Band asal Surabaya, Jawa Timur yang baru terbentuk pada akhir 2020 lalu ini menggeber musiknya dengan balutan distorsi yang kasar, dengan betotan bass yang garang. Energi Esok Hari menyebut konsep musiknya dengan istilah ‘heavy punk’, seperti yang sebelumnya telah mereka muntahkan lewat lagu rilisan tunggal debut “Sikat Sana-sini”, yang dikumandangkan pada 17 Agustus 2021 lalu.
Kini, setelah dua tahun ‘sikat sana-sini’ lewat berbagai macam pentas musik keras, akhirnya band yang dihuni formasi Imam Utomo Haryogi aka Ogi (vokal), Nasrul Andreawan aka Andre (gitar), Moch. Choirul aka Choi (gitar), Archo Biantara aka Bian (bass) dan Taslim Kurniawan (dram) ini meletupkan karya album penuh pertamanya. Diberi judul “Living Together” dan sudah disebarluaskan sejak 6 September 2022 lalu.
“Living Together” ibarat ‘pecah telur’ bagi Energi Esok Hari. Sekaligus menjadi pemantik api mereka dalam berkarya. Ada tujuh trek – termasuk “Sikat Sana-sini” – yang keseluruhan liriknya mengedepankan tema kehidupan sosial sehari-hari. Sesuai judul albumnya. Bisa dibilang mereka menghindari tema percintaan dan kesedihan di lirik dan lebih memilih ungkapan lirik tentang pertemanan, kebersamaan hingga problema dalam kehidupan sosial.
Saat menjalani proses produksinya, para personel Energi Esok Hari menggodok “Living Together” dalam waktu yang terbilang sangat cepat dan mudah, karena setiap personel bisa menerima masukan satu sama lain dan membuat keputusan bersama. Meskipun masing-masing memiliki referensi yang berbeda-beda.
“Awal terbentuk di akhir 2020, penulisan materi hanya memakan waktu sekitar satu tahun dan langsung masuk ke dalam dapur rekaman. Kami merekam materi-materi kami di CPPP Rock House yang dibantu oleh Citoz Record,” ujar pihak band kepada MUSIKERAS, menjabarkan tahapannya secara singkat.
.
.
Heavy punk menjadi pusaran pergerakan musikal di album “Living Together”. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya. Temponya cepat dan juga terapan riff gitar yang menggambarkan bagaimana musik punk atau heavy itu sendiri. Lalu ada isian (fill-in) dram yang mengacu ke d-beat dan beatdown, yang sangat erat kedekatannya dengan genre musik heavy, punk serta punk rock.
“Mengapa kami secara spesifik menyebut genre kami heavy punk? Karena bentuk keresahan kami sendiri terhadap lingkungan sekitar yang belum mendengarkan materi penuh kami, tetapi sudah menganggap musik kami adalah pop punk atau punk rock, bahkan melodic hardcore. Dan alasan lainnya adalah kami hanya ingin mencoba (tampil) beda.”
Setiap personil kami mempunyai refrensi musik yg beragam, contohnya seperti Black Sabbat, NOFX, Slyer, Misfits, Lamb Of God, Rancid serta Seringai juga salah satu yg mengispirasi kami.
Dari tujuh trek yang mereka getarkan ke skena, Energi Esok Hari menyebut lagu yang berjudul “Toleransi” sebagai salah satu lagu yang menantang penggarapannya. “Karena (kami) terinspirasi dari musik Black Sabbath, yang mana belum pernah kami coba sebelumnya,” seru band yang juga mengakui banyak mendengarkan musik dari band-band dunia macam NOFX, Slayer, Misfits, Lamb of God, Rancid hingga pejuang lokal Seringai sebagai asupan gizi musikalitas mereka.
Album “Living Together” diproduksi dalam format fisik yang bisa didapatkan via label independen, Submarine Records. (aug/MK02)
.
.