Perspektif Kebebasan WANCUM dalam Progresi “Sunflower”

Seiring dengan perkembangan teknologi dalam industri musik yang melesat semakin gesit, inovasi musisi dalam bermusik pun semakin mencengangkan. Bisa dibuktikan lewat berbagai unggahan di media sosial – terutama YouTube – yang memperlihatkan jutaan karya hasil kreativitas musisi yang nyaris tak berbatas. 

Ahmad Kurniawan, atau yang lebih akrab disapa Wancum, adalah salah satu musisi independen asal Jakarta yang merasa sangat terbantu berkembang lewat berbagai inspirasi yang ia dapatkan di jagat maya. Walau lahir dan besar di era gitaris shredder masa 80-90-an, namun Wancum tak ingin terjebak di pakem itu. Lewat komposisi instrumental bertajuk “Sunflower” yang baru saja ia rilis, Wancum melesatkan imajinasinya ke arah yang lebih progresif, dengan berbagai referensi ide musikal kekinian.

“Sunflower” sendiri, sebenarnya merupakan karya rekaman tunggal kedua Wancum. Sebelumnya pada 2015 silam, ia pernah pula merilis satu komposisi instrumental berjudul “Cumi Goreng Saus Tiram” yang sempat termuat di sebuah album kompilasi gitaris berjudul “For the Love of Guitar: … A Guitar Perspective”.

Kepada MUSIKERAS, Wancum mengungkapkan bahwa proses kreatif penggarapan “Sunflower” yang ia dedikasikan untuk istrinya tersebut berlangsung lumayan lama. Sekitar dua tahun. Maklum, selain sebagai musisi, Wancum juga menjalani profesi sebagai pekerja kantoran dengan kesibukan yang lumayan menyita waktu.

“Waktu sangat terbatas untuk memikirkan konsep lagu dan melodi dari setiap bagiannya. Ditambah lagi, saya sering merasa penasaran buat mengubah sound instrumen tertentu, yang membuat semakin lama selesainya. Semuanya terkonsep, karena saya bukan gitaris yang mahir berimprovisasi,” ujar Wancum terus-terang.

.

.

Proses penulisan “Sunflower”, termasuk eksekusi rekaman, mixing dan mastering dilakukan Wancum secara mandiri lantaran harus menyesuaikan dengan waktu yang ada serta suasana hati saat itu. Kecuali untuk isian di lini bass, dimana Wancum mendapat dukungan dari Oktav, mantan bassis grup rock senior, Edane.

“Supaya lebih terdengar organik. Saya juga senang bekerja sama dengan bassis ini karena sangat terbuka dan fleksibel untuk diajak berdiskusi dan memberi masukan.”

Kebebasan berekspresi menjadi pegangan utama Wancum saat menggodok “Sunflower”. Walau mengaku sulit untuk lepas dari pengaruh pola permainan para gitaris shredder di masa lalu, namun Wancum berkeras menghindar dengan tidak mendengarkan musik-musik dari era 80-90-an selama beberapa tahun belakangan. 

“Malah saya lebih sering memutar karya gitaris atau musisi di era saat ini. Tujuannya supaya sound gitar dan nuansa musik lebih segar dibanding karya saya sebelumnya.” 

Beberapa nama yang terbilang banyak menyuntikkan inspirasi bagi Wancum, di antaranya adalah gitaris Wes Thrailkill (Mammoth) dan Jason Richardson (mantan gitaris Born of Osiris dan Chelsea Grin) asal AS, John Browne (Monuments) asal Inggris, serta Plini dan Stephen Taranto (The Helix Nebula) dari Australia. 

“Inspirasi yang saya peroleh adalah lebih kepada konsep bermusik mereka. Bukan pada skill gitarnya yang sudah pasti mustahil buat dikejar. Dari mereka saya menganut paham kebebasan dalam menulis musik. Tidak ada pattern yang baku, seperti di mana letak verse, reff, dan lain-lainnya. Pokoknya sesuka hati aja.”

Saat merekam “Sunflower”, Wancum memaksimalkan perangkat yang ia miliki, yakni kombinasi gitar Kiesel Zeus M7 dan Ibanez RG7620. Keduanya ia gunakan untuk bagian-bagian tertentu yang disesuaikan keinginannya saat itu. Sementara untuk tone gitar, Wancum mengeksplorasinya dari DV Mark Multiamp yang mensimulasikan ampli Peavey 5150.

Sejak 15 April 2022 lalu, “Sunflower” sudah bisa didengarkan via berbagai platform digital seperti Spotify, Apple Music, YouTube Music dan lainnya. (mdy/MK01)

Kredit foto: Azhan Miraza

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts