BLESS THE KNIGHTS: “Kami Masih Konsisten di Djent!”

Empat kali dinominasikan di AMI Awards 2024, penggerak setia paham djent di Indonesia, Bless the Knights kembali letupkan karya baru, “Crying in the Desert”.
bless the knights

Karya rekaman terbaru Bless the Knights tersebut, mengedepankan tema yang mengeksplorasi tentang pengorbanan yang tidak dihargai. Cerita di baliknya menggambarkan seseorang yang telah berjuang dan berkorban, tetapi pengorbanan tersebut dianggap remeh oleh orang-orang yang dicintainya.

“Lagu ini berasal dari pengalaman pribadi dan pengamatan gue terhadap bagaimana pengorbanan sering kali tidak dimengerti atau bahkan diabaikan oleh orang-orang terdekat,” ujar Fritz Faraday, sang gitaris sekaligus otak utama di balik Bless the Knights. 

“Gue berharap,” lanjutnya, “lagu ini bisa menjadi perwakilan perasaan bagi banyak orang yang mungkin pernah merasakan hal yang sama, dan semoga bisa menjadi kandidat kuat untuk AMI Awards 2025 mendatang.”

Sebagai penggagas utama di balik Bless the Knights, Fritz terbilang punya reputasi bagus sebagai penulis lagu. Masuk nominasi AMI Awards selama empat kali, yakni pada 2016, 2018, 2023 dan 2024, bisa dianggap sebagai bukti kuat bahwa lagu-lagunya bisa diterima publik.

“Sebenarnya, sejak Bless the Knights berubah versi jadi lebih ‘jinak’, gue kayak udah nemuin ‘rumus’ gimana buat bikin lagu yang suitable buat pasar Indonesia. I mean, in a metal way ya… baik di skenanya maupun untuk pendengar,” tutur Fritz kepada MUSIKERAS diplomatis.

Fritz melihat, djent bukan sebuah paham yang membatasi kreativitasnya dalam menulis lagu. Sampai saat ini, ia mengaku masih konsisten mengusung djent, baik dari segi ritmik maupun permainan gitar serta terapan dalam riffing.

“Yang menjadi titik evolusinya adalah masalah kompromistis yang dibahas di poin atas tadi. Gue pikir nggak akan ada habisnya kalau ngejar complexity dan skill-skill-an terus. Sekarang lebih concern ke bagaimana Bless the Knights bisa dikenal lebih banyak orang dan didengarkan oleh even the non-listeners.”


Ekspresi dan Dedikasi

Lebih jauh, jika membandingkan antara “Crying in the Desert” dengan lagu-lagu Bless the Knights sebelumnya, Fritz menegaskan sebenarnya tidak banyak perbedaan.

“Hanya kali ini gue coba masukin notasi Arabian/phrygian yang lumayan kental di synthesizer-nya, maupun di notasi vokal, juga sedikit di solo gitar. Intinya, Bless the Knights masih selalu hadir dengan komposisi gahar dengan formulasi seperti yang gue beberin di atas, dan catchy chorus yang bisa dipake buat nyanyi-nyanyi.”

Fritz melanjutkan bahwa kesuksesannya dalam menciptakan lagu-lagu berkualitas adalah hasil dari dedikasi dan kemauan untuk mendengarkan suara hati serta pengalaman pribadi.

“Musik adalah cara gue mengekspresikan diri dan berbagi cerita. Gue selalu percaya bahwa lagu yang baik dapat berbicara lebih dari sekadar kata-kata. Saat pendengar berhubungan dengan musik kami, itu adalah pengakuan terbesar bagi gue sebagai seorang musisi.”

Saat penggarapan “Crying in the Desert”, Bless the Knights diperkuat formasi Fritz, vokalis Christian Alvin aka Cas Coldfire, dramer AF Armansyah aka Cukong dan screamer Dhika Dongeng. Setiap personel membawa keahlian dan kepribadian yang berbeda, yang menciptakan harmoni dan kekuatan dalam setiap penampilan mereka.

Sejak 24 Oktober 2024 lalu, “Crying in the Desert” sudah terhidang di berbagai digital streaming platform. Sementara video liriknya, juga sudah tayang di kanal YouTube. (mdy/MK01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts