus berlangsung hingga 2021. Dan kali ini, Eko mengajak beberapa musisi luar dan dalam negeri untuk berkolaborasi. Ada dua vokalis, yakni Giovano (Indonesia) dan Lorenzo Atzeni (Italia) yang berkontribusi di “Esoteric of Dystopian”. Lalu juga melibatkan tiga gitaris; Leo Natale (Perancis), Daniel James Griffin (Inggris) dan Vigi Menyhart Gyula (Austria) serta satu bassis dari Indonesia, yakni Moch. Aidil Fatwal. Nama terakhir juga sekaligus dipercaya untuk mengolah mixing dan mastering EP tersebut. 

.

.

“Proses rekaman gitar di EP ini sebenarnya sudah dilakukan sejak 2018an, bersamaan dengan proses penciptaan. Jadi setelah 2-5 hari diciptakan, saya dengarkan kembali, direvisi seperlunya, kemudian langsung direkam. Kecuali untuk lagu ‘The Reign of Chaos’, lagu itu saya ciptakan 2016/2017, namun dengan track gitar yang biasa saja, lalu saya mengontak Leo (Natale) melalui direct message Instagram, dia bersedia merekam dengan versinya untuk (isian) rhythm. Kemudian saya mengontak Daniel (James Griffin) untuk mengisi solo di lagu tersebut. Semua track sudah beres dan lengkap untuk versi demo, kemudia saya lanjut mengabari Vano untuk mengisi vokal dan Asido Sigit untuk memberikan sequencer di lagu ‘The Reign of Chaos’. Satu lagu selesai, masih tersisa dua demo. Untuk (lagu) ‘Revenger’, sebenarnya saya ingin menambahkan vokal dan solo gitar, namun karena (masalah) dana, itu saya batalkan. Kemudian saya mengabari Lorenzo Atzeni dan Vigi (Menyhart Gyula) untuk mengisi vokal dan solo gitar. Setelah itu barulah saya mengontak Moch. Aidil Fatwal untuk mengisi bass di semua track,” beber Eko kepada MUSIKERAS, mengurai proses kreatifnya.

Berkolaborasi dengan banyak musisi, tanpa keharusan terikat dalam sebuah band, menurut Eko lebih lanjut, membuatnya merasa banyak mendapatkan informasi. Baik itu tentang proses dari penciptaan sampai perilisan. 

“(Saya) Mendapatkan banyak relasi berkaitan. Dan sebenarnya proyek solo ini adalah sebuah tantangan untuk diri sendiri. Saya sangat puas tentunya. Walau bagaimana pun semua proses saya lakukan sendiri tanpa diwakili, jadi ya pasti ngertilah gimana puasnya. More than cum in face!” 

Di luar aksi solonya, sebelumnya Eko Nurwahyanto tercatat sudah menelurkan karya EP “Balsted” (2017) bersama bandnya, Monoserus serta single “Walking Disasater” (2021) bersama GeneGrade. (mdy/MK01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts