FATE OF REFOUNDATION: Leburan H8000, Deathcore dan Metalcore

Dua peluru panas telah dilesatkan Fate Of Refoundation sebagai sebuah narasi traumatik tentang perang, penyiksaan dan kehancuran alam semesta.
fate of refoundation
FATE OF REFOUNDATION

Fate Of Refoundation adalah sebuah proyek hardcore metal yang meleburkan unsur H8000 serta metalcore sebagai formula musiknya. Seperti yang mereka perdengarkan di rilisan maxi-single berjudul “An Ocean Of Tears” dan “Countless Sorrow”.

Band asal kota Sidoarjo, Jawa Timur ini sendiri baru dicetuskan kelahirannya tahun ini, sebagai respon terhadap keresahan sosial dan semangat pemberontakan generasi muda terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Keresahan itu lantas diberondongkan ke skena musik keras Tanah Air lewat racikan elemen hardcore dan riff khas ala H8000 serta metalcore era 90-an, yang menciptakan gelombang sonik yang brutal namun emosional.

Lirik lagunya melontarkan semangat perjuangan hidup, serta luapan kemarahan terhadap ketidakadilan hingga perjalanan kontak batin.

Proses kreatif pengerjaan “An Ocean Of Tears” dan “Countless Sorrow”, diungkapkan pihak band kepada MUSIKERAS, berlangsung cukup unik. Karena tidak bisa dipungkiri, setiap personel mempunyai jadwal libur yang berbeda.

Sehingga vokalis Avis Reynaldi, dramer Mursyid Efendi, bassis Wildan Satriyo dan gitaris Iqbal Al Fatih harus menyiasati keterbatasan itu. Salah satu solusinya, mereka rela melakukan video call selama berjam-jam.

“Hampir 3-4 jam, selama tiga hari berturut-turut, hanya untuk berdiskusi dan mengotak atik aransemen yang akan kami rekam di studio nantinya,” tutur mereka.

Keseluruhan rangkaian produksinya berlangsung cukup lama, menghabiskan waktu sekitar tiga bulan. Eksekusi rekaman dilakukan di studio Rumztrack, Sidoarjo.

fate of refoundation

Dalam urusan teknis, tim Fate Of Refoundation dibantu oleh Rizky Galih P., termasuk dalam proses pemolesan mixing dan mastering. Ia memastikan bahwa setiap lapisan suara menggambarkan atmosfer mencekam yang ingin disampaikan. Rizky juga berkontribusi dalam menciptakan riff gitar yang terdengar sangat kejam dan gelap di kedua trek maxi-single tersebut.

Tapi khusus di lagu “Countless Sorrow”, Fate of Refoundation sempat mengalami kendala yang cukup menyulitkan di proses rekamannya. Penyebabnya, lantaran pada waktu itu Avis dan Iqbal sedang kurang enak badan.

Beberapa kali, Avis harus mengulang part vokal sebanyak kurang lebih 70% dari keseluruhan isiannya. Untuk menyelesaikan trek tersebut, mereka menghabiskan waktu selama sekitar 12 jam.

Tantangan lainnya, tentu saja di racikan formula musiknya yang menggabungkan banyak elemen. Dimana ada ciri khas nuansa riff ala H8000, deathcore serta pengambilan isian vokal seperti metalcore modern agar semua yang mendengarkan bisa ikut bernyanyi.

“Itu yang membuat kami berbeda, khususnya dari segi riff dan vokal,” seru personel Fate Of Refoundation, yang mengakui sedikit banyak mengambil inspirasi musikal dari band-band hardcore metal/metalcore seperti Reprisal (Italia), Caliban (Jerman) dan As Blood Runs Black (AS).

Usai perilisan “An Ocean Of Tears” / “Countless Sorrow” yang diedarkan via Hit and Burn Records, band ini segera meneruskan persiapan menuju perilisan album mini (EP) yang difokuskan bisa diwujudkan tahun depan.

“Saat ini kami telah mengantongi dua materi yang sudah siap untuk direkam dengan materi yang lebih fresh! Demo maxi-single ini menjadi awal dari rangkaian karya selanjutnya yang lebih mendalam!” (mdy/MK01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts
Read More

MUSIKERAS: DISTORSI GEGAP GEMPITA

Di gelaran event perdana kami ini, kami ingin menghadirkan atmosfer yang intim, yang bisa menciptakan kemeriahan konser dinamis…