Usai menanggalkan nama sebelumnya, Radicalism, unit hardcore asasl Bekasi ini langsung menerjang lewat single debut bertajuk “Leave”. Sebuah ekspresi yang dilampiaskan saat berada dalam kekecewaan, namun di saat bersamaan masih tersimpan harapan, yang akhirnya membentuk dilema dan kegelisahan.
Dalam penggarapan “Leave”, Hawthorn – nama barunya – mencoba menggaet salah satu vokalis dari unit Hardcore asal Bandung/Jakarta, Danny Supit dari Grief. untuk menambah emosi dalam lagu tersebut. Kolaborasi ini, merupakan salah satu wujud dari formasi serta visi baru Yogi Supriyatna (vokal), Gema Mahardika (gitar), Dedi (bass) dan Difa Dliyaulhaq (dram), yang menjadi latar belakang adanya pergantian nama band.
Adalah Yogi yang menggagas awal terciptanya single “Leave”, yang didasari kisah nyata. Ia ingin meluapkan keresahanya lewat lagu ini. Sementara dari segi aransemen musik, diramu oleh Gema, Dedi dan Difa, lalu sebagian juga ada kontribusi dari Danny Supit untuk menambahkan nuansa kelam dalam lagu tersebut. “Leave” direkam Hawthorn di Pureless Records, sementara untuk pemolesan mixing dan mastering diserahkan pada Agil Asyathiri dari EsotericRevelation.
.
.
“Dari segi musikal, kami banyak memasukan riff hardcore punk, ditambah breakdown sebagai punch line untuk menambah emosi dalam lagu ini. Tak lupa disisipkan spoken words untuk mendapat feel sedih. Kali ini kami banyak mengambil refrensi dari Counterparts, Capsize, Being as an Ocean dan Knocked Loose,” urai pihak band kepada MUSIKERAS, memperjelas.
Masih dari segi konsep musikal, Hawthorn menambahkan, juga ada sedikit perbedaan dibanding saat masih menggunakan nama Radicalism. Terutama dari lini vokal. “Sedikit perbedaan dari segi vokal saat ini. Konsep vokalis tunggal yang sebelumnya, di Radicalism, diisi oleh dua vokal. Dan saat ini, Hawthorn lebih banyak menambahkan unsur melodik dibanding Radicalism.”
Setelah perilisan “Leave”, Hawthorn sudah merencanakan bakal menyiapkan single baru serta konsep video musik yang menghadirkan formasi band seutuhnya. (aug/MK02)