Selepas EDANE, Daeng Oktav Ekspresikan Kebebasan di CHILDHOOD CONSPIRACY

Menjalani ‘cuti’ dari band rock veteran Edane dan ‘menyepi’ di Purwokerto, Jawa Tengah membuat ide-ide orisinal Daeng Oktav menari-nari di kepala. Ia mengoleksi banyak gagasan musikal yang belum pernah tersalurkan di proyek-proyek musik dalam karirnya selama ini. Tak butuh waktu terlalu lama, maka lahirlah lagu tunggal debut bertajuk “Free Mind”, sebagai pelampiasan awal dari kegelisahan itu. 

Dalam proses kreatifnya, Oktav yang memperkuat Edane sepanjang periode 2010 – 2021 lalu menggaet sahabat kecilnya, Untari a.k.a. Uun untuk membantu pembuatan lirik sekaligus pengisi vokal dan menjadi tim inti di proyek ini. Proses kolaborasi yang intens itu lantas mengarahkan Oktav untuk mewujudkannya dalam format layaknya band bernama Childhood Conspiracy, bukan proyek solo dengan menggunakan inisial ‘nama orang’.

Selain Uun, Oktav juga menggaet Chandra Piesicano yang bermukim di Jakarta untuk mengeksekusi isian gitarnya. Sementara untuk pengisian instrumentasi lainnya dikerjakan sendiri oleh Oktav. Keseluruhan proses berlangsung selama kurang lebih tiga bulan.

“Mungkin terbilang lama ya, dengan lagu dan komposisi yang simpel ini. Kondisinya karena penggarapan dan rekaman tidak di satu tempat yang sama,” ujar Oktav kepada MUSIKERAS, memberi alasan.

Konsep “Free Mind” digodok Oktav di Purwokerto, lalu melakukan komunikasi secara daring dengan Untari yang berdomisili di Semarang untuk pembuatan lirik. Setelah itu, Oktav mengirim data acuan (basic guide) ke Chandra di Jakarta untuk pengisian gitar. Sempat beberapa kali terjadi proses revisi. Untuk urusan mixing dan mastering, Oktav juga memilih mengirim datanya ke Jakarta untuk diolah.

Karya debut Childhood Conspiracy ini sendiri dituangkan Oktav dalam komposisi musik yang kental pengaruh funk. Kenapa funk?

.

.

“Karena dasarnya gue suka funk. Dan karena ini proyek solo gue, jadi gue lebih bebas mau kemanain karya ini. Makanya nggak murni funk juga lagu ini, nada vokalnya malah popy,” seru Oktav mencoba mengklarifikasi.

Sejak awal, lanjut Oktav lagi, ia sudah punya bayangan kelak ingin melahirkan karya yang bernuansa funk. Entah kapan dan bersama siapa. Nah akhirnya, mungkin sekaranglah waktu yang pas untuk mewujudkannya.

“Pas sedang menjauh dari ibu kota. Konsepnya natural ‘ngalir gitu aja. Gue pengen bersuara, mengeluarkan kegelisahan yang ada di kepala tentang kondisi dunia saat ini – dari sisi kami tentunya – yang sepertinya semakin terpenjara oleh doktrin-doktrin kapitalis yang perlahan membinasakan akal sehat, dibalut lewat karya musik yang gue senangi tentunya.”

Ide-ide racikan musik di “Free Mind” sendiri kental akan serapan dari band-band era ‘90an yang disukai Oktav. Pengaruh dari jaman itulah yang ia akui sebagian besar menjadi sumber inspirasi. Di antaranya, dari band seperti Red Hot Chili Peppers, Faith No More, Living Colour, Audioslave, The Beatles dan banyak lagi lainnya. 

Bulan depan, jika tak ada halangan, Oktav kembali akan merilis karya baru atas nama Childhood Conspiracy. Bahkan sejauh ini proses produksinya sudah mencapai 80℅. “Pengennya ngeluarin single-single dulu aja. Satu bulan satu lagu. Untuk EP atau album kayaknya sambil jalan aja karena belum kebayang, dan era sekarang sepertinya mending ngeluarin single-single aja biar orang lebih fokus. Semoga lagu ini bisa diterima oleh khalayak umum dan minimal pesan-pesan di dalamnya bisa tersampaikan buat penyemangat di kondisi sekarang ini.” 

Sejak 11 Januari 2021, “Free Mind” sudah bisa didengar dan dinikmati di berbagai platform penyedia jasa dengar musik digital seperti Spotify, Deezer, Joox, Apple Music hingga YouTube Music. (mdy/MK01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts
modern guns
Read More

MODERN GUNS: Merambah American Shoegaze?

Di album mini (EP) terbaru Modern Guns, berjudul “Lost In Absence”, ada suntikan beberapa elemen serta style musikal baru yang cukup menantang.