Album Debut FAKE, Ekspresikan Penolakan untuk Menderita

Proses kreatif yang sangat panjang, terhitung sejak 2017 hingga 2022 lalu, akhirnya berujung pada sebuah karya album penuh. Bertajuk “Refuse to Suffer”, dimana unit hardcore asal Kota Jepara, Jawa Tengah ini melampiaskan kebengisan yang terbagi dalam 11 lagu. Sebelumnya, Fake sudah sempat memanaskan jalan menuju perampungan album debut tersebut lewat dua lagu rilisan tunggal, yakni “No More” (6 Agustus 2021) dan “Downfall” (23 November 2021).

Proses penggarapan rekaman album yang dilakukan di Riverse Record, bisa dibilang memakan waktu yang sangat lama lantaran domisili para personel yang berjauhan, berada di kota yang berbeda-beda. Kendala teknis yang sulit dihindari. Mereka menyebutnya sebagai band penganut LDR (long distance relationship) alias hubungan jarak jauh.

“Dari mulai proses pengerjaan lagu, ya karena kami band LDR, jadi proses terciptanya satu lagu terbilang cukup lama. Karena susahnya untuk menemukan jadwal kumpul dalam satu studio,” cetus pihak band kepada MUSIKERAS, mengungkap kesulitan teknisnya.

Namun demikian, karena kelegaan durasi pengerjaan produksinya membuat hasil akhir setiap lagu di “Refuse to Suffer” sangat memuaskan bagi para personel Fake. “Karena melewati proses yang cukup lama, jadi semua hasil pengerjaan album bisa dibilang tidak ada yang kurang,” cetus mereka lagi, meyakinkan.

.

.

“Refuse to Suffer” sendiri – atau dalam Bahasa Indonesia berarti ‘menolak untuk menderita’ – cukup mewakili dari keseluruhan tema di album Fake tersebut. Di situ, Afrizal ‘Rizal’ Kurniawan (vokal), Fath Asyari (gitar), Khoirul Misbah (gitar), Asifudin Hilmi (bass) dan Januar Dwi Bayu (dram) menceritakan tentang proses pendewasaan diri dalam memahami arti dari kehidupan.

Sementara dalam urusan musik, 11 trek yang mereka lantangkan merupakan hasil eksplorasi dari berbagai elemen musik keras, mulai dari oldschool, heavy dan straight up hardcore ala geberan dua pentolan hardcore punk asal AS, yakni Expire dan Terror. Mereka mengemasnya dengan sound yang tebal, khas hardcore era 2000-an, dan melengkapinya dengan nuansa gelap serta permainan lead guitar yang menonjol, untuk lebih mempertegas karakter dari Fake.

“Terror sendiri adalah influence dari awal terbentuknya Fake di tahun 2013. Lalu ditambah lagi dengan Expire yang bisa dibilang, gaya vokal dan ketukan dramnya yang unik menjadi inspirasi Fake dalam penggarapan album.”

Hasil olahan akhir “Refuse to Suffer” lantas semakin maksimal dengan adanya ‘campur tangan’ audio engineer sekaligus co-director album, Hanif Afnan dari Riverse Record/Hvrtz Lab. Ia memberikan tata suara yang modern dan gahar, yang menambah citra ‘tegas’ dari Fake.

“Refuse to Suffer” sendiri sudah dirilis di platform digital via label independen Spires Records sejak Mei 2023 lalu, dan juga diproduksi dalam format fisik (CD). (aug/MK02)

.

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts