Dari Pontianak, SINDEVOURER Gerakkan Rantai Death Metal

Berawal dari gagasan Mulis Sohor Umar aka Mvlis, bassis jebolan Death Harmonic, Busuk, Intracranial dan Privlegia, terbentuklah Sindevourer pada 2022 lalu. Personel lainnya dilengkapi oleh Dony Chandra Pratama aka Docha (vokal), Sandrio Evrianto (gitar), Ilham Pratama (dram) dan Dwi Septyan (gitar). Masing-masing musisi pernah atau masih menghuni band Stuffed, Panic Station, TRF dan Lampir.

Sejak awal terbentuk, Sindevourer langsung sepakat untuk mulai menggarap materi lagu sendiri. Tak butuh waktu lama, pada Februari 2023 mereka mulai masuk studio untuk mengeksekusi proses rekaman album mini (EP) debut. Sejauh ini, prosesnya sudah hampir rampung, tinggal menyisakan satu materi lagu untuk dibenahi kembali, agar tidak keluar dari akar musik atau corak awal konsep musik yang diinginkan. Kurang lebih seperti yang sudah mereka perdengarkan di lagu rilisan tunggal pembukanya, yang bertajuk “Bararima Antiesa”.

Khusus untuk “Bararima Antiesa” tersebut, Sindevourer menggarap rekamannya di tiga tempat berbeda, lantaran menyesuaikan kesibukan masing-masing personelnya. Proses keseluruhan menghabiskan waktu selama kurang lebih sembilan bulan. Isian dram dilakukan di studio BABA-ACE, lalu untuk gitar, bass dan vokal di Seven Studio serta Hars Studio.

“Kami mau dari isi keseluruhan EP nanti, tidak seragam di setiap lagu. Namun signature kami bisa ditemukan di semua materi lagu,” tutur pihak band kepada MUSIKERAS, menegaskan konsepnya.

Death metal gaya lama menjadi benang merah musik Sindevourer di EP pertamanya. Namun menjadi sedikit unik lantaran menyatukan latar belakang serta pengaruh musikal tiap personelnya yang berbeda-beda. Jika disimpulkan, kurang lebih referensi Sindevourer datang dari serapan band-band dunia seperti Dismember, Entombed, Bolt Thrower, Grave Benediction, Dark Throne, Satyricon, Obituary, Unleashed, Suffocation, Lik, Sworn hingga pejuang cadas lokal macam Nicrov, Exhumation dan Siksa Kubur. 

“Sehingga setiap bagian dari lagu terkesan padat, unik dan cukup inovatif menjadikan Sindevourer sebagai band yang memiliki karakteristik yang cukup berbeda dibanding band death metal lainnya,” seru mereka lagi meyakinkan.

Karena perbedaan-perbedaan, maka tidak bisa pula dihindari proses perombakan-perombakan yang mengiringi penggodokan “Bararima Antiesa” serta materi EP keseluruhan. Misalnya di “Bararima Antiesa”. Diawali dari panduan dram satu lagu utuh yang dibuat Ilham, lalu dilengkapi dengan isian gitar Septyan, juga dengan porsi satu lagu utuh. Karena Septyan juga salah satu personel band black metal, maka ada sedikit riffing khas black metal di “Bararima Antiesa”.

Sementara dari segi lirik, Sindevourer juga menegaskan perbedaan, dimana mereka tidak memasukkan unsur sadistik, satanisme, klenik, blasphemy dan lain sebagainya. Atau pun hal-hal yang sering diangkat pada lirik lagu metal lainnya.

Tapi satu yang pasti, eksistensi Sindevourer dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa metal di Pontianak masih ada dan masif. Dengan konsep yang berbeda, mereka siap berdiri bersama untuk skena musik ‘bawah tanah’ di Kalimantan Barat yang lebih besar.

Sejak 10 November 2023, “Bararima Antiesa” sudah bisa didengarkan di berbagai platform digital seperti Spotify, Apple Music, Amazon Music, Deezer, Joox hingga YouTube Music. (aug/MK02)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts